Kopassus Pecahkan Rekor MURI Terjun Membawa Satwa
D'On, Banten,- Aksi heroik 6 (enam) penerjun Kopassus yang membawa satwa/anjing penyerang dalam demonstrasi terjun bebas militer (free fall) HUT ke 72 TNI di Pelabuhan/Dermaga Indah Kiat Merak Cilegon Banten berhasil pecahkan rekor MURI (Kamis, 5/10).
Terjun bebas militer (free fall) dengan membawa satwa anjing pada ketinggian 8.000 feet belum pernah terjadi di Indonesia. Hal inilah yang mendorong Kopassus untuk memecahkan Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI). Pemecahan Rekor MURI ini disaksikan pula oleh Pendiri MURI, bapak Jaya Suprana dan Direktur Utama MURI, ibu Aylawati Sarwono yang hadir memenuhi undangan dalam peringatan HUT ke 72 TNI di Dermaga Indah Kiat Merak Cilegon . Sebelumnya Manager Operasional MURI, Bapak Triyono, telah melakukan verifikasi dengan menyaksikan langsung kegiatan penerjun dengan satwa anjing saat pelaksanaan gladi bersih tgl 3 Oktober lalu.
“Betul terjun dengan membawa satwa anjing ini belum pernah tercatat di Rekor MURI apalagi ada enam penerjun beserta satwa/anjing. Mudah-mudahan inovasi seperti ini dapat menjadi motivasi bagi satuan lain untuk lebih berkreasi lagi, sehingga ada hal-hal baru yang bisa dipersembahkan oleh anak bangsa”, tegas Triyono.
Sementara itu, salah satu penerjun yang membawa satwa anjing, Sertu Teddi M. Romdhon mengatakan bahwa terjun bebas militer (free fall) kali ini memiliki keunikan tersendiri, karena setiap penerjun harus mampu menjinakkan satwa agar satwa yang ikut terjun bisa beradaptasi ketika melaksanakan penerjunan dari udara.
“Sebelumnya kami harus menyatu dengan satwa yang akan kita bawa untuk terjun, sehingga dalam pelaksanaan latihan sehari-hari, kita ajak satwa itu untuk bermain-main dan bercengkerama serta dielus-elus agar jinak dan nurut. Ini adalah salah satu cara berkomunikasi dengan satwa sehingga pada saatnya nanti satwa yang akan kita ajak terjun sudah familiar dengan penerjun”, tegas Romdhon.
Selain aksi heroik terjun bebas militer (free fall) dengan membawa satwa anjing penyerang, Kopassus juga melibatkan prajuritnya dalam demonstrasi free climbing dengan memanjat sisi kiri dan kanan videotron tanpa bantuan alat pengaman satupun. Biasanya panjat dinding dilakukan dengan menyiapkan alat seperti tali karmantel, harness dan karabiner. Tiga personel Kopassus melaksanakan free climbing tanpa alat. Satu-satunya alat pengaman yang paling baik dalam free climbing adalah dirinya sendiri saat mempertunjukkan ketrampilannya dalam memanjat. Seorang free solo climbing harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan dan keputusan untuk pergerakan pada rute panjatan yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghafalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free solo climbing bila ia sudah pernah memanjat pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pemanjat tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar profesional saja yang akan melakukannya. Teknik pemanjatan ini sangat tidak disarankan mengingat resiko yang dihadapi sangat besar.
Disamping free climbing, Kopassus juga mendemonstrasikan menembak flamet dan jummar, meniti tali rayapan satu, rapelling mendarat di air dan head down melakukan pembentangan banner bertuliskan DIRGAHAYU TNI ke 72. (puspen)
Terjun bebas militer (free fall) dengan membawa satwa anjing pada ketinggian 8.000 feet belum pernah terjadi di Indonesia. Hal inilah yang mendorong Kopassus untuk memecahkan Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI). Pemecahan Rekor MURI ini disaksikan pula oleh Pendiri MURI, bapak Jaya Suprana dan Direktur Utama MURI, ibu Aylawati Sarwono yang hadir memenuhi undangan dalam peringatan HUT ke 72 TNI di Dermaga Indah Kiat Merak Cilegon . Sebelumnya Manager Operasional MURI, Bapak Triyono, telah melakukan verifikasi dengan menyaksikan langsung kegiatan penerjun dengan satwa anjing saat pelaksanaan gladi bersih tgl 3 Oktober lalu.
“Betul terjun dengan membawa satwa anjing ini belum pernah tercatat di Rekor MURI apalagi ada enam penerjun beserta satwa/anjing. Mudah-mudahan inovasi seperti ini dapat menjadi motivasi bagi satuan lain untuk lebih berkreasi lagi, sehingga ada hal-hal baru yang bisa dipersembahkan oleh anak bangsa”, tegas Triyono.
Sementara itu, salah satu penerjun yang membawa satwa anjing, Sertu Teddi M. Romdhon mengatakan bahwa terjun bebas militer (free fall) kali ini memiliki keunikan tersendiri, karena setiap penerjun harus mampu menjinakkan satwa agar satwa yang ikut terjun bisa beradaptasi ketika melaksanakan penerjunan dari udara.
“Sebelumnya kami harus menyatu dengan satwa yang akan kita bawa untuk terjun, sehingga dalam pelaksanaan latihan sehari-hari, kita ajak satwa itu untuk bermain-main dan bercengkerama serta dielus-elus agar jinak dan nurut. Ini adalah salah satu cara berkomunikasi dengan satwa sehingga pada saatnya nanti satwa yang akan kita ajak terjun sudah familiar dengan penerjun”, tegas Romdhon.
Selain aksi heroik terjun bebas militer (free fall) dengan membawa satwa anjing penyerang, Kopassus juga melibatkan prajuritnya dalam demonstrasi free climbing dengan memanjat sisi kiri dan kanan videotron tanpa bantuan alat pengaman satupun. Biasanya panjat dinding dilakukan dengan menyiapkan alat seperti tali karmantel, harness dan karabiner. Tiga personel Kopassus melaksanakan free climbing tanpa alat. Satu-satunya alat pengaman yang paling baik dalam free climbing adalah dirinya sendiri saat mempertunjukkan ketrampilannya dalam memanjat. Seorang free solo climbing harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan dan keputusan untuk pergerakan pada rute panjatan yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghafalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free solo climbing bila ia sudah pernah memanjat pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pemanjat tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar profesional saja yang akan melakukannya. Teknik pemanjatan ini sangat tidak disarankan mengingat resiko yang dihadapi sangat besar.
Disamping free climbing, Kopassus juga mendemonstrasikan menembak flamet dan jummar, meniti tali rayapan satu, rapelling mendarat di air dan head down melakukan pembentangan banner bertuliskan DIRGAHAYU TNI ke 72. (puspen)