Hari Raya Saraswati, Mengambil Makna dan Pengetahuan Dalam Ritualnya
D'On, Bali- Sabtu lalu (21/1), umat Hindu merayakan hari raya Saraswati. Mungkin masih terdengar asing bagi sebagian masyarakat mengingat perayaan agama Hindu yang masuk dalam penanggalan kalender Indonesia pada umumnya adalah hari raya Nyepi dan telah menjadi hari libur nasional sejak 1983.
Perlu diketahui bahwa hari raya Saraswati merupakan hari yang penting bagi umat Hindu sama seperti perayaan hari besar lainnya. Hari raya Saraswati diyakini sebagai hari mengalirnya atau turunnya ilmu pengetahuan kepada manusia di muka bumi. Hari raya ini dirayakan setiap enam bulan sekali yang jatuh pada hari Sabtu Umanis Watugunung dalam penanggalan Hindu.
Hari raya Saraswati, sesuai namanya, berasal dari nama salah satu Dewi yang menjadi istri dari Dewa Brahma, yakni Dewi Saraswati. Dewi Saraswati dipercaya sebagai dewi yang membawa perlindungan dan kelimpahan pengetahuan serta sastra.
Kata Saraswati sendiri, seperti dikutip dari laman resmi Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, berasal dari saras dan wati. Kata saras berasal dari urat kata “sr” yang memiliki arti mata air atau sesuatu yang terus mengalir, sedangkan saras memiliki arti memiliki.
Jika diartikan secara lengkap, Saraswati bermakna sesuatu yang memiliki sifat terus mengalirkan air kehidupan atau ilmu pengetahuan.
Beliau digambarkan sebagai dewi yang cantik berlengan empat yang duduk di sebuah teratai sembari membawa beberapa benda di tangannya serta ditemani oleh seekor merak dan angsa.
Adapun setiap hal yang melekat dalam diri Dewi Saraswati, termasuk diri-Nya punya makna dan berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Dewi Saraswati memiliki paras cantik dan menarik mempunyai makna bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang indah, cantik, dan menarik banyak orang untuk mempelajari. Selain Dewi Saraswati, benda – benda yang digengam-Nya juga punya makna.
Genitri atau tasbih disimbolkan sebagai keabadian atau sifat ilmu pengetahuan yang tidak terbatas untuk dipelajari, Lontar dimaknai bahwa ilmu pengetahuan bersifat suci dan berguna bagi manusia, serta alat musik yaitu Veena melambangkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu keindahan yang dapat dinikmati sepanjang hayat dan dapat menemani di kala kegelapan pikiran.
Adapun teratai yang menjadi tempat-Nya duduk beserta angsa dan merak yang menemani juga punya makna, sama seperti elemen lain. Teratai merupakan bunga yang hidup di air dan daerah yang berlumpur. Meskipun hidup di tempat semacam itu, teratai tetap dapat hidup dan terbebas dari basah dan kotornya air. Hal ini melambangkan kesucian dari Tuhan Yang Maha Esa akan ciptaan-Nya di muka bumi.
Angsa yang hidup di tempat berlumpur disimbolkan sebagai kebijaksanaan. Kemampuannya yang dapat membedakan makanan dan lumpur menggambarkan bagaimana manusia yang memiliki akal dapat membedakan mana yang baik atau buruk. Merak yang memiliki bulu yang cantik menjadi sarana bagi penyampaian pesan – pesan suci-Nya.
Semua elemen yang dimiliki Dewi Saraswati memang punya makna yang diasosiasikan dengan ilmu pengetahuan yang begitu getol dipelajari oleh banyak orang di muka bumi ini. Penggambaran yang telah dijabarkan menunjukkan bahwa sebetulnya ilmu pengetahuan punya banyak karakteristik yang baik untuk setiap insan yang ingin mempelajarinya dalam kehidupan.
Tetapi, jika kita mau berkaca dengan apa yang sedang terjadi saat ini, ilmu pengetahuan mengalami pergolakan dalam masyarakat dan menimbulkan banyak salah kaprah dan kebingungan. Kondisi ini juga menjadi kekhawatiran akan bagaimana masyarakat memandang apa yang terjadi di sekitar mereka, terlebih sulit untuk membedakan mana yang dapat dipercaya dan mana yang tidak.
Ada segelintir orang yang punya ilmu pengetahuan yang lebih daripada orang lain digunakan untuk menghasut dan menipu. Oknum – oknum tersebut mencoba untuk menakut – takuti yang lain agar tak percaya pada pihak – pihak tertentu.
Ada pula yang berusaha meyakinkan banyak orang lewat tulisan yang menjadi informasi bagi manusia lain, yang alih – alih menambah ilmu bagi orang lain, yang terjadi adalah menumbuhkan rasa resah yang bisa berujung pada perasaan curiga dan saling tuding. Akibatnya, tak sedikit dari mereka yang menelan mentah – mentah apa yang disampaikan oleh oknum – oknum tersebut dan malah membuat situasi semakin gaduh.
Masyarakat semakin dibuat bingung dan bukan tidak mungkin terjadi adu domba di antara masyarakat yang termakan oleh pesan – pesan yang disampaikan oleh oknum – oknum yang sebetulnya dapat menyebarkan ilmu pengetahuan dengan cara yang lebih baik. Selain itu, kekerasan yang dilakukan dalam institusi pendidikan yang tengah disorot oleh media juga membuat pemikiran akan pendidikan menjadi buruk. Fenomena semacam ini yang saat ini hadir dalam dinamika kehidupan kita dan melenceng dari apa esensi ilmu pengetahuan itu sendiri tercipta.
Ilmu pengetahuan, baik formal maupun informal, hendaknya digunakan sebagai sarana untuk membuka cakrawala masyarakat dalam memandang dunia yang saat ini berkembang. Selain itu, ilmu pengetahuan juga dapat dijadikan sebagai wadah untuk tidak hanya membuat masyarakat menjadi tahu, tetapi juga paham dan ikut menyebarkan hal – hal positif yang berdampak pada masyarakat lain.
Tidak hanya untuk sekedar memberantas kebodohan, tetapi membuat mereka mengerti dan mampu untuk saling membantu dalam kemajuan bersama. Bukan untuk menipu, menghasut, dan sekedar alat pamer siapa yang lebih “berkuasa”. Bukan pula sebagai alat untuk mengeruk keuntungan bagi sebagian pihak, apalagi membuat masyarakat terpecah belah. Hal – hal semacam itu yang justru harus dihindari dan tidak boleh tumbuh dalam kehidupan bermasyarakat.
Ditambah dengan canggihnya teknologi yang berkembang juga tak semestinya dipergunakan untuk tindakan yang sifatnya negatif, mampu mempengaruhi masyarakat untuk bertindak sewenang – wenang pada yang lain. Justru lewat kecanggihan teknologi, mereka yang punya ilmu pengetahuan mampu memanfaatkannya untuk mencerdaskan masyarakat dan tidak membuat kebingungan dan kegaduhan serta membuat masyarakat lebih selektif dalam memilah apa yang sebaiknya mereka pilih dan tidak gegabah dalam merespon permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Sebagai penutup, ilmu pengetahuan yang telah digambarkan di awal tulisan hendaknya dapat dijadikan sebagai pegangan bagi semua masyarakat untuk bersikap. Gambaran – gambaran akan indahnya ilmu pengetahuan sejatinya bukan sebuah fantasi, tetapi dapat diwujudkan dalam kehidupan. Memang bukan perkara mudah untuk mewujudkan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk mencerdaskan masyarakat.
Jikalau semua pihak mampu menyingkirkan kepentingan serta ego, bukan tidak mungkin ilmu pengetahuan yang indah dan dapat dinikmati oleh setiap insan di muka bumi ini dapat menjadi suatu hal yang berguna dan merangkul yang lain untuk bergerak ke jalan yang positif sehingga perayaan hari raya Saraswati bukan sekedar perayaan tetapi menjadi momen untuk saling membangun dan menyebarkan hal – hal positif kepada orang lain. Selamat Hari Raya Saraswati untuk semua umat manusia di muka bumi ini, semoga ilmu pengetahuan bermanfaat bukan untuk satu kaum, tetapi bagi banyak orang di muka bumi. (dewa putu AR)
Perlu diketahui bahwa hari raya Saraswati merupakan hari yang penting bagi umat Hindu sama seperti perayaan hari besar lainnya. Hari raya Saraswati diyakini sebagai hari mengalirnya atau turunnya ilmu pengetahuan kepada manusia di muka bumi. Hari raya ini dirayakan setiap enam bulan sekali yang jatuh pada hari Sabtu Umanis Watugunung dalam penanggalan Hindu.
Hari raya Saraswati, sesuai namanya, berasal dari nama salah satu Dewi yang menjadi istri dari Dewa Brahma, yakni Dewi Saraswati. Dewi Saraswati dipercaya sebagai dewi yang membawa perlindungan dan kelimpahan pengetahuan serta sastra.
Kata Saraswati sendiri, seperti dikutip dari laman resmi Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, berasal dari saras dan wati. Kata saras berasal dari urat kata “sr” yang memiliki arti mata air atau sesuatu yang terus mengalir, sedangkan saras memiliki arti memiliki.
Jika diartikan secara lengkap, Saraswati bermakna sesuatu yang memiliki sifat terus mengalirkan air kehidupan atau ilmu pengetahuan.
Beliau digambarkan sebagai dewi yang cantik berlengan empat yang duduk di sebuah teratai sembari membawa beberapa benda di tangannya serta ditemani oleh seekor merak dan angsa.
Adapun setiap hal yang melekat dalam diri Dewi Saraswati, termasuk diri-Nya punya makna dan berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Dewi Saraswati memiliki paras cantik dan menarik mempunyai makna bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang indah, cantik, dan menarik banyak orang untuk mempelajari. Selain Dewi Saraswati, benda – benda yang digengam-Nya juga punya makna.
Genitri atau tasbih disimbolkan sebagai keabadian atau sifat ilmu pengetahuan yang tidak terbatas untuk dipelajari, Lontar dimaknai bahwa ilmu pengetahuan bersifat suci dan berguna bagi manusia, serta alat musik yaitu Veena melambangkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu keindahan yang dapat dinikmati sepanjang hayat dan dapat menemani di kala kegelapan pikiran.
Adapun teratai yang menjadi tempat-Nya duduk beserta angsa dan merak yang menemani juga punya makna, sama seperti elemen lain. Teratai merupakan bunga yang hidup di air dan daerah yang berlumpur. Meskipun hidup di tempat semacam itu, teratai tetap dapat hidup dan terbebas dari basah dan kotornya air. Hal ini melambangkan kesucian dari Tuhan Yang Maha Esa akan ciptaan-Nya di muka bumi.
Angsa yang hidup di tempat berlumpur disimbolkan sebagai kebijaksanaan. Kemampuannya yang dapat membedakan makanan dan lumpur menggambarkan bagaimana manusia yang memiliki akal dapat membedakan mana yang baik atau buruk. Merak yang memiliki bulu yang cantik menjadi sarana bagi penyampaian pesan – pesan suci-Nya.
Semua elemen yang dimiliki Dewi Saraswati memang punya makna yang diasosiasikan dengan ilmu pengetahuan yang begitu getol dipelajari oleh banyak orang di muka bumi ini. Penggambaran yang telah dijabarkan menunjukkan bahwa sebetulnya ilmu pengetahuan punya banyak karakteristik yang baik untuk setiap insan yang ingin mempelajarinya dalam kehidupan.
Tetapi, jika kita mau berkaca dengan apa yang sedang terjadi saat ini, ilmu pengetahuan mengalami pergolakan dalam masyarakat dan menimbulkan banyak salah kaprah dan kebingungan. Kondisi ini juga menjadi kekhawatiran akan bagaimana masyarakat memandang apa yang terjadi di sekitar mereka, terlebih sulit untuk membedakan mana yang dapat dipercaya dan mana yang tidak.
Ada segelintir orang yang punya ilmu pengetahuan yang lebih daripada orang lain digunakan untuk menghasut dan menipu. Oknum – oknum tersebut mencoba untuk menakut – takuti yang lain agar tak percaya pada pihak – pihak tertentu.
Ada pula yang berusaha meyakinkan banyak orang lewat tulisan yang menjadi informasi bagi manusia lain, yang alih – alih menambah ilmu bagi orang lain, yang terjadi adalah menumbuhkan rasa resah yang bisa berujung pada perasaan curiga dan saling tuding. Akibatnya, tak sedikit dari mereka yang menelan mentah – mentah apa yang disampaikan oleh oknum – oknum tersebut dan malah membuat situasi semakin gaduh.
Masyarakat semakin dibuat bingung dan bukan tidak mungkin terjadi adu domba di antara masyarakat yang termakan oleh pesan – pesan yang disampaikan oleh oknum – oknum yang sebetulnya dapat menyebarkan ilmu pengetahuan dengan cara yang lebih baik. Selain itu, kekerasan yang dilakukan dalam institusi pendidikan yang tengah disorot oleh media juga membuat pemikiran akan pendidikan menjadi buruk. Fenomena semacam ini yang saat ini hadir dalam dinamika kehidupan kita dan melenceng dari apa esensi ilmu pengetahuan itu sendiri tercipta.
Ilmu pengetahuan, baik formal maupun informal, hendaknya digunakan sebagai sarana untuk membuka cakrawala masyarakat dalam memandang dunia yang saat ini berkembang. Selain itu, ilmu pengetahuan juga dapat dijadikan sebagai wadah untuk tidak hanya membuat masyarakat menjadi tahu, tetapi juga paham dan ikut menyebarkan hal – hal positif yang berdampak pada masyarakat lain.
Tidak hanya untuk sekedar memberantas kebodohan, tetapi membuat mereka mengerti dan mampu untuk saling membantu dalam kemajuan bersama. Bukan untuk menipu, menghasut, dan sekedar alat pamer siapa yang lebih “berkuasa”. Bukan pula sebagai alat untuk mengeruk keuntungan bagi sebagian pihak, apalagi membuat masyarakat terpecah belah. Hal – hal semacam itu yang justru harus dihindari dan tidak boleh tumbuh dalam kehidupan bermasyarakat.
Ditambah dengan canggihnya teknologi yang berkembang juga tak semestinya dipergunakan untuk tindakan yang sifatnya negatif, mampu mempengaruhi masyarakat untuk bertindak sewenang – wenang pada yang lain. Justru lewat kecanggihan teknologi, mereka yang punya ilmu pengetahuan mampu memanfaatkannya untuk mencerdaskan masyarakat dan tidak membuat kebingungan dan kegaduhan serta membuat masyarakat lebih selektif dalam memilah apa yang sebaiknya mereka pilih dan tidak gegabah dalam merespon permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Sebagai penutup, ilmu pengetahuan yang telah digambarkan di awal tulisan hendaknya dapat dijadikan sebagai pegangan bagi semua masyarakat untuk bersikap. Gambaran – gambaran akan indahnya ilmu pengetahuan sejatinya bukan sebuah fantasi, tetapi dapat diwujudkan dalam kehidupan. Memang bukan perkara mudah untuk mewujudkan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk mencerdaskan masyarakat.
Jikalau semua pihak mampu menyingkirkan kepentingan serta ego, bukan tidak mungkin ilmu pengetahuan yang indah dan dapat dinikmati oleh setiap insan di muka bumi ini dapat menjadi suatu hal yang berguna dan merangkul yang lain untuk bergerak ke jalan yang positif sehingga perayaan hari raya Saraswati bukan sekedar perayaan tetapi menjadi momen untuk saling membangun dan menyebarkan hal – hal positif kepada orang lain. Selamat Hari Raya Saraswati untuk semua umat manusia di muka bumi ini, semoga ilmu pengetahuan bermanfaat bukan untuk satu kaum, tetapi bagi banyak orang di muka bumi. (dewa putu AR)