Takut Inflasi, Pemprov Sumbar Gandeng BI
Dirgantara ~ Pemerintah
Provinsi Sumatera Barat menggandeng Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII,
untuk membantu mendongkrak perekonomian daerah, serta menangani laju inflasi
yang fluktuatif. Kerjasama ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman
oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno dan Kepala BI Wilayah VIII Mahdi
Mahmudi, di Aula BI Padang (Rabu Siang 13/08/2014).
Berdasar
data Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat pada triwulan 1
tahun 2014 melambat. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5 %, menurun
dari pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2013 sebesar 6,8 %. Lambatnya
pertumbuhan ekonomi dipicu oleh melemahnya ekspor di sector perkebunan,
khususnya komoditi Crude Palm Oil-CPO atau
minyak sawit mentah, yang memang produksinya berkurang.
Sementara
tekanan inflasi
di triwulan pertama tahun 2013 mulai
mereda. Inflasi yang sebelumnya mencapai dua digit, yakni 10,87 % di
akhir tahun 2013, turun signifikan menjadi 8,63 % di awal tahun. Berkaca
dari hal tersebut, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno meminta
Kantor Perwakilan BI Wilayah VIII membantu meningkatkan gairah ekonomi
daerah,
serta menjaga inflasi agar stabil di angka yang aman.
“Fokus kerjasama kita dengan BI yakni masalah inflasi. Inflasi ini
membawa dampak negatif, harga
barang terus meningkat, daya beli berkurang, angka pengangguran bertambah.
Dalam hal inflasi, ekonomi makro, BI punya kewenangan yang luas. Kalau kita
sendiri melalui SKPD, berupaya menambah stok komoditi pangan, seperti menambah
stok perikanan, peternakan, pertanian, agar supplay lancar dan inflasi bisa
dijaga,”terangnya
Selain
menekan inflasi dan mendongkrak ekonomi daerah, Gubernur Irwan Prayitno juga
meminta BI membantu mencarikan solusi atas kerentanan gejolak harga pangan
lokal, yang disebabkan hasil produksi pangan sebagian besar dijual ke luar
daerah, demi keuntungan lebih besar.
Dalam
kesempatan yang sama, Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Mahdi
Mahmudi mengatakan, di bulan
ini inflasi di Sumatera Barat sudah sehat, karena berada di level 4,7%.
Angka tersebut harus dipertahankan dengan mengendalikan harga pangan,
yakni meningkatkan produksi, menyediakan stok pangan, serta membatasi
penjualan
komoditi pangan ke luar daerah.
“Kita harus punya stok. Jangan semuanya
dijual ke daerah. Kalau dari segi pedagang, memang menguntungkan menjual ke luar
daerah. Tapi nantinya harga pangan local kita bisa melonjak,” paparnya.
Sementara itu, selain mengatur inflasi
dan mengendalikan harga, kerjasama Pemprov Sumatera Barat dengan BI juga dilaksanakan
untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah, sekaligus bertukar informasi
dan penelitian tentang cara pengembangan ekonomi daerah. Zardi