Breaking News

Lebih 29 Tahun Indonesia Masih Tergabung Dalam Kelompok Negara Ekonomi Menengah Kebawah

D'On, Jakarta- Pendapatan Domestik Bruto (PBD) per kapita tahun 2016 sebesar Rp47,96 juta atau setara dengan US$3.605,49. Index angka tersebut naik 6,2 persen dari tahun lalu, Rp45,1 juta. Ini yang dilansir Badan Pusat Statisyik (BPS) berdasarkan harga berlaku.

Berdasarkan data BPS tersebut, selama 29 tahun lebih, Indonesia masih mandek di kelompok Negara kelas menengah ke babawah dan belum merangkak naik. Sebelumnya Bank Indonesia (BI) pernah menyatakan jika Indonesia ingin merangkak naik maka PDB per kapita Indonesia harus lebih dari US$12 ribu per tahun pada 2030 mendatang.

Dengan angka statistic seperti sekarang ini, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai pemerintah perlu mendorong seluruh sektor industri agar nilai tambah perekonomian bergerak positif. Terutama sektor yang banyak menyerap tenaga kerja dan kontribusinya besar terhadap perekonomian.

"BPS berharap untuk sektor-sektor yang kontribusinya terhadap perekonomian besar, seperti pertanian, sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi," tutur Suhariyanto saat ditemui di kantornya, Senin (6/2).

Diutarakan Suhariyanto, tahun lalu sektor industri tumbuh 4,29 persen dengan kontribusi terhadap perekonomian mencapai 20,51 persen. Sementara, sektor pertanian hanya tumbuh 3,25 persen dengan porsi 13,45 persen terhadap kue ekonomi.

Sementara itu sektor perdagangan yang berkontribusi 13,19 persen hanya tumbuh 3,93 persen. Kemudian, sektor konstruksi tumbuh sedikit lebih baik diantara tiga sektor lainnya di angka 5,22 persen dengan kontribusi sebesar 10,38 persen.

Walau mengalami peningkatan dari segi perekonomian namun empat sektor tersebut pertumbuhannya masih kalah jika sektor jasa keuangan (8,9 persen). Hal ini disebabkan oleh dampak pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga jasa perantara keuangan dan pertumbuhan pendapatan operasional lembaga pembiayaan.

Kemudian, sektor informasi dan komunikasi mengekor (8,87 persen), dan diikuti oleh sektor jasa lainnya (7,8 persen). 

Inflasi Harus Terjaga

Pria yang kerap disapa Ketjuk juga mengingatkan untuk menjaga tingkat inflasi tahun ini. Hal itu penting agar daya beli masyarakat tidak tergerus. Tahun lalu, tingkat harga mengalami inflasi sebesar 3,02 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,02 persen.

Namun tahun ini, inflasi diprediksi bakal lebih tinggi yang dipicu oleh kenaikan harga diatur pemerintah (administered price). Mulai dari tarif pengurusan surat kendaraan bermotor, tarif dasar listrik, hingga harga bahan bakar minyak (BBM).

Pemerintah sendiri dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 menargetkan inflasi ada di level 4 persen atau sesuai dengan target BI 4 plus minus 1 persen.

"Konsumsi rumah tangga ikut terpengaruh Inflasi, karena itu inflasi yang rendah menjadi kunci supaya daya beli konsumsi rumah tangga tak tergerus," pungkasnya. (Khalid)