Memaafkan Diri Sendiri
Oleh: Osmond Abu Khalil
Pimred www.dirgantaraonline.co.id
Ketika tokoh atau selebriti memilih bunuh diri, agak sulit bagi banyak orang untuk berempati.
Mereka sukses, tidak tertindas, tidak miskin, tidak sulit jodoh, tidak kesepian, kenapa begitu sulit untuk bersyukur dan menikmati hidup?
Persoalannya, depresi klinis itu bukan perkara kecil.
Depresi adalah perasaan lelah berkepanjangan yang tidak bisa dijelaskan yang membuat seseorang menjadi putus asa.
Seseorang yang terkenal bisa kelelahan hebat ketika semua orang mengenali dan menghakiminya, seorang sukses kelelahan hebat menjaga prestasinya.
Seorang pemimpin lelah karena harus terus membuat keputusan.
Seorang suami atau istri lelah menghadapi pasangannya selama bertahun-tahun.
Ketika semua rasa lelah itu tidak diberi kesempatan untuk dilepas dan diperparah oleh tidak seimbangnya susunan kimia tubuh, maka ibarat penggaris plastik murahan, dilengkung sedikit langsung patah.
Di bulan suci Ramadhan yang sebentar lagi akan berakhir ini, ada makna berpuasa yang "lenyap" diantara hiruk pikuk keriaan, yaitu Memaafkan Diri Sendiri.
Setiap orang punya sesuatu di dalam hatinya yang tidak bisa dijamah orang lain, yaitu bisikan nurani jujur akan siapa dirinya sendiri.
Seorang pemuka agama yang dakwahnya dinanti ribuan orang bisa jadi sebenarnya adalah sosok pemalu yang selalu gemetar untuk tampil di panggung.
Seorang pejabat yang karirnya melesat bisa jadi adalah sosok yang penuh rasa cemas apabila ada orang lain yang bisa menjadi saingannya.
Seorang istri muslimah atau suami yang bertanggung jawab bisa jadi tersiksa ketika dia tidak lagi mampu mencintai pasangannya.
Seorang pejuang dan aktivis bisa saja diam-diam bosan dengan upayanya.
Perasaan bersalah dan marah terhadap diri sendiri itu adalah bibit dari kelelahan berkepanjangan yang bisa berujung pada depresi.
Memaafkan diri sendiri adalah bentuk keikhlasan dan kepasrahan tinggi terhadap Allah.
Memaafkan diri sendiri adalah tahap tertinggi kecerdasan emosi, dan tahap lanjut menuju kecerdasan spiritual.
Memaafkan diri sendiri adalah menyadari penuh semua kekurangan masing-masing dan menyingkirkan ilusi narsisme dan egosentris.
Memaafkan diri sendiri berarti membongkar harapan berlebihan atas diri sendiri dan terhadap orang-orang yang kita sayangi.
Memaafkan diri sendiri memberi peluang untuk berpasrah kepada Allah bahwa seseorang tidak harus berjuang terus-terusan untuk tampil sempurna, kelihatan suci, paling cerdas diantara yang lain, harus dicintai dan diterima tanpa henti, serta harus paling dikagumi dan ditakuti.
Memaafkan diri sendiri berarti kita bisa "on" di jam kerja, dan "off" diluar jam kerja dan menyerahkan selebihnya kepada Allah SWT.
Kita bisa "ekstrovert" di kala mampu dan "introvert" ketika tak ingin diganggu dan menyerahkan selebihnya kepada Allah SWT.
Kita bisa penuh rasa gairah dan harapan luar biasa di awal, tapi pasrah dan menurunkan harapan di belakang hari dan menyerahkan selebihnya kepada rencana Allah SWT.
Memaafkan diri sendiri membuat kita mudah bergembira dan bersyukur atas rezeki dan kelebihan orang lain, yang akhirnya kemudian malah berbalik menjadi rezeki kita juga.
Memaafkan diri sendiri itu istirahat dari semua kelelahan atas penilaian dan harapan kita terhadap kita sendiri.
Memaafkan diri sendiri itu bagian dari ibadah, dan pembuka jalan bagi penderita depresi klinis untuk mencari bantuan.
Mari merayakan kemenangan setiap orang terhadap dirinya sendiri dan berharap kita semua lahir kembali dengan jiwa dan pikiran yang lebih sehat. Amin.
Wassalam.
Pimred www.dirgantaraonline.co.id
Ketika tokoh atau selebriti memilih bunuh diri, agak sulit bagi banyak orang untuk berempati.
Mereka sukses, tidak tertindas, tidak miskin, tidak sulit jodoh, tidak kesepian, kenapa begitu sulit untuk bersyukur dan menikmati hidup?
Persoalannya, depresi klinis itu bukan perkara kecil.
Depresi adalah perasaan lelah berkepanjangan yang tidak bisa dijelaskan yang membuat seseorang menjadi putus asa.
Seseorang yang terkenal bisa kelelahan hebat ketika semua orang mengenali dan menghakiminya, seorang sukses kelelahan hebat menjaga prestasinya.
Seorang pemimpin lelah karena harus terus membuat keputusan.
Seorang suami atau istri lelah menghadapi pasangannya selama bertahun-tahun.
Ketika semua rasa lelah itu tidak diberi kesempatan untuk dilepas dan diperparah oleh tidak seimbangnya susunan kimia tubuh, maka ibarat penggaris plastik murahan, dilengkung sedikit langsung patah.
Di bulan suci Ramadhan yang sebentar lagi akan berakhir ini, ada makna berpuasa yang "lenyap" diantara hiruk pikuk keriaan, yaitu Memaafkan Diri Sendiri.
Setiap orang punya sesuatu di dalam hatinya yang tidak bisa dijamah orang lain, yaitu bisikan nurani jujur akan siapa dirinya sendiri.
Seorang pemuka agama yang dakwahnya dinanti ribuan orang bisa jadi sebenarnya adalah sosok pemalu yang selalu gemetar untuk tampil di panggung.
Seorang pejabat yang karirnya melesat bisa jadi adalah sosok yang penuh rasa cemas apabila ada orang lain yang bisa menjadi saingannya.
Seorang istri muslimah atau suami yang bertanggung jawab bisa jadi tersiksa ketika dia tidak lagi mampu mencintai pasangannya.
Seorang pejuang dan aktivis bisa saja diam-diam bosan dengan upayanya.
Perasaan bersalah dan marah terhadap diri sendiri itu adalah bibit dari kelelahan berkepanjangan yang bisa berujung pada depresi.
Memaafkan diri sendiri adalah bentuk keikhlasan dan kepasrahan tinggi terhadap Allah.
Memaafkan diri sendiri adalah tahap tertinggi kecerdasan emosi, dan tahap lanjut menuju kecerdasan spiritual.
Memaafkan diri sendiri adalah menyadari penuh semua kekurangan masing-masing dan menyingkirkan ilusi narsisme dan egosentris.
Memaafkan diri sendiri berarti membongkar harapan berlebihan atas diri sendiri dan terhadap orang-orang yang kita sayangi.
Memaafkan diri sendiri memberi peluang untuk berpasrah kepada Allah bahwa seseorang tidak harus berjuang terus-terusan untuk tampil sempurna, kelihatan suci, paling cerdas diantara yang lain, harus dicintai dan diterima tanpa henti, serta harus paling dikagumi dan ditakuti.
Memaafkan diri sendiri berarti kita bisa "on" di jam kerja, dan "off" diluar jam kerja dan menyerahkan selebihnya kepada Allah SWT.
Kita bisa "ekstrovert" di kala mampu dan "introvert" ketika tak ingin diganggu dan menyerahkan selebihnya kepada Allah SWT.
Kita bisa penuh rasa gairah dan harapan luar biasa di awal, tapi pasrah dan menurunkan harapan di belakang hari dan menyerahkan selebihnya kepada rencana Allah SWT.
Memaafkan diri sendiri membuat kita mudah bergembira dan bersyukur atas rezeki dan kelebihan orang lain, yang akhirnya kemudian malah berbalik menjadi rezeki kita juga.
Memaafkan diri sendiri itu istirahat dari semua kelelahan atas penilaian dan harapan kita terhadap kita sendiri.
Memaafkan diri sendiri itu bagian dari ibadah, dan pembuka jalan bagi penderita depresi klinis untuk mencari bantuan.
Mari merayakan kemenangan setiap orang terhadap dirinya sendiri dan berharap kita semua lahir kembali dengan jiwa dan pikiran yang lebih sehat. Amin.
Wassalam.