Serius Wujudkan Pariwisata Sebagai Primadona, Pemko Padang Bertemu Asita dan PHRI
Dirgantara- Pemerintah Kota Padang tidak setengah - setengah melakukan penataan pariwisataJika serius menjadikan aspek ini sebagai primadona dalam pembangunan, maka penataan harus dilakukan secara komprehensif di setiap lini yang mendukung kelangsungan pariwisata tersebut. Sehingga harus 'merapatkan barisan' dan menggandeng pelaku pariwisata, stakeholder serta seluruh lapisan masyarakat agar sejalan dan satu persepsi.
Hal itu diutarakan para pelaku pariwisata yang tergabung dalam Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar dan Asosiasi Travel Agen (Asita) Sumbar saat melakukan pertemuan dengan Walikota Padang dan SKPD terkait di Balaikota, Rabu (8/10).
Walikota Padang H. Mahyeldi dan Ketua DPRD Kota Padang Erisman menyambut baik semua masukan sekaligus kritisi yang disampaikan Ketua PHRI Sumbar Maulana Yusran dan Ketua Asita Sumbar Ian Hanafiah, serta praktisi pariwisata yang Ridwan Tulus.
Selaras dengan prioritas pembangunan dalam mewujudkan "Padang sebagai kota pendidikan, perdagangan dan pariwisata yang sejahtera, religius dan berbudaya" seperti visi misi kepala daerahnya. Percepatan pembangunan dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap infrastruktur. Diantaranya jalan, terminal, jembatan dan normalisasi sungai untuk mengatasi genangan air serta penataan kawasan Pasar Raya.
"Semua itu menjadi aspek pendukung pariwisata agar Padang menjadi daerah tujuan wisata yang nyaman dan berkesan. Disamping melakukan pembenahan objek wisata itu sendiri," ujar Mahyeldi.
Lebih lanjut Mahyeldi menyebutkan, saat ini sedang dilaksanakan "Sayembara Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang". Kawasan ini terdiri dari kawasan Pantai Padang, Kota Lama, Jembatan Siti Nurbaya, Gunung Padang dan Pantai Aie Manih.
"Dari sayembara ini diharapkan mendapatkan desain yang terbaik guna pengembangan wisata ke depan," imbuh Mahyeldi.
Wakil Walikota Padang Emzalmi yang hadir pada kesempatan ini menambahkan, Kota Padang juga telah melakukan MoU dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat terkait pengembangan Pantai Aie Manih dan Gunung Padang. Sehingga harapan menjadikan Pantai Aie manih dengan Legenda Malin Kundang dan Gunung Padang dengan Legenda Siti Nurbaya akan menjadi ikon pariwisata Kota Padang.
"Begitu juga dengan kawasan Pantai Padang yang saat ini sedang penataan pedagang dengan membangunkan kios - kios di sisi Danau Cimpago. Sehingga bibir pantai bebas dari tenda dan lapak pedagang. Sedangkan kios yang disebut LPC itu menghadap ke laut agar pengunjung mendapatkan view yang indah dan menikmati dengan nyaman," papar Emzalmi.
Meskipun inisiatif pembangunan Lapau Panjang Cimpago (LPC) oleh Pemko ini mendapat sedikit kritisi oleh pelaku pariwisata karena disinyalir di kawasan tersebut akan dipenuhi kendaraan pengunjung dan menimbulkan 'traffic'.
"Pemindahan pedagang ke sisi Danau Cimpago kemungkinan akan menimbulkan masalah baru karena tingginya intensitas lalu lintas kendaraan. Bukankah sebaiknya juga dikaji masalah parkir. yang menurut hemat saya dibuat kawasan parkir khusus bagi pengunjung sehingga di jalan sepanjang pantai tidak ada kendaraan yang parkir," tukas Ketua PHRI Sumbar Yusran Maulana.
Pria disapa Alan ini juga minta Pemko Padang memberikan pemahaman terhadap masyarakat agar memperhatikan kebersihan toilet dan tempat wudhu di masjid dan mushalla. Lantaran Kota Padang juga sebagai tujuan "wisata syariah" bagi para tamu dari Timur Tengah dan negara muslim lainnya.
Alan juga menyorot sejumlah regulasi yang kurang berpihak terhadap pelaku pariwisata khususnya perhotelan dan restoran serta perizinan yang memberatkan pelaku usaha sektor pariwisata. Misalnya soal tenggat waktu pengurusan CV menjadi PT bagi hotel yang diberi tempo enam bulan, dinilai memberatkan.
Sedangkan Ian Hanafiah juga menyampaikan berbagai permasalahan yang dihadapi pelaku pariwisata atau travel agen terkait masih buruknya budaya sadar wisata masyarakat serta potensi destinasi yang masih terabaikan.
Ian juga mengungkapkan sejumlah perbandingan kemajuan pariwisata di beberapa tempat di Indonesia yang bisa menjadi acuan pengelolaan pariwisata di Kota Padang. Namun ia lebih menekankan perbandingan tersebut bukan berarti mengecilkan potensi pariwisata Kota Padang.
"Kita dapat mengambil perbandingan terhadap pengelolaan pariwisata di Pulau Jawa dan Bali namun kita yakin potensi Kota Padang atau Sumatera Barat lebih luar biasa. Hal inilah yang perlu kita kemas sehingga kita lebih maju tetapi berbeda dengan tempat lain," ujar Ian.
Masih dalam kesempatan tersebut, praktisi pariwisata Ridwan Tulus juga memaparkan konsep "Green Tourism" dimana pengelolaan pariwisata lebih berwawasan lingkungan dan bersahabat dengan alam.
"Para wisatawan yang datang disuguhkan suatu pengalaman yang berkesan dengan melibatkan mereka melakukan hal - hal kecil seperti memungut sampah, mengajar di sekolah, menanam pohon, menanam terumbu karang dan mangrove serta melepas penyu," sebutnya.
Sementara itu Ketua DPRD Kota Padang Erisman memberikan dukungan terhadap konsep pengembangan pariwisata oleh Pemko Padang. Politisi Gerindra ini juga masih pelaku aktif di pariwisata.
"Sebagai orang yang menggeluti pariwisata tentunya pada posisi sekarang di legislatif akan lebih dapat bersinergi dengan Pemko Padang dalam pengembangan pariwisata," kata Erisman.
Dalam pertemuan ini juga hadir Plt. Sekda Kota Padang Eviyet Nazmar, Kepala Disbudpar Dian Fakri, Kafiahubkominfo Rufi Rinaldi, Ka DKP Afrizal Khaidir, Kabag Humas dan Protokol Mursalim, Kasat Pol PP Andree Algamar, serta para Kabid pada Disbudpar.(rel)
—
08
Serius Wujudkan Pariwisata Sebagai Primadona, Pemko Padang Bertemu Asita dan PHRI
PADANG - Pemerintah Kota Padang tidak setengah - setengah melakukan penataan pariwisataJika serius menjadikan aspek ini sebagai primadona dalam pembangunan, maka penataan harus dilakukan secara komprehensif di setiap lini yang mendukung kelangsungan pariwisata tersebut. Sehingga harus 'merapatkan barisan' dan menggandeng pelaku pariwisata, stakeholder serta seluruh lapisan masyarakat agar sejalan dan satu persepsi.
Hal itu diutarakan para pelaku pariwisata yang tergabung dalam Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar dan Asosiasi Travel Agen (Asita) Sumbar saat melakukan pertemuan dengan Walikota Padang dan SKPD terkait di Balaikota, Rabu (8/10).
Walikota Padang H. Mahyeldi dan Ketua DPRD Kota Padang Erisman menyambut baik semua masukan sekaligus kritisi yang disampaikan Ketua PHRI Sumbar Maulana Yusran dan Ketua Asita Sumbar Ian Hanafiah, serta praktisi pariwisata yang Ridwan Tulus.
Selaras dengan prioritas pembangunan dalam mewujudkan "Padang sebagai kota pendidikan, perdagangan dan pariwisata yang sejahtera, religius dan berbudaya" seperti visi misi kepala daerahnya. Percepatan pembangunan dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap infrastruktur. Diantaranya jalan, terminal, jembatan dan normalisasi sungai untuk mengatasi genangan air serta penataan kawasan Pasar Raya.
"Semua itu menjadi aspek pendukung pariwisata agar Padang menjadi daerah tujuan wisata yang nyaman dan berkesan. Disamping melakukan pembenahan objek wisata itu sendiri," ujar Mahyeldi.
Lebih lanjut Mahyeldi menyebutkan, saat ini sedang dilaksanakan "Sayembara Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang". Kawasan ini terdiri dari kawasan Pantai Padang, Kota Lama, Jembatan Siti Nurbaya, Gunung Padang dan Pantai Aie Manih.
"Dari sayembara ini diharapkan mendapatkan desain yang terbaik guna pengembangan wisata ke depan," imbuh Mahyeldi.
Wakil Walikota Padang Emzalmi yang hadir pada kesempatan ini menambahkan, Kota Padang juga telah melakukan MoU dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat terkait pengembangan Pantai Aie Manih dan Gunung Padang. Sehingga harapan menjadikan Pantai Aie manih dengan Legenda Malin Kundang dan Gunung Padang dengan Legenda Siti Nurbaya akan menjadi ikon pariwisata Kota Padang.
"Begitu juga dengan kawasan Pantai Padang yang saat ini sedang penataan pedagang dengan membangunkan kios - kios di sisi Danau Cimpago. Sehingga bibir pantai bebas dari tenda dan lapak pedagang. Sedangkan kios yang disebut LPC itu menghadap ke laut agar pengunjung mendapatkan view yang indah dan menikmati dengan nyaman," papar Emzalmi.
Meskipun inisiatif pembangunan Lapau Panjang Cimpago (LPC) oleh Pemko ini mendapat sedikit kritisi oleh pelaku pariwisata karena disinyalir di kawasan tersebut akan dipenuhi kendaraan pengunjung dan menimbulkan 'traffic'.
"Pemindahan pedagang ke sisi Danau Cimpago kemungkinan akan menimbulkan masalah baru karena tingginya intensitas lalu lintas kendaraan. Bukankah sebaiknya juga dikaji masalah parkir. yang menurut hemat saya dibuat kawasan parkir khusus bagi pengunjung sehingga di jalan sepanjang pantai tidak ada kendaraan yang parkir," tukas Ketua PHRI Sumbar Yusran Maulana.
Pria disapa Alan ini juga minta Pemko Padang memberikan pemahaman terhadap masyarakat agar memperhatikan kebersihan toilet dan tempat wudhu di masjid dan mushalla. Lantaran Kota Padang juga sebagai tujuan "wisata syariah" bagi para tamu dari Timur Tengah dan negara muslim lainnya.
Alan juga menyorot sejumlah regulasi yang kurang berpihak terhadap pelaku pariwisata khususnya perhotelan dan restoran serta perizinan yang memberatkan pelaku usaha sektor pariwisata. Misalnya soal tenggat waktu pengurusan CV menjadi PT bagi hotel yang diberi tempo enam bulan, dinilai memberatkan.
Sedangkan Ian Hanafiah juga menyampaikan berbagai permasalahan yang dihadapi pelaku pariwisata atau travel agen terkait masih buruknya budaya sadar wisata masyarakat serta potensi destinasi yang masih terabaikan.
Ian juga mengungkapkan sejumlah perbandingan kemajuan pariwisata di beberapa tempat di Indonesia yang bisa menjadi acuan pengelolaan pariwisata di Kota Padang. Namun ia lebih menekankan perbandingan tersebut bukan berarti mengecilkan potensi pariwisata Kota Padang.
"Kita dapat mengambil perbandingan terhadap pengelolaan pariwisata di Pulau Jawa dan Bali namun kita yakin potensi Kota Padang atau Sumatera Barat lebih luar biasa. Hal inilah yang perlu kita kemas sehingga kita lebih maju tetapi berbeda dengan tempat lain," ujar Ian.
Masih dalam kesempatan tersebut, praktisi pariwisata Ridwan Tulus juga memaparkan konsep "Green Tourism" dimana pengelolaan pariwisata lebih berwawasan lingkungan dan bersahabat dengan alam.
"Para wisatawan yang datang disuguhkan suatu pengalaman yang berkesan dengan melibatkan mereka melakukan hal - hal kecil seperti memungut sampah, mengajar di sekolah, menanam pohon, menanam terumbu karang dan mangrove serta melepas penyu," sebutnya.
Sementara itu Ketua DPRD Kota Padang Erisman memberikan dukungan terhadap konsep pengembangan pariwisata oleh Pemko Padang. Politisi Gerindra ini juga masih pelaku aktif di pariwisata.
"Sebagai orang yang menggeluti pariwisata tentunya pada posisi sekarang di legislatif akan lebih dapat bersinergi dengan Pemko Padang dalam pengembangan pariwisata," kata Erisman.
Dalam pertemuan ini juga hadir Plt. Sekda Kota Padang Eviyet Nazmar, Kepala Disbudpar Dian Fakri, Kafiahubkominfo Rufi Rinaldi, Ka DKP Afrizal Khaidir, Kabag Humas dan Protokol Mursalim, Kasat Pol PP Andree Algamar, serta para Kabid pada Disbudpar.(mond/rel)