Ulama Menyatu bersama TNI - POLRI
D'On, Padang- Di ruang pertemuan asrama Haji Parupuak Tabiang, Kota Padang berkumpul tokoh masyarakat Sumbar, mereka bertemu dalam tajuk “ Silaturrahim Keluarga Besar Tarbiyah- Perti Sumbar. Islah –Tarbiyah-Perti untuk Kesatuan Umat, Keutuhan Bangsa,” Minggu (29/1).
Para tokoh dalam pertemuan tersebut Ketua Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sumbar H. Boy Lestari Dt. Palindih, Ketua DPD PERTI Sumbar Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Barat Hendra Irwan Rahim. Gubernur Sumbar, Emma Yohana anggota DPD RI, Walikota Padang H. Mahyeldi Anshrullah Dt. Marajo, SP dan sejumlah tokoh lainnya.
Pada kesempatan itu, Walikota Padang H. Mahyeldi menyampaikan kepada Pers, bergabungnya Perti dan Tarbiyah, ini yang sudah menjadi sikap menasional. Dan berharap sesuai dengan yang disampaikan pengurus pusat, Perti yang konsen terhadap pendidikan pesantren ini adalah hal yang tepat. Ini dalam rangka untuk penguatan sendi-sendi kehidupan berbangsa serta perlu perhatian yang serius, seperti pendidikan dan generasi muda. Dan selanjutnya semua kita berdoa, mudah mudahan semangat yang dilakukan Tarbiyah dan Perti bisa dikuti oleh organisasi lainnya di negeri ini.
“Saya secara pribadi yakin banyak orang dengan semangat menyatunya Tarbiyah dan Perti, ini menjadi optimis kepada bangsa ini serta kepada generasi muda. Sekaligus hal ini dilakukan pembelajaran kepada pemuda dan para ulama-ulama yang telah mencontohkan kepada kita merapatkan shaf dan mengokohkan persatuan demi untuk kejayaan bangsa.
Karena dalam fakta sejarah, bahwasanya para ulama ketika menyatu dengan rakyat maka bangsa itu jaya. Ketika ulama menyatu dengan TNI-Polri maka bangsa akan selalu kokoh dan sukses. Makanya didalam dokumen-dokumen negara ini diantara pada pembukaan UUD 1945 telah dibunyikan, bahwa kemerdekaan adalah rahmat dari Allah Swt, karena begitu jelas serta konkritnya peran ulama sejak masa penjajahan dalam perjuangan, mengusir penjajah dan menyatukan bangsa ini.
Demikian Indonesia juga setelah merdeka, ketika tentara Belanda mau masuk lagi, membonceng pada tentara sekutu, maka semangat ini pulalah yang digaungkan oleh Untung di Surabaya dengan melansirkan potensi-potensi Surabaya.
Begitu juga Pak Nasir pada 17 Agustus 1950, kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebelumnya Republik Indonesia Serikat (RIS) dan ini sekaligus terbukti kepada kita kokohnya NKRI, sebagai kontribusi para ulama dan umat Islam.
Saya yakin kedepan, bahwa umat islam sudah sangat dewasa dalam menyikapi perbedaan-perbedaan dan tidak ada umat islam di Indonesia yang akan mencidrai NKRI serta melakukan hal yang tidak diharapkan. Mudah-mudahan ini semua akan disadari seluruh pihak dan kepada generasi muda mari pelajari sejarah, seperti yang diajarkan Presiden Soekarno kepada kita jangan sekali-kali melupakan sejarah,“ ungkap Walikota H. Mahyeldi mengingatkan kembali.
Para tokoh dalam pertemuan tersebut Ketua Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sumbar H. Boy Lestari Dt. Palindih, Ketua DPD PERTI Sumbar Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Barat Hendra Irwan Rahim. Gubernur Sumbar, Emma Yohana anggota DPD RI, Walikota Padang H. Mahyeldi Anshrullah Dt. Marajo, SP dan sejumlah tokoh lainnya.
Pada kesempatan itu, Walikota Padang H. Mahyeldi menyampaikan kepada Pers, bergabungnya Perti dan Tarbiyah, ini yang sudah menjadi sikap menasional. Dan berharap sesuai dengan yang disampaikan pengurus pusat, Perti yang konsen terhadap pendidikan pesantren ini adalah hal yang tepat. Ini dalam rangka untuk penguatan sendi-sendi kehidupan berbangsa serta perlu perhatian yang serius, seperti pendidikan dan generasi muda. Dan selanjutnya semua kita berdoa, mudah mudahan semangat yang dilakukan Tarbiyah dan Perti bisa dikuti oleh organisasi lainnya di negeri ini.
“Saya secara pribadi yakin banyak orang dengan semangat menyatunya Tarbiyah dan Perti, ini menjadi optimis kepada bangsa ini serta kepada generasi muda. Sekaligus hal ini dilakukan pembelajaran kepada pemuda dan para ulama-ulama yang telah mencontohkan kepada kita merapatkan shaf dan mengokohkan persatuan demi untuk kejayaan bangsa.
Karena dalam fakta sejarah, bahwasanya para ulama ketika menyatu dengan rakyat maka bangsa itu jaya. Ketika ulama menyatu dengan TNI-Polri maka bangsa akan selalu kokoh dan sukses. Makanya didalam dokumen-dokumen negara ini diantara pada pembukaan UUD 1945 telah dibunyikan, bahwa kemerdekaan adalah rahmat dari Allah Swt, karena begitu jelas serta konkritnya peran ulama sejak masa penjajahan dalam perjuangan, mengusir penjajah dan menyatukan bangsa ini.
Demikian Indonesia juga setelah merdeka, ketika tentara Belanda mau masuk lagi, membonceng pada tentara sekutu, maka semangat ini pulalah yang digaungkan oleh Untung di Surabaya dengan melansirkan potensi-potensi Surabaya.
Begitu juga Pak Nasir pada 17 Agustus 1950, kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebelumnya Republik Indonesia Serikat (RIS) dan ini sekaligus terbukti kepada kita kokohnya NKRI, sebagai kontribusi para ulama dan umat Islam.
Saya yakin kedepan, bahwa umat islam sudah sangat dewasa dalam menyikapi perbedaan-perbedaan dan tidak ada umat islam di Indonesia yang akan mencidrai NKRI serta melakukan hal yang tidak diharapkan. Mudah-mudahan ini semua akan disadari seluruh pihak dan kepada generasi muda mari pelajari sejarah, seperti yang diajarkan Presiden Soekarno kepada kita jangan sekali-kali melupakan sejarah,“ ungkap Walikota H. Mahyeldi mengingatkan kembali.