Menyibak Potret Gelap Proyek CV Fattah
D'on, Padang- Diakui, pekerjaan pengadaan sarana dan prasarana Porprov XIV berlokasi di Gelanggang Olahraga H. Agus Salim, diperkirakan akan tepat waktu, sebab proyek yang dikerjakan CV. Fattah, dikebut. Namun, masih ada sisi gelap proyek yang bernilai Rp2 Miliar lebih itu. Apa saja?
Ditengah keramaian pengunjung yang melakukan aktifitas olahraga di GOR H. Agus Salim, terlihat kesibukan pekerja juga meramaikan gelanggang olahraga kebanggaan Sumbar itu. Saking tingginya tingkat keramaian pekerjaan proyek tersebut, jalan yang dilewati masyarakat, baik untuk olahraga maupun dilewati kendaraan juga ditutup. Akibatnya, masyarakat yang menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua, terpaksa putar balik, disebabkan jalan yang akan dilewati ditutup.
Persoalan lain yang juga menyertai pekerjaan, peningkatan sarana dan prasana olahraga, kegiatan pengadaan sarana dan prasarana Porprov XIV, pekerjaan pengadaan konstruksi gedung kantor, ada sisi gelap menyertai pekerjaan proyek itu. Meski secara struktur tak mempengaruhi, namun ada indikasi pengurangan volume pekerjaan. Bisa jadi, ini disebabkan pekerjaan dipacu, sehingga melupakan mutu dan kualitas pekerjaan.
Telusuran media ini, Jumat (14/10) ada bebeapa item pekerjaan proyek bernomor kontrak : 900.058.1123.6/Dispora/IX/2016, tanggal 15 September 2016, nilai kontrak Rp2.001.365.000, sumber dana APBD 2016, lokasi Kota Padang, Pelaksana CV. Fattah, Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Padang yang ditenggarai melabrak spesifikasi teknis.
Misalnya, pada pekerjaan slove tonggak tak menyatu dengan slove atas untuk pemasangan pagar atas. Akibatnya, tak menyatunya tonggak dan slove atas itu, kekuatan pagar kawat itu diragukan. Begitu juga pekerjaan tiang utama maupun tiang tambahan, dibeberapa titik terlihat coran keropos. Ini disebabkan saat dilakukan pengecoran, menggunakan batu besar, sehingga tersangkut diantara besi, sehingga coran tak menutupi besi yang berbungkus kayu untuk tiang itu.
Begitu juga untuk pekerjaan tempat duduk lapangan basket yang menggunakan batu bata. Adukan semen ditenggarai tak sesuai takaran, sebab beberapa batu bata yang terpasang, sudah ada yang hancur dan lepas dari kedudukannnya.
Dugaan penyimpangan volume pekerjaan, juga terlihat pada pekerjaan tribun, sebab jarak begol besi, baik besi yang dipasangan untuk kedudukan tribun maupun besi yang dipasang untuk tempat duduk jaraknya berbeda-beda.
Parahnya lagi, untuk coran menggunakan readimix untuk lapangan basket, coran pembatas, sudah terlihat hancur dan terlihat adukan semen tak sesuai takaran, sebab saat hujan mengguyur lokasi pekerjaan, pasir sangat dominan pada pekerjaan pembatas lapangan basket itu.
Kondisi ini diperparah lagi, readimix yang digunakan untuk lantai lapangan basket itu, mutu dan kualitasnya diragukan. Hal ini disebabkan readymix yang dibawa dilokasi AMP, lama mangkal di GOR dan tak bisa dipaparkan, disebabkan hujan. Alhasil, mobil readymix yang berdiri lama tersebut, mempengaruhi mutu beton.
Disebut Sebut Ada Keterlibatan Oknum
PNS Prasjal dan Tarkim Sumbar
Menariknya, saat media ini menanyakan kepada pekerja siapa yang mengerjakan proyek ini dan siapa yang bertanggungjawab, pekerja menyebut nama Hendri Buya, oknum PNS di Dinas Prasjal dan Tarkim Sumbar. “Tanya saja kepada Buya,” jawab salah seorang pekerja.
Inipun menjadi tanda tanya berbagai kalangan, termasuk kalangan LSM. Soalnya, selama ini Hendri yang akrab dipanggil Buya merupakan PNS di Dinas Prasjal dan Tarkim Sumbar. Bahkan, ada sebuah media yang pernah memberitakan Hendri Buya merupakan makelar proyek di dinas yang dipimpin PLT Rhida ini.
“Rupanya saat diberitakan media, Hendri Buya disebut sebut sebagai makelar proyek tak membuat yang bersangkutan jera. Buktinya untuk pekerjaan peningkatan sarana dan prasana olahraga, kegiatan pengadaan sarana dan prasarana Porprov XIV, nama Hendri Buya kembali disebut sebut. Apakah layak seorang PNS menjadi kontraktor,” tanya Bustanul LSM Pembela Merah Putih.
Saat dikonfirmasikan persoalan ini kepada Kabid Sarana dan Prasana, Faisal, S.Sos, tak dijawab sama sekali. Ditelepon via Hpnya tak diangkat, di SMS tak dibalas. Begitu juga Hendri Buya yang disebut sebut terlibat dalam pekerjaan proyek ini, mengaku tak terlibat dalam pekerjaan proyek itu.
“Masalah proyek tersebut nama saya sering sering disebut sebut. Padahal, bukan proyek saya. Kalau tak percaya tanya langsung kepada pengawas disana,” kata Hendri sembari mengatakan, banyak rekan rekan wartawan mengkonfirmasikan kepada saya, sementara ia sendiri tak tahu menahu.(mond/nv-invst)