Syamsiar ‘Barirayo’ Di Rumah Baru
DO, Padang ~ Apa yang membuat Syamsiar gembira di bulan puasa ini? Tak lain dan tak bukan karena dirinya bersama tiga anaknya akan ‘barirayo’ (berlebaran – red) di ‘rumah baru’.
Syamsiar adalah warga di RT 1, RW 8 Kelurahan Kotolalang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Padang. Sejak ditinggal suami, Syamsiar menjadi tulang punggung bagi ketiga anaknya, Nasrul, Elimarni, dan Aril.
Syamsiar sehari-sehari membanting tulang sebagai buruh cuci pakaian. Setiap pagi ia mendatangi rumah-rumah langganannya. Keringat bercucuran tak dihiraukannya. Demi anak-anaknya, apapun ia lakukan.
Anaknya, Aril paling kecil saat ini duduk di bangku kelas 3 SD. Elimarni duduk di kelas 1 Madrasah Tsanawiyah. Sedangkan Nasrul kini duduk di bangku SMA. Syamsiar seakan tak ingin menyerah dalam kehidupan. Dirinya basitungkin, menghidupi ketiga anaknya agar nanti menjadi orang.
Rumah Syamsiar hanya berdinding papan dan berlantai tanah. Dalam rumah yang seadanya itu, Syamsiar dan anak-anaknya melewati hari-hari. Meski atap rumahnya bocor dan lantai becek, akan tetapi Syamsiar ikhlas menjalani kehidupan. Di dalam hati kecilnya sebenarnya ia mendambakan rumah yang layak bagi anak-anaknya. Namun keinginan itu cepat ia tepis, uang yang didapatnya digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak dibanding untuk membangun rumah.
Syamsiar memang ibu yang tangguh bagi anak-anaknya. Baginya, kehidupan saat ini bukan alasan bagi anak-anaknya untuk tidak mengecap bangku sekolah. Keadaan hidup yang dialaminya tak ingin ia wariskan kepada ketiga anaknya. Sebab Syamsiar tahu, dengan bermodal pendidikan dan ilmu pengetahuan akan dapat membuat hidup berharga dan sejahtera nantinya.
Saat Syamsiar bermimpi ingin memiliki rumah yang layak, tiba-tiba Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Padang melakukan bedah rumah. Rumah milik Syamsiar dipilih karena layak untuk dibedah. Bedah rumah diawali dengan penimbunan lahan rumah. Kemudian membangun rumah berukuran 5 x 6 meter, dengan dua kamar serta satu ruang keluarga / tamu.
Akhirnya, rumah Syamsiar selesai dibangun. Rumah semi permanen Syamsiar benar-benar ‘tacelak’ dan layak untuk ditempati. Lebih bersyukurnya lagi, sudah ada donatur yang menanggung segala pemasangan instalasi listrik di rumahnya. Sehingga Syamsiar tak lagi berkelam-kelam seperti dulu.
Melihat rumahnya yang ‘baru’, dari wajah Syamsiar terpancar bahagia bercampur haru. Rasa girangnya itu tak tentu harus kemana ia lepaskan, hingga akhirnya air bening menetes dari matanya membasahi pipi. Syamsiar patut berterimakasih kepada Walikota Padang dan Baznas Kota Padang. Mimpi yang telah lama dipendam akhirnya terwujud. Lebaran kali ini, Syamsiar sudah di rumah baru, sebaru hati dan pakaian yang dikenakan umat muslim di hari nan fitri itu.Charli
Syamsiar adalah warga di RT 1, RW 8 Kelurahan Kotolalang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Padang. Sejak ditinggal suami, Syamsiar menjadi tulang punggung bagi ketiga anaknya, Nasrul, Elimarni, dan Aril.
Syamsiar sehari-sehari membanting tulang sebagai buruh cuci pakaian. Setiap pagi ia mendatangi rumah-rumah langganannya. Keringat bercucuran tak dihiraukannya. Demi anak-anaknya, apapun ia lakukan.
Anaknya, Aril paling kecil saat ini duduk di bangku kelas 3 SD. Elimarni duduk di kelas 1 Madrasah Tsanawiyah. Sedangkan Nasrul kini duduk di bangku SMA. Syamsiar seakan tak ingin menyerah dalam kehidupan. Dirinya basitungkin, menghidupi ketiga anaknya agar nanti menjadi orang.
Rumah Syamsiar hanya berdinding papan dan berlantai tanah. Dalam rumah yang seadanya itu, Syamsiar dan anak-anaknya melewati hari-hari. Meski atap rumahnya bocor dan lantai becek, akan tetapi Syamsiar ikhlas menjalani kehidupan. Di dalam hati kecilnya sebenarnya ia mendambakan rumah yang layak bagi anak-anaknya. Namun keinginan itu cepat ia tepis, uang yang didapatnya digunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak dibanding untuk membangun rumah.
Syamsiar memang ibu yang tangguh bagi anak-anaknya. Baginya, kehidupan saat ini bukan alasan bagi anak-anaknya untuk tidak mengecap bangku sekolah. Keadaan hidup yang dialaminya tak ingin ia wariskan kepada ketiga anaknya. Sebab Syamsiar tahu, dengan bermodal pendidikan dan ilmu pengetahuan akan dapat membuat hidup berharga dan sejahtera nantinya.
Saat Syamsiar bermimpi ingin memiliki rumah yang layak, tiba-tiba Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Padang melakukan bedah rumah. Rumah milik Syamsiar dipilih karena layak untuk dibedah. Bedah rumah diawali dengan penimbunan lahan rumah. Kemudian membangun rumah berukuran 5 x 6 meter, dengan dua kamar serta satu ruang keluarga / tamu.
Akhirnya, rumah Syamsiar selesai dibangun. Rumah semi permanen Syamsiar benar-benar ‘tacelak’ dan layak untuk ditempati. Lebih bersyukurnya lagi, sudah ada donatur yang menanggung segala pemasangan instalasi listrik di rumahnya. Sehingga Syamsiar tak lagi berkelam-kelam seperti dulu.
Melihat rumahnya yang ‘baru’, dari wajah Syamsiar terpancar bahagia bercampur haru. Rasa girangnya itu tak tentu harus kemana ia lepaskan, hingga akhirnya air bening menetes dari matanya membasahi pipi. Syamsiar patut berterimakasih kepada Walikota Padang dan Baznas Kota Padang. Mimpi yang telah lama dipendam akhirnya terwujud. Lebaran kali ini, Syamsiar sudah di rumah baru, sebaru hati dan pakaian yang dikenakan umat muslim di hari nan fitri itu.Charli