Breaking News

GADANG PADANG KARENA DAGANG

Oleh :MAHYELDI ANSHARULLAH
         (Walikota Padang)

Pada 7 Desember 1793, sebuah kapal Perancis berukuran besar dinahkodai Le Meme berlabuh di Padang. Tujuan mereka bukanlah untuk berdagang, apalagi berwisata, namun mereka bermaksud menjarah Kota Padang. Ya, Le Meme merupakan salah satu bajak laut terkenal yang ditakuti pada masa itu. Ia telah merompak kapal Belanda yang berlayar dari Padang menuju Batavia pada bulan Agustus 1793. Kapal Belanda yang sarat dengan rempah dan emas membuat Le Meme berkesimpulan bahwa tentulah Padang adalah negeri berlimpah harta. Semenjak itu ia menyusun rencana ; menyerbu langsung Kota Padang.

Namun rupanya, rencana penjarahan tersebut telah diketahui Belanda dan warga Kota Padang, sehingga beberapa produk yang menjadi incaran kapal bajak laut Perancis itu telah disembunyikan jauh-jauh hari. Alhasil, Le Meme dan anak buahnya mendapatkan hasil kurang memuaskan meskipun telah menguras gudang-gudang Belanda dan rumah-rumah penduduk.

Mereka kecewa, hingga akhirnya tanpa bisa dikontrol, anak buah Le Meme menjadi liar, menjarah segala yang tampak, menawan penduduk, melakukan pemerasan hingga membongkar kuburan Cina di Gunung Padang demi mendapatkan emas. Aksi penjarahan mereka ini dinilai keterlaluan, Le Meme dan anak buahnya pun menuai kecaman sinis dari negeri mereka sendiri. Inilah yang membuat Le Meme menulis surat pada warga Perancis, mengklarifikasi tindakan penjarahannya di Padang.

Kisah Bajak Laut Perancis Le Meme ini membuktikan bahwa Kota Padang waktu lampau telah menjadi primadona sehingga diperebutkan bangsa-bangsa Eropa. Pada akhir abad 19, Padang telah menjelma menjadi kota pengekspor kopi, teh, rotan, lada, beras, gambir, pala, kayu manis, tembakau dan kelapa. Negara tujuan ekspor yakni negara-negara di Eropa, Amerika Serikat, India dan Arab. Komoditas ekspor itu dihasilkan oleh daerah-daerah sekitar di Sumatera Barat.

Untuk mendukung arus perdagangan komoditas andalan itu, dibangunlah Pelabuhan Emmahaven atau yang sekarang dikenal dengan nama Pelabuhan Teluk Bayur dari tahun 1888 sampai 1893 oleh arsitek Ir.J.P Yzerman. Pelabuhan ini menjadi satu-satunya pelabuhan terbesar dan teramai yang berdiri di pantai barat Sumatera kala itu, bahkan depot pengisian batubara yang dimiliki Emmahaven merupakan yang tercanggih se-Asia Tenggara.

Di waktu yang nyaris bersamaan dengan pembangunan Pelabuhan Teluk Bayur yakni pada tahun 1889-1894 dibangun pula jalur kereta api dari Padang menuju Sawahlunto untuk mempermudah pengangkutan batubara. Sementara jalur kereta api menuju Padang Panjang, Pariaman, Bukittinggi dan Payakumbuh dibangun pada awal abad 20.

Kota yang sempat didiami Soekarno di tahun 1942 ini, sebenarnya telah sejak lama disinggahi bangsa-bangsa asing. Belanda mendarat di kota pesisir barat Sumatera ini pada abad 15, mereka mengincar emas dan rempah. Pada 20 Mei 1784, Belanda menetapkan Padang sebagai pusat kedudukan dan perdagangannya. Bangsa Inggris sempat tiba pada tahun 1683 untuk berjual-beli, dan lalu kembali lagi di tahun 1793 untuk merebut Padang dari Belanda. Pada tahun 1819 Padang dikembalikan ke Belanda akibat kekalahan Inggris dalam perang Napoleon. Sebelum Le Meme merompak Padang, bangsa Perancis lain yang tiba di Padang adalah Jenderal Charles Hector, comte d’Estaing (1760).

Berkilaunya gairah perniagaan di Kota Padang terus meningkat seiring dibangunnya Balai Kota Padang oleh arsitek Ir Thomas Karsten yakni pada 1931-1936. Semula di samping Balai Kota Padang hanyalah sehamparan tanah lapang yang dijejali pedagang kaki lima dan penjual tradisional. Kemudian di tahun 1970 oleh pemerintah didirikanlah bangunan permanen sebagai pasar Inpres. Antara tahun 1980 sampai 1990-an, Pasar Raya Padang tumbuh pesat. Tidak saja dalam kawasan Sumatera Barat, namun juga daerah-daerah tetangga seperti Bengkulu, Riau, Jambi hingga negeri jiran Malaysia dan Singapura tak tertinggal pernah bertransaksi di sana.

Dalam masa jayanya, Pasar Raya Padang telah menjelma menjadi “supermarket” serba ada dengan menyajikan harga miring. Macam ragam barang dagangan dijajakan. Mulai dari kopi hingga daging sapi. Dari penjual makanan sampai penjahit pakaian. Penjual perkakas sampai tukang pangkas. Dari pedagang pernak-pernik sampai elekronik. Penjual perhiasan hingga buah-buahan. Singkat kata, semua ada di Pasar Raya Padang.

Dari sekilas perjalanan Kota Padang di atas, tampak bahwa Kota ini semenjak dahulu merupakan daerah yang layak disinggahi sampai menjadi rebutan  oleh berbagai pihak lantaran letaknya yang strategis dan kekayaan potensi yang dimilikinya terutama di bidang perdagangan.

Surutnya Masa Kejayaan

Pesatnya perkembangan transportasi, tren kebutuhan pasar internasional maupun kendala seperti musibah gempa sedikit banyaknya memengaruhi surutnya masa kejayaan Kota Padang.

Antara tahun 1950-1975 pelabuhan Teluk Bayur dijadikan rute pemberangkatan jemaah Haji melalui jalur laut. Namun sejak tahun 1976, pemerintah menetapkan pemberangkatan jemaah Haji dilakukan melalui jalur udara. Demikian pula halnya dengan penumpang kapal yang lebih banyak memilih naik pesawat terbang dibanding kapal laut sejak berdirinya Bandara Tabing Padang (1967-2005).

Turunnya produksi tambang batubara Sawahlunto juga mengakibatkan tidak beroperasinya kereta api menuju Padang sejak tahun 2004. Kini jalur kereta api di Sumbar yang aktif hanya dari dan menuju Kota Pariaman sebanyak dua kali sehari.

Musibah gempa 7,9 SR di tahun 2009 juga membuat runtuhnya Pasar Raya Padang. Ekonomi masyarakat turut terguncang dan berjalan terseok-seok. Hingga kini kenyamanan berjual beli masih jauh dari yang diharapkan.

Belum lagi turunnya antusiasme masyarakat dalam memandang profesi seorang pedagang. Menjadi pegawai entah di swasta maupun negeri kini lebih menarik minat masyarakat dibanding berwirausaha. Karakter yang sesungguhnya jauh dari sifat asli orang Minangkabau yang berjiwa dagang. 

Peluang dan Harapan
Menggelorakan kembali gairah perdagangan di Kota Padang jelas membutuhkan penanganan holistik.  Untuk segera membenahi Pasar Raya Padang maka semenjak 2011 telah digelontorkan anggaran Rp 42,3 miliar untuk pembangunan Pasar Raya Blok I. Demikian pula pada tahun 2014, telah diselesaikan pembangunan Pasar Inpres II dengan dana 5 Miliar. Sedangkan pasar inpres III dan IV ditargetkan rampung seluruhnya pada tahun 2016.
Di samping itu, kita juga menyiapkan agar pasar raya ke depan akan lebih tertata. Para pedagang diatur sedemikian rupa disesuaikan dengan jenis barang dagangannya. Misal, pedagang batu akik akan di pusatkan di Atom Center, pedagang pakaian, penjual sayur sampai penjual daging akan di carikan tempat sendiri-sendiri. Dengan cara tematik ini, pasar akan tampak rapi, mudah dipantau dan pembeli pun merasa nyaman.
Di sisi lain, kita juga perlu membangkitkan minat masyarakat untuk berwirausaha. Itulah makanya program menumbuhkan 10 ribu wirausahawan selalu digencarkan melalui SMK-SMK kita serta melalui SKPD terkait untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan dan persiapan lainnya. Sejalan dengan itu, kita terus mendorong setiap rumah di Padang agar memiliki usaha mandiri, artinya minimal salah seorang dari anggota keluarga adalah seorang wirausahawan.
Kita juga akan mendorong agar tiap-tiap sekolah menyediakan sebuah sudut di kantin sekolah yang khusus menjajakan kuliner hasil olahan para murid sekolah yang penggunaannya diatur secara bergiliran. Dengan bimbingan guru praktek, modal usaha berasal dari patungan antar kelompok murid, dan keuntungan juga dapat mereka nikmati bersama. Artinya, tersedia ruang bagi mereka semua untuk mengenal dan mencintai kegiatan wirausaha semenjak dari bangku sekolah.
Tiap-tiap kepala SKPD juga ditekankan untuk menjadi marketer. Mereka harus paham mengenai perdagangan dan pemasaran. Aplikasinya, mereka minimal dapat turut mempromosikan produk-produk dan potensi Kota Padang di mana pun dan kapan pun. Setiap ada penugasan ke luar daerah PNS akan menjual produk-produk Kota Padang seperti batu cincin, kain songket, peci, sarung, pernak-pernik dan lain sebagainya. Seluruh keuntungan dimasukkan dalam BAZ Kota Padang, modal usaha didapatkan dan diputar kembali dari Koperasi Pemko Padang.

Jadi PNS yang menjual tidak memperoleh keuntungan langsung sama sekali, mengingat dalam aturan mereka bekerja berdasar pengabdian bukan mencari profit, tetapi sebagai motivasi keberhasilan penjualan mereka dicatat dan dimasukkan dalam poin prestasi kerja. Bila PNS sudah terbiasa menjadi marketer semacam ini, maka ketika pensiun akan tetap produktif dengan membuka lapangan usaha sendiri.

Saya sendiri juga telah memulai untuk memasarkan produk UMKM seperti peci asli buatan kelurahan Beringin, Lubuk Kilangan-Padang yang saya bawa ke Selangor-Malaysia. Alhamdulillah, sejumlah pengusaha Malaysia berminat untuk melakukan kerjasama ke depan dalam pemasaran peci tersebut.   

Pada awal tahun 2014 sempat ada pembicaraan untuk menghidupkan moda transportasi Kereta Api, antar kota dalam propinsi Sumatera Barat, baik sebagai sarana pengangkut penumpang maupun sebagai pengangkut barang. Jalur Padang-Padang Panjang – Bukittinggi dan Payakumbuh, termasuk membuka kembali jurusan Padang- Padang Panjang- Solok – Sawahlunto. Bila jalur-jalur ini kembali dihidupkan maka Kota Padang sebagai titik sentral akan lebih menggeliat. Lihatlah dunia, seluruh negara berlomba untuk mengembangkan teknologi transportasi perkereta apian.

Untuk itu, mengingat ongkos murah yang ditawarkan bila naik kereta api, di samping karena kereta api tidak terhambat persoalan macet, lebih tepat waktu, berangkat sesuai jadwal. Maka kita perlu  merumuskan bersama pihak-pihak terkait agar memfungsikan jalur kereta api tersebut dapat segera terealisasi. 

Selain itu, perlu juga menyusun perencanaan untuk membangun jalur kereta api dari Bandara Udara Internasional Minangkabau-PelabuhanTeluk Bayur. Hal ini untuk menambah gairah aktifitas di Pelabuhan Teluk Bayur. Apalagi, kebijakan Pemerintah Jokowi-JK menitik beratkan  pembangunan kemaritiman. Pelabuhan Teluk Bayur sebagai pelabuhan yang besar dan ramai perlu mendapat perhatian dari pemerintah ke depan.

Pembangunan dan pengembangan Kota Padang kiranya berada dalam momen yang tepat. Meskipun dalam Perpres 32/2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (MP3EI) Sumatera Barat bukanlah termasuk jalur prioritas pembangunan ekonomi namun demikian beberapa kerjasama dapat digiatkan salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan negara-negara IORA.

IORA atau Indian Ocean Rim Association merupakan salah satu organisasi regional di kawasan Samudera Hindia. Dibentuk pada bulan Maret 1997 di Mauritius dan beranggotakan 20 negara yang terletak di kawasan strategis bagi rute perdagangan dan jalur ekonomi yang menghubungkan Samudera Pasifik dan Atlantik termasuk Indonesia. Akhir tahun 2015 ini Kota Padang mendapatkan kehormatan, menjadi tuan rumah KTT Menteri Luar Negeri seluruh anggota IORA dan juga sebagai tuan rumah latihan Angkatan Laut bersama antar Negara-negara anggota IORA.

Menjalin hubungan kerjasama terutama dengan kota-kota di negara-negara IORA merupakan momentum yang tidak boleh kita sia-siakan. Momen ini sangat penting untuk meningkatkan popularitas Kota Padang di tataran nasional dan internasional. Dengan menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT, posisi Padang dipandang penting dalam perjalanan IORA ke depan.

Kita juga harus buka mata dunia bahwa potensi di Samudera India juga sangat besar. Jalur-jalur di Samudera India sejak dulu merupakan jalur dagang terpenting yang kemudian terlupakan. Sebagai contoh, eratnya hubungan perdagangan dengan Negara India terlihat dari adanya kemiripan kuliner Padang dengan sejumlah daerah di India bagian selatan yang menggunakan banyak rempah dan santan sebagai pengental.
Dahulu, tiap enam bulan sekali seiring dengan pergantian arah mata angin dari barat ke timur maka pedagang-pedagang India berdatangan, demikian pula sebaliknya, enam bulan kemudian ketika arah angin bertukar dari timur ke barat maka para saudagar Minanglah yang berlayar, datang ke India. Apalagi dengan jumlah penduduk India mencapai 1,2 Milyar, tentu akan menjadi pangsa pasar yang menggiurkan untuk dijajaki.

Belum lagi peluang kerjasama dengan negara-negara seperti Arab Saudi, Timur Tengah di mana ulama-ulama Minangkabau dahulu bepergian untuk memperdalam ilmu agama. Bahkan pedagang dan ulama Padang tidak sedikit pula yang telah menjejakkan kakinya ke benua Afrika. Dengan Kota Perth di Australia saya kira, kita juga mesti menjalin hubungan kerjasama, mengingat Padang berpeluang untuk disinggahi kapal-kapal pesiar dari Eropa ke Australia maupun sebaliknya. Hal ini semua merupakan peluang bagi Padang untuk mengembangkan sayapnya. Itulah sebabnya, sebagai tuan rumah, KTT Menteri Luar Negeri IORA perlu kita sukseskan bersama. Diharapkan melalui IORA, kita dapat menghidupkan kembali jalur-jalur perdagangan tersebut dengan mengikat kerjasama dalam Sister City.

Membangun sebuah daerah tanpa melihat sejarah sama halnya memasuki hutan belantara tanpa menggunakan peta dan kompas. Mengembalikan kejayaan Kota Padang sebagai titik keramaian perniagaan tentu mesti berpijak dengan jejak-jejak kejayaan masa lalu, di samping mengkaji potensi-potensi yang ada. Dengan begitu keberhasilan pembangunan yang dicapai sesuai dengan harapan dan kebutuhan bagi warganya sekaligus merupakan cita-cita dari para leluhur.


*****