Miqda Pejuang Islam Yang Menunggangi Kuda Perang Pertama Kali
D'On,- Ayah Miqdad bernama Amru. Suatu hari Amru melakukan pembunuhan di tengah kaumnya, maka dia melarikan diri ke Hadramaut hingga mendapatkan perlindungan dari suku Kindah. Oleh karena itu, Amru disebut dengan Al-Kindi, merujuk pada suku Kindah sebagai suku yang melindunginya. Di sana, Amru menikah dengan seorang wanita, dan dari pernikahan ini lahirlah Miqdad.
Ketika Miqdad mencapai usia remaja, terjadilah perselisihan antara Miqdad dengan para temannya. Puncaknya, Miqdad membunuh salah satu di antara mereka dengan pedangnya. Maka, Miqdad lari ke Mekah dan ditampung sekaligus diadopsi oleh Aswad. Dengan adopsi ini, jadilah nama Miqdad dinasabkan kepada Aswad sehingga menjadi Miqdad bin Aswad. Dia juga dipanggil dengan Miqdad Al-Kindi, merujuk kepada daerah kelahirannya. Akan tetapi, setelah turun ayat: “Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka,” (Al-Ahzab [33]: 5) nama nasab ayahnya digunakan lagi sehingga menjadi Miqdad bin Amru. Meskipun demikian, nama Miqdad bin Aswad lebih populer baginya. Dalam nama panggilan, Miqdad bin Aswad juga sering dipanggil dengan Abu Aswad, Abu Amru, Abu Ma’bad dan Abu Sa’id.
Miqdad bin Amru termasuk golongan yang pertama kali masuk Islam. Saat itu terdapat tujuh orang yang terang-terangan memperlihatkan keislamannya, dan Miqdad bin Aswad adalah salah satu di antara mereka.
Sebagaimana para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain, Miqdad juga tidak luput dari tekanan dan siksaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy. Meskipun demikian, tekadnya untuk tetap berpegang teguh kepada agama Islam tidak mematahkan ketabahannya untuk melewati cobaan tersebut, hingga pada akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi izin kepada kaum Muslimin berhijrah ke Habasyah. Mulanya, yang turut serta dalam hijrah ini berjumlah 14 orang: 10 laki-laki (termasuk Miqdad) dan 4 perempuan. Kemudian jumlahnya terus bertambah hingga mencapai 83 laki-laki dan 17 perempuan. Selanjutnya, Miqdad pulang kembali bersama para Muhajirin yang berhijrah ke Habasyah, lalu menyusul Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah. Di Madinah, Miqdad membantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang lain dalam menyebarkan dakwah Islam, di samping juga aktif dalam peperangan bersama Rasulullah dan kaum Muslimin.
Miqdad bin Amru turut serta dalam Perang Badr. Pada perang ini, kaum Muslimin mendapatkan kemenangan yang gemilang atas orang-orang kafir Quraisy. Dalam perang ini, Miqdad tampil sebagai prajurit yang tangguh. Diriwayatkan
bahwa Miqdad merupakan orang pertama kali yang berperang di jalan Allah dengan menunggang kuda.
bahwa Miqdad merupakan orang pertama kali yang berperang di jalan Allah dengan menunggang kuda.
Miqdad bin Amru juga turut serta dalam Perang Uhud, Perang Khandaq, dan Perang Khaibar, sehingga ia mendapatkan posisi yang tinggi di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak mengherankan jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahkan Miqdad dengan sepupu beliau, Dhuba’ah binti Zubair bin Abdul Muththalib.
Miqdad juga turut serta dalam perang-perang penaklukan bersama pasukan Islam. Pada saat Amru bin Ash meminta tambahan pasukan kepada Khalifah Umar bin Khaththab untuk membobol benteng Babilon, Umar bin Khathtab radhiyallahu ‘anhu mengirimkan 4.000 pasukan yang dipimpin oleh para sahabat senior, yaitu Zubair bin Awwam, Miqdad bin Amru, Ubadah bin Shamir, dan Maslamah bin Mukhallad.
Miqdad bin Amru dikenal sebagai orang yang pandai dalam ilmu agama. la termasuk salah seorang yang banyak meriwayatkan hadits Rasulullah
Perawakan Miqdad bin Amru tinggi, rambutnya lebat, jenggot berwarna kekuningan, dan tubuhnya besar. Beliau wafat tahun 33 H di Jurf dalam usia 70 tahun.
Dikutip dari: 13 Jenderal Islam Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah, Nabawiyah Mahmud, Penerbit Arafah