Panglima TNI : Pertama Kali WHO Percayakan Internasional Conferrence kepada TNI
D'On, Jakarta,- Untuk pertama kalinya World Health Organization (WHO) memadukan kegiatan militer dan sipil, guna membicarakan upaya mewujudkan ketahanan kesehatan global dalam rangka kerja sama antar negara dan pertama kali di dunia WHO mempercayakan pelaksanaan Internasional Conferrence And Table Top Exercise On Global Health Security kepada TNI.
Hal tersebut dikatakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada acara pembukaan Internasional Conferrence And Table Top Exercise On Global Health Security 2017 dihadapan Presiden RI Ir. Joko Widodo dan para peserta konferensi yang diikuti dari 50 negara, bertempat di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/2017).
Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan ketahanaan kesehatan global merupakan suatu kondisi adanya kesiapan, kewaspadaan dan ketahanan terhadap kejadian luar biasa akibat emerging diseases maupun new emerging diseases yang menular dengan cepat antar manusia dengan tujuan untuk mencegahnya.
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa pada Konferensi Tingkat Tinggi G-20 tanggal 7-8 Juli 2017 di Hamburg Jerman, isu health security merupakan salah satu tren yang hangat dibicarakan pemimpin dunia. “Untuk itulah maka Presiden RI berinisiatif dan memerintahkan TNI untuk melakukan aksi nyata yang dapat memberi sumbangsih bagi negara dan dunia internasional dalam bidang ketahanan kesehatan global,” tegasnya.
Panglima TNI menuturkan bahwa TNI akan menampilkan peran Babinsa sebagai mata telinga TNI di seluruh wilayah Indonesia, karena Babinsa berhubungan langsung dan berada ditengah-tengah masyarakat, hal ini sebagai konsep Table Top Exercise. “Apabila terjadi suatu peristiwa di masyarakat, Babinsa akan mengkoordinir Babinkamtibmas, Kepala Desa/Lurah, LKMD serta Puskesmas untuk memberikan pertolongan pertama dan lapor cepat tentang kasus,” ujarnya.
Disisi lain, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa TNI merupakan salah satu first responder pada setiap kejadian baik musibah massal maupun bencana alam yang membutuhkan penanganan cepat. “Ini berdasarkan letak geografis Indonesia tepat berada di persimpangan lalu lintas dunia, hal ini menyebabkan ancaman wabah penyakit tropis dan penyakit infeksi sangat tinggi,” katanya.
“TNI melalui perannya dalam Operasi Militer Selain Perang, selalu siap digerakkan apabila terjadi musibah massal yang datang tiba-tiba dan tidak mudah dipredeksi, seperti bencana alam ataupun bencana buatan, sebagaimana yang telah dilakukan selama ini,” kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Sementara itu, terkait tentang kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa hal ini akan menjadikan percepatan perpindahan barang, jasa dan manusia, juga menjadi ancaman penyakit dari suatu negara, bisa menjadi ancaman global dalam hitungan menit. “Ancaman penyakit itu berupa virus MersCov, Zika dan Flu Burung yang menjadi ancaman global beberapa waktu yang lalu,” tuturnya.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan bahwa dari perspektif militer patut mewaspadai adanya ancaman senjata biologi massal yang diciptakan untuk melumpuhkan negara lain dan berpotensi mengakibatkan pandemi. “Ini menjadi sangat penting dan membutuhkan kerja sama antara sipil dengan militer serta kerja sama antar negara untuk mengatasinya,” pungkasnya. (puspen)
Hal tersebut dikatakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada acara pembukaan Internasional Conferrence And Table Top Exercise On Global Health Security 2017 dihadapan Presiden RI Ir. Joko Widodo dan para peserta konferensi yang diikuti dari 50 negara, bertempat di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/2017).
Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan ketahanaan kesehatan global merupakan suatu kondisi adanya kesiapan, kewaspadaan dan ketahanan terhadap kejadian luar biasa akibat emerging diseases maupun new emerging diseases yang menular dengan cepat antar manusia dengan tujuan untuk mencegahnya.
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa pada Konferensi Tingkat Tinggi G-20 tanggal 7-8 Juli 2017 di Hamburg Jerman, isu health security merupakan salah satu tren yang hangat dibicarakan pemimpin dunia. “Untuk itulah maka Presiden RI berinisiatif dan memerintahkan TNI untuk melakukan aksi nyata yang dapat memberi sumbangsih bagi negara dan dunia internasional dalam bidang ketahanan kesehatan global,” tegasnya.
Panglima TNI menuturkan bahwa TNI akan menampilkan peran Babinsa sebagai mata telinga TNI di seluruh wilayah Indonesia, karena Babinsa berhubungan langsung dan berada ditengah-tengah masyarakat, hal ini sebagai konsep Table Top Exercise. “Apabila terjadi suatu peristiwa di masyarakat, Babinsa akan mengkoordinir Babinkamtibmas, Kepala Desa/Lurah, LKMD serta Puskesmas untuk memberikan pertolongan pertama dan lapor cepat tentang kasus,” ujarnya.
Disisi lain, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa TNI merupakan salah satu first responder pada setiap kejadian baik musibah massal maupun bencana alam yang membutuhkan penanganan cepat. “Ini berdasarkan letak geografis Indonesia tepat berada di persimpangan lalu lintas dunia, hal ini menyebabkan ancaman wabah penyakit tropis dan penyakit infeksi sangat tinggi,” katanya.
“TNI melalui perannya dalam Operasi Militer Selain Perang, selalu siap digerakkan apabila terjadi musibah massal yang datang tiba-tiba dan tidak mudah dipredeksi, seperti bencana alam ataupun bencana buatan, sebagaimana yang telah dilakukan selama ini,” kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Sementara itu, terkait tentang kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa hal ini akan menjadikan percepatan perpindahan barang, jasa dan manusia, juga menjadi ancaman penyakit dari suatu negara, bisa menjadi ancaman global dalam hitungan menit. “Ancaman penyakit itu berupa virus MersCov, Zika dan Flu Burung yang menjadi ancaman global beberapa waktu yang lalu,” tuturnya.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyampaikan bahwa dari perspektif militer patut mewaspadai adanya ancaman senjata biologi massal yang diciptakan untuk melumpuhkan negara lain dan berpotensi mengakibatkan pandemi. “Ini menjadi sangat penting dan membutuhkan kerja sama antara sipil dengan militer serta kerja sama antar negara untuk mengatasinya,” pungkasnya. (puspen)