Padang Tuan Rumah Penyelenggaraan IORA
DO, Padang ~ Kota Padang akan menjadi tuanrumah penyelenggara pertemuan negara-negara yang tergabung ke dalam Indian Ocean Rim Association (IORA), tahun ini. Lewat pertemuan 26 negara yang berada di sepanjang Samudera Hindia itu, Kota Padang diharapkan mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai daerah penghasil rempah terbesar di dunia. Ini ditegaskan Walikota Padang yang diwakili Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Padang, Nasir Ahmad, saat membuka diskusi umum kesiapan Kota Padang menghadapi pertemuan IORA dan pasar global di Palanta kediaman Walikota, jalan A. Yani, Kamis (4/6).
“Lewat momen IORA ini kejayaan masa lalu Indonesia sebagai penghasil rempah seyogianya dapat diulang kembali dengan menjadikan Padang sebagai kota rempah dunia, dan ini adalah tantangan untuk kita semua,” ungkap Sekda di depan narasumber diskusi dan peserta yang hadir dalam kesempatan itu.
Padang digadang-gadang sebagai kota rempah dunia, dan itu cukup beralasan. Karena letaknya yang strategis sebagai gerbang masuk Indonesia dari pesisir bagian barat, Padang merupakan tempat hasil produksi perkebunan, perindustrian, perikanan, pengolahan, transit dan pergudangan untuk ekspor.
“Kelebihan ini akan meningkatkan daya tawar dalam perekonomian sesama negara anggota IORA dan menguntungkan kedua belah pihak serta terus meningkatkan kerjasama teknologi informasi, pendidikan, pariwisata, masalah kebencanaan, dan perkembangan ekonomi Kota Padang ke depan,” papar Sekda.
Pemko Padang melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) menggelar diskusi umum dengan menghadirkan sejumlah narasumber seperti akademisi dan pimpinan perusahaan. Dalam diskusi tersebut juga dilakukan penandatanganan MoU dengan Universitas Andalas dengan tujuan merumuskan kebijakan-kebijakan dan peluang investasi sehingga Padang benar-benar diwujudkan menjadi kota rempah dunia.
Salahsatu contoh peluang yang dimaksimalkan nantinya yakni keberadaan Teluk Bayur. Saat ini Teluk Bayur hanya sebagai tempat mengirim atau mengekspor produk ke luar negeri. Karena di Padang tidak memilik produk turunan yang bernilai tambah dan hanya bahan baku saja. “Dengan IORA ini peluang untuk kita memaksimalkan sehingga nantinya berdiri perusahaan yang memproduksi produk turunan di Kota Padang,” tambah Sekda.
Sementara Heryanto Rustam selaku Ketua Panitia diskusi umum, menyatakan kesiapan Kota Padang menghadapi pertemuan IORA dan pasar global. Selain itu Heryanto Rustam menyebutkan, dibidiknya rempah sebagai salahsatu ‘ikon’ Padang karena di Padang cukup banyak terdapat rempah diantaranya seperti sawit, karet, kopi, teh dan sebagainya. Padang cukup banyak mengekspor produk tersebut oleh perusahaan yang ada seperti PT Musim Mas, dan sebagainya. “Lewat diskusi ini nanti akan banyak muncul ide dan masukan yang berarti dai para ahli dan akademisi. Masukan ini akan kita kumpulkan untuk kemudian diserahkan kepada walikota,” paparnya.
Diskusi ini uga dihadiri Rektor Unand, Kadis Perkebunan Provinsi Sumbar, Ir. Fajarudin, Prof. Dr. Amri Bachtiar, Dirut PT Musim Mas, dan Ketua AECI Sumbar. Dalam diskusi ini, masing-masing narasumber member materi yang berbeda-beda. Hadir sebagai moderator, Asisten II, Dr. Ir. Eyviet Nasmar, MS dan Kepala PM&P2T, Drs. Didi Aryadi, M.Si. (Charlie/mond)
“Lewat momen IORA ini kejayaan masa lalu Indonesia sebagai penghasil rempah seyogianya dapat diulang kembali dengan menjadikan Padang sebagai kota rempah dunia, dan ini adalah tantangan untuk kita semua,” ungkap Sekda di depan narasumber diskusi dan peserta yang hadir dalam kesempatan itu.
Padang digadang-gadang sebagai kota rempah dunia, dan itu cukup beralasan. Karena letaknya yang strategis sebagai gerbang masuk Indonesia dari pesisir bagian barat, Padang merupakan tempat hasil produksi perkebunan, perindustrian, perikanan, pengolahan, transit dan pergudangan untuk ekspor.
“Kelebihan ini akan meningkatkan daya tawar dalam perekonomian sesama negara anggota IORA dan menguntungkan kedua belah pihak serta terus meningkatkan kerjasama teknologi informasi, pendidikan, pariwisata, masalah kebencanaan, dan perkembangan ekonomi Kota Padang ke depan,” papar Sekda.
Pemko Padang melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) menggelar diskusi umum dengan menghadirkan sejumlah narasumber seperti akademisi dan pimpinan perusahaan. Dalam diskusi tersebut juga dilakukan penandatanganan MoU dengan Universitas Andalas dengan tujuan merumuskan kebijakan-kebijakan dan peluang investasi sehingga Padang benar-benar diwujudkan menjadi kota rempah dunia.
Salahsatu contoh peluang yang dimaksimalkan nantinya yakni keberadaan Teluk Bayur. Saat ini Teluk Bayur hanya sebagai tempat mengirim atau mengekspor produk ke luar negeri. Karena di Padang tidak memilik produk turunan yang bernilai tambah dan hanya bahan baku saja. “Dengan IORA ini peluang untuk kita memaksimalkan sehingga nantinya berdiri perusahaan yang memproduksi produk turunan di Kota Padang,” tambah Sekda.
Sementara Heryanto Rustam selaku Ketua Panitia diskusi umum, menyatakan kesiapan Kota Padang menghadapi pertemuan IORA dan pasar global. Selain itu Heryanto Rustam menyebutkan, dibidiknya rempah sebagai salahsatu ‘ikon’ Padang karena di Padang cukup banyak terdapat rempah diantaranya seperti sawit, karet, kopi, teh dan sebagainya. Padang cukup banyak mengekspor produk tersebut oleh perusahaan yang ada seperti PT Musim Mas, dan sebagainya. “Lewat diskusi ini nanti akan banyak muncul ide dan masukan yang berarti dai para ahli dan akademisi. Masukan ini akan kita kumpulkan untuk kemudian diserahkan kepada walikota,” paparnya.
Diskusi ini uga dihadiri Rektor Unand, Kadis Perkebunan Provinsi Sumbar, Ir. Fajarudin, Prof. Dr. Amri Bachtiar, Dirut PT Musim Mas, dan Ketua AECI Sumbar. Dalam diskusi ini, masing-masing narasumber member materi yang berbeda-beda. Hadir sebagai moderator, Asisten II, Dr. Ir. Eyviet Nasmar, MS dan Kepala PM&P2T, Drs. Didi Aryadi, M.Si. (Charlie/mond)