Demi Si Buah Hati, Jual Jagung Dilakoni Mayanti
DO, Padang ~ Biarlah bertungkus lumus dengan penderitaan, namun segala upaya tetap dijalani demi membesarkan sang buah hati. Begitu kira - kira tekad Syaiful dan Mayanti, pasangan suami istri bersama lima orang anaknya yang tinggal di rumah sangat sederhana di kawasan Banuaran, Kecamatan Lubuak Bagaluang.
Sehari - hari sang suami, Syaiful bekerja sebagai buruh lepas di sebuah perusahaan swasta di kawasan Bypass. Pria 47 tahun ini berangkat pagi dan pulang petang harinya dengan membawa penghasilan yang kadang - kadang kurang untuk sekedar memenuhi kebutuhan makan keluarga itu.
Untuk memenuhi kekurangan itu, sang istri Mayanti melakoni berjualan jagung rebus dengan mendorong gerobak keliling kampung, dibantu oleh anak - anaknya. Dengan demikian keluarga ini bisa menyisihkan sebagian penghasilan untuk kebutuhan sekolah anak - anaknya.
Bagi Syaiful dan Mayanti, sangat penting menyekolahkan anak - anaknya ke tingkat yang lebih tinggi agar mereka mencapai cita - cita dan memiliki kehidupan yang lebih baik nantinya. Orang tua ini tak ingin anak - anaknya bernasib sama dengan dirinya, cuma berpendidikan dasar dan tidak mendapat kesempatan kerja yang lebih bagus. Sedangkan keterampilan yang mumpuni tidak pula mereka miliki.
Itulah sebabnya, Syaiful memilihkan Sekolah Menengah Kejuruan bagi dua putrinya yang paling besar, Vina dan Sari. Keduanya kini duduk di bangku kelas XII sebuah SMK swasta. Ya, cuma swasta, karena pada waktu itu, SMK Negeri masih sangat mahal sehingga mereka tak mampu membayar uang masuknya.
Vina dan Sari sekolah di SMK yang sama, bahkan sejurusan, lantaran sang Kakak Vina harus menunda satu tahun sampai orang tua mereka memiliki uang yang cukup di tahun berikutnya. Sementara adik mereka, Mira dan Mirina juga sama - sama duduk di kelas VIII, seperti halnya dua kakak mereka. Sedangkan, Afdal, si bungsu yang satu - satunya laki - laki, tahun ini naik ke kelas V.
Pilihan Syaiful untuk lebih mengutamakan pendidikan anak - anaknya ini, maka di satu sisi ia tak bisa menyisihkan sedikit dari penghasilan mereka untuk membangun rumah yang lebih layak. Sehingga, bertujuh beranak ini terpaksa bernaung di bawah rumah yang telah bocor dan berdinding seadanya. Ruangan rumah ini pun sempit dengan lebar 4 meter dan panjang sekitar 12 meter terdiri dari 3 ruangan, yaitu ruang depan dan dua ruang lainnya sebagai kamar tidur. Adapun kamar mandi, ukurannya sangatlah kecil, cuma disekat seadanya.
Begitulah kondisi keluarga Syaiful yang didapati Tim Singgah Sahur ketika berkunjung ke rumahnya di Banuaran pada dini hari menjelang sahur, Rabu (8/7). Kunjungan tim yang terdiri dari Walikota Padang H. Mahyeldi dan beberapa jajaran ini, sama sekali tak diduga Syaiful. Kedatangan tim sengaja dirahasiakan agar tuan rumah tidak repot menyiapkan segala sesuatu, karena tim yang sudah "action" enam kali selama bulan Ramadhan ini sudah menyiapkan keperluan untuk makan sahur, lengkap dengan bingkisan serta bantuan bagi keluarga dhuafa yang dikunjungi.
Mayanti berlinang air mata mendapat kunjungan itu. Bahagia bercampur haru berkelindan di batinnya. Sosok pemimpin yang selama ini dilihatnya cuma di televisi saat ini hadir di tengah keluarganya. Ia bisa berbincang langsung dan merasakan kesejukan kata demi kata yang meluncur dari mulut Walikota yang dikenal sebagai Buya itu.
Demikian juga Vina, cairan bening yang hangat tiba - tiba terpacak di mata putri Sulung Mayanti itu. Isakan gadis remaja ini, menunjukkan ketulusannya mencerna nasehat dan hikmah yang disampaikan Walikota Mahyeldi. Sementara, Syaiful dan anaknya yang lain lebih banyak diam dan sekali - sekali menyahuti pertanyaan dari pemimpin Kota Padang itu.
Secercah asa seketika menyeruak di ruang batin penghuni rumah bedeng itu. Betapa tidak, tim yang telah menyempatkan makan sahur bersama mereka, pun menjanjikan akan membangun rumah yang layak. Paling tidak, beberapa hari pasca Hari Raya Idul Fitri nanti, rumahnya selesai dibedah.
"Kami hanya bisa sampaikan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada Pak Wali yang begitu besar perhatiannya kepada keluarga kami, maupun terhadap keluarga lainnya yang bernasib seperti keluarga kami," ungkap Mayanti terbata - bata menahan haru.
Wanita 45 tahun ini tak kuasa meneruskan ucapannya, karena luapan segala rasanya saat itu sudah bermuara di matanya yang menyembab. Sedangkan Syaiful, di balik tubuhnya yang ringkih masih ia sisakan ketegaran melawan harunya dengan diam dan bersyukur dalam hati.
Walikota Mahyeldi menyatakan rasa kagumnya terhadap semangat anak - anak Syaiful dalam menempuh kehidupan. Mereka tetap bersekolah sambil membantu orang tua berjualan jagung rebus dan berbagi tugas di rumah.
"Kalian harus sungguh - sungguh menggapai cita - cita. Terlebih penting kalian tidak boleh mengabaikan membantu orang tua," ujar Mahyeldi sambil memegang lutut Afdal yang bercita - cita menjadi pilot.
Kemudian Mahyeldi beralih menatap Miranda, gadis kecil berkaca mata itu duduk diam menyimak pembicaraan, lalu menyebutkan cita - citanya ingin menjadi dokter. Dua kakaknya yang lain juga mengungkapkan keinginan untuk bekerja sebagai administrator perkantoran yang handal setelah tamat SMK nanti. Sayangnya Mirina, anak ketiga, tidak hadir dalam kesempatan itu karena sedang menginap di rumah pamannya.
Terakhir Mahyeldi menyerahkan bingkisan untuk lebaran berikut sejumlah uang untuk meringankan beban kebutuhan keluarga itu menghadapi lebaran.
Pada kesempatan ini yang bergabung dengan tim, antara lain, Asisten III Corri Saidan, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Afrizal Khaidir, Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dan Perumahan Afrizal BR, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Zalbadri, Kepala Dinas Kesehatan Eka Lusti, Kepala Dinas Sosnaker Frisdawati, Kepala Dinas Pendidikan Habibul Fuadi, Kepala Bagian Humas dan Protokol Mursalim, Kepala Kantor Kemenag Padang Japeri, serta unsur pengurus Baznas. Tim juga didampingi Camat Lubuak Bagaluang Ances Kurniawan dan Lurah setempat.DU
Sehari - hari sang suami, Syaiful bekerja sebagai buruh lepas di sebuah perusahaan swasta di kawasan Bypass. Pria 47 tahun ini berangkat pagi dan pulang petang harinya dengan membawa penghasilan yang kadang - kadang kurang untuk sekedar memenuhi kebutuhan makan keluarga itu.
Untuk memenuhi kekurangan itu, sang istri Mayanti melakoni berjualan jagung rebus dengan mendorong gerobak keliling kampung, dibantu oleh anak - anaknya. Dengan demikian keluarga ini bisa menyisihkan sebagian penghasilan untuk kebutuhan sekolah anak - anaknya.
Bagi Syaiful dan Mayanti, sangat penting menyekolahkan anak - anaknya ke tingkat yang lebih tinggi agar mereka mencapai cita - cita dan memiliki kehidupan yang lebih baik nantinya. Orang tua ini tak ingin anak - anaknya bernasib sama dengan dirinya, cuma berpendidikan dasar dan tidak mendapat kesempatan kerja yang lebih bagus. Sedangkan keterampilan yang mumpuni tidak pula mereka miliki.
Itulah sebabnya, Syaiful memilihkan Sekolah Menengah Kejuruan bagi dua putrinya yang paling besar, Vina dan Sari. Keduanya kini duduk di bangku kelas XII sebuah SMK swasta. Ya, cuma swasta, karena pada waktu itu, SMK Negeri masih sangat mahal sehingga mereka tak mampu membayar uang masuknya.
Vina dan Sari sekolah di SMK yang sama, bahkan sejurusan, lantaran sang Kakak Vina harus menunda satu tahun sampai orang tua mereka memiliki uang yang cukup di tahun berikutnya. Sementara adik mereka, Mira dan Mirina juga sama - sama duduk di kelas VIII, seperti halnya dua kakak mereka. Sedangkan, Afdal, si bungsu yang satu - satunya laki - laki, tahun ini naik ke kelas V.
Pilihan Syaiful untuk lebih mengutamakan pendidikan anak - anaknya ini, maka di satu sisi ia tak bisa menyisihkan sedikit dari penghasilan mereka untuk membangun rumah yang lebih layak. Sehingga, bertujuh beranak ini terpaksa bernaung di bawah rumah yang telah bocor dan berdinding seadanya. Ruangan rumah ini pun sempit dengan lebar 4 meter dan panjang sekitar 12 meter terdiri dari 3 ruangan, yaitu ruang depan dan dua ruang lainnya sebagai kamar tidur. Adapun kamar mandi, ukurannya sangatlah kecil, cuma disekat seadanya.
Begitulah kondisi keluarga Syaiful yang didapati Tim Singgah Sahur ketika berkunjung ke rumahnya di Banuaran pada dini hari menjelang sahur, Rabu (8/7). Kunjungan tim yang terdiri dari Walikota Padang H. Mahyeldi dan beberapa jajaran ini, sama sekali tak diduga Syaiful. Kedatangan tim sengaja dirahasiakan agar tuan rumah tidak repot menyiapkan segala sesuatu, karena tim yang sudah "action" enam kali selama bulan Ramadhan ini sudah menyiapkan keperluan untuk makan sahur, lengkap dengan bingkisan serta bantuan bagi keluarga dhuafa yang dikunjungi.
Mayanti berlinang air mata mendapat kunjungan itu. Bahagia bercampur haru berkelindan di batinnya. Sosok pemimpin yang selama ini dilihatnya cuma di televisi saat ini hadir di tengah keluarganya. Ia bisa berbincang langsung dan merasakan kesejukan kata demi kata yang meluncur dari mulut Walikota yang dikenal sebagai Buya itu.
Demikian juga Vina, cairan bening yang hangat tiba - tiba terpacak di mata putri Sulung Mayanti itu. Isakan gadis remaja ini, menunjukkan ketulusannya mencerna nasehat dan hikmah yang disampaikan Walikota Mahyeldi. Sementara, Syaiful dan anaknya yang lain lebih banyak diam dan sekali - sekali menyahuti pertanyaan dari pemimpin Kota Padang itu.
Secercah asa seketika menyeruak di ruang batin penghuni rumah bedeng itu. Betapa tidak, tim yang telah menyempatkan makan sahur bersama mereka, pun menjanjikan akan membangun rumah yang layak. Paling tidak, beberapa hari pasca Hari Raya Idul Fitri nanti, rumahnya selesai dibedah.
"Kami hanya bisa sampaikan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada Pak Wali yang begitu besar perhatiannya kepada keluarga kami, maupun terhadap keluarga lainnya yang bernasib seperti keluarga kami," ungkap Mayanti terbata - bata menahan haru.
Wanita 45 tahun ini tak kuasa meneruskan ucapannya, karena luapan segala rasanya saat itu sudah bermuara di matanya yang menyembab. Sedangkan Syaiful, di balik tubuhnya yang ringkih masih ia sisakan ketegaran melawan harunya dengan diam dan bersyukur dalam hati.
Walikota Mahyeldi menyatakan rasa kagumnya terhadap semangat anak - anak Syaiful dalam menempuh kehidupan. Mereka tetap bersekolah sambil membantu orang tua berjualan jagung rebus dan berbagi tugas di rumah.
"Kalian harus sungguh - sungguh menggapai cita - cita. Terlebih penting kalian tidak boleh mengabaikan membantu orang tua," ujar Mahyeldi sambil memegang lutut Afdal yang bercita - cita menjadi pilot.
Kemudian Mahyeldi beralih menatap Miranda, gadis kecil berkaca mata itu duduk diam menyimak pembicaraan, lalu menyebutkan cita - citanya ingin menjadi dokter. Dua kakaknya yang lain juga mengungkapkan keinginan untuk bekerja sebagai administrator perkantoran yang handal setelah tamat SMK nanti. Sayangnya Mirina, anak ketiga, tidak hadir dalam kesempatan itu karena sedang menginap di rumah pamannya.
Terakhir Mahyeldi menyerahkan bingkisan untuk lebaran berikut sejumlah uang untuk meringankan beban kebutuhan keluarga itu menghadapi lebaran.
Pada kesempatan ini yang bergabung dengan tim, antara lain, Asisten III Corri Saidan, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Afrizal Khaidir, Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dan Perumahan Afrizal BR, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Zalbadri, Kepala Dinas Kesehatan Eka Lusti, Kepala Dinas Sosnaker Frisdawati, Kepala Dinas Pendidikan Habibul Fuadi, Kepala Bagian Humas dan Protokol Mursalim, Kepala Kantor Kemenag Padang Japeri, serta unsur pengurus Baznas. Tim juga didampingi Camat Lubuak Bagaluang Ances Kurniawan dan Lurah setempat.DU