Kelurahan Bungus Teluk Kabung Pelaksana Kelurahan Pengimplementasi ABS-SBK ke Enam
D'On,- Padang, --Bagian Kesra Pemko Padang hari ke enam melaksanakan kegiatan pembinaan Kelurahan pengimplementasi ABS-SBK tahun 2018 di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Tujuanya bagaimana memperbaki dan menata kembali bersama tentang implementasi Adat Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK) alam takambang jadi guru di kota tercinta ini. Demikian disampaikan Kabag Kesra diwakili Kasubag Pendidikan dan Budaya Agustina, SH.MM dihadapan para bundo kanduang,niniak mamak, generasi muda dari Kelurahan Teluk Kabung Tengah dan Timur di aula kantor Camat Bungus Teluk Kabung, Senin (23/7).
Kegiatan pembinaan kelurahan pengimplementasi ABS-SBK, camat menunjuk dua kelurahan yang akan dinilai tentang pelaksanaan ABS-SBK tersebut. Dan kegiatan ini diadakan semata-mata untuk memotivasi masyarakat agar lebih mencintai ajaran agama Islam dan budaya serta Adat Minangkabau. Sebab sama sama mengetahui bahwa pengamalan atau pun penerapan adat Minang yang berlandaskan ABS-SBK memang perlu pembenahan bersama. Hal ini untuk membentengi pengaruh budaya luar yang merusak mental dan akhlak generasi muda saat ini, ucap Agustina yang sehari-hari akrab dengan sapaan Tin itu.
Sedangkan Arpendi Dt. Tan Bagindo Pemuka Masyarakat Bungus Teluk Kabung menyambut gembira pelaksanaan kegiatan pembinaan Kelurahan pengimplementasi ABS-SBK tahun 2018 ini. Apalagi hadir narasumber Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat Prof.Dr. Hj. Puti Reno Raudhan Thaib yang memberikan arahan pada masyarakat. Namun kenapa hanya dua kelurahan saja, yakin belum cukup. Apalagi melihat kondisi sekarang tentang Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah sebagai pedoman hidup masyarakat Minangkabau, semakin menipis di Bungus Teluk Kabung.
Tahun depan, kata Arpendi Dt. Tan Bagindo yang juga anggota DPRD Kota Padang berjanji akan mengusulkan pada Walikota Padang kegiatan pembinaan ABS-SBK dilaksanakan di 104 kelurahan. Tujuaanya agar semua masyarakat di kota tercinta mencintai, memahami dan mengamalkan pedoman hidup sebagai urang Minang yakni Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah alam takambang jadi guru.
Sehubungan dengan itu, Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat Prof.Dr. Hj. Puti Reno Raudhan Thaib mengucapkan terimakasih kepada Arpendi Dt. Tan Bagindo pemuka masyarakat Bungus Teluk Kabung yang serius dan peduli terhadap kondisi saat ini. Memang orang luar melihat Minangkabau ini amat luar biasa, bukan hanya dari Luar Sumatera Barat, serta Indonesia tetapi dari dunia. Menurut pengalamannya pada tahun 2017 dan sekarang, ada enam orang asing yang membuat disertasi tentang Minangkabau. Begitu penting Ranah Minangkabau berserta adatnya. Namun urang awak saja yang tidak mau tahu, serta tidak mau mempelajarinya. Urang awak saat ini lebih suka melihat keluar yang lebih baik.
Sebenarnya Adat, Budaya dan Agama tidak pernah bergeser, tetapi yang bergeser itu awak (kita), menginterprestasikan karena melihat pengaruh dari luar. Setelah itu adalam acara-acara adat minangkabau, antara adat dan agama itu jelas porsinya.Kini contoh perubahan yang terjadi, dalam kegiatan pernikahan lah ada pula persembahan, padahal itu acara Agama.Tetapi kalau acara manjapuik marapulai, silahkan pakai persembahan, acara adat. Jadi banyak salah pengertian penempatan adat. Untuk itu banyak yang perlu dibenahi bersama-sama. Bisa dimulai dari warna Marawa, sebab yang terjadi saat ini tidak sama penempatan, urutan warnanya, Hitam, Kuning dan Merah. (mcp).
Kegiatan pembinaan kelurahan pengimplementasi ABS-SBK, camat menunjuk dua kelurahan yang akan dinilai tentang pelaksanaan ABS-SBK tersebut. Dan kegiatan ini diadakan semata-mata untuk memotivasi masyarakat agar lebih mencintai ajaran agama Islam dan budaya serta Adat Minangkabau. Sebab sama sama mengetahui bahwa pengamalan atau pun penerapan adat Minang yang berlandaskan ABS-SBK memang perlu pembenahan bersama. Hal ini untuk membentengi pengaruh budaya luar yang merusak mental dan akhlak generasi muda saat ini, ucap Agustina yang sehari-hari akrab dengan sapaan Tin itu.
Sedangkan Arpendi Dt. Tan Bagindo Pemuka Masyarakat Bungus Teluk Kabung menyambut gembira pelaksanaan kegiatan pembinaan Kelurahan pengimplementasi ABS-SBK tahun 2018 ini. Apalagi hadir narasumber Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat Prof.Dr. Hj. Puti Reno Raudhan Thaib yang memberikan arahan pada masyarakat. Namun kenapa hanya dua kelurahan saja, yakin belum cukup. Apalagi melihat kondisi sekarang tentang Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah sebagai pedoman hidup masyarakat Minangkabau, semakin menipis di Bungus Teluk Kabung.
Tahun depan, kata Arpendi Dt. Tan Bagindo yang juga anggota DPRD Kota Padang berjanji akan mengusulkan pada Walikota Padang kegiatan pembinaan ABS-SBK dilaksanakan di 104 kelurahan. Tujuaanya agar semua masyarakat di kota tercinta mencintai, memahami dan mengamalkan pedoman hidup sebagai urang Minang yakni Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah alam takambang jadi guru.
Sehubungan dengan itu, Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat Prof.Dr. Hj. Puti Reno Raudhan Thaib mengucapkan terimakasih kepada Arpendi Dt. Tan Bagindo pemuka masyarakat Bungus Teluk Kabung yang serius dan peduli terhadap kondisi saat ini. Memang orang luar melihat Minangkabau ini amat luar biasa, bukan hanya dari Luar Sumatera Barat, serta Indonesia tetapi dari dunia. Menurut pengalamannya pada tahun 2017 dan sekarang, ada enam orang asing yang membuat disertasi tentang Minangkabau. Begitu penting Ranah Minangkabau berserta adatnya. Namun urang awak saja yang tidak mau tahu, serta tidak mau mempelajarinya. Urang awak saat ini lebih suka melihat keluar yang lebih baik.
Sebenarnya Adat, Budaya dan Agama tidak pernah bergeser, tetapi yang bergeser itu awak (kita), menginterprestasikan karena melihat pengaruh dari luar. Setelah itu adalam acara-acara adat minangkabau, antara adat dan agama itu jelas porsinya.Kini contoh perubahan yang terjadi, dalam kegiatan pernikahan lah ada pula persembahan, padahal itu acara Agama.Tetapi kalau acara manjapuik marapulai, silahkan pakai persembahan, acara adat. Jadi banyak salah pengertian penempatan adat. Untuk itu banyak yang perlu dibenahi bersama-sama. Bisa dimulai dari warna Marawa, sebab yang terjadi saat ini tidak sama penempatan, urutan warnanya, Hitam, Kuning dan Merah. (mcp).