Melawan Lupa!!! Mengenang Tragedi Kelam Semanggi II
D'On, Padang,- Peristiwa kelam menghantui mahasiswa Indonesia di era 1999. Sikap kritis mahasiswa kala itu kerap mendapat intimidasi oleh aparat pemerintah. Mulai dari tragedi Semanggi I hingga Semanggi II, mahasiswa menjadi sasaran tindak kekerasan barisan tentara ketika melakukan aksi demontrasi.
Seperti Tragedi berdarah Semanggi I. Fase ini mempertontonkan arogansi penguasa yang menekan pimpinan universitas untuk melarang mahasiswanya melakukan protes bagi pemerintah. Pada era pemerintahan BJ. Habibie ini, masyarakat sipil dan mahasiswa bersatu padu menolak keras Sidang Istimewa MPR 1998 dan menentang dwifungsi ABRI/ TNI. Pemerintah tak tinggal diam. Barisan aparat TNI dikerahkan untuk mengepung para demonstran dengan segala cara.
Tindak kekerasan pun tak terhindarkan. Pada Tragedi Semanggi II, tepatnya di tanggal 24 September 1999 silam, mahasiswa dan sipil menjadi objek sasaran aparat. Mereka ditangkap dan ditembaki oleh aparat agar menghentikan aksi protes bagi rezim pemerintah. Lokasi penembakan mahasiswa pun cukup strategis, insiden ini dapat dipantau oleh banyak orang awam diantaranya di bawah jembatan Semanggi, depan kampus Universitas Atma Jaya Jakarta, dekat pusat sentra bisnis nasional maupun internasional.
Pada masa inilah, pemerintah memberikan keleluasaan wewenang kepada militer untuk melakukan pengamanan negara. Kebijakan itu dituangkan dalam Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB), sementara banyak kalangan dan mahasiswa justru kecewa dengan kebijakan tersebut.
Mahasiswa dalam jumlah besar pun memutuskan untuk turun ke jalan. Mereka menuntut agar pemerintah mencabut kembali UU PKB untuk menghilangkan dwifungsi ABRI/TNI. Melalui aksi demonstrasi, mahasiswa berpikir pemerintah akan memikirkan kembali tuntutan mahasiswa supaya mencabut kebijakan itu.
Sayangnya, nasib malang justru menimpa para mahasiswa yang melakukan protes. Pada tragedi Semanggi II ini, mahasiswa Universitas Indonesia harus kehilangan seorang pejuang demokrasi mereka, Yun Hap. Saat iring-iringan mobil tentara makin dekat, tembakan semakin gencar. Para demonstran berhamburan. Mereka mencoba mencari perlindungan diantaranya masuk Kampus Atma Jaya dan Rumah Sakit Jakarta (RSJ), beberapa lainnya melakukan perlawanan.
Ketika tentara mulai menembak ke arah demonstran, Yun Hap menghindar. Mereka pun terpisah satu sama lain. Saat bertemu lagi di RSJ sekira pukul 22.30, keberadaan Yun Hap tak jelas. Tak ada satupun mahasiswa yang tahu keberadaan Yun Hap saat itu.
Malamnya, sekitar pukul 00.30. barulah terdengar informasi bahwa mahasiswa kelahiran Pangkal Pinang 17 Oktober 1977 itu ditemukan meninggal. Ia tertembak di bagian punggung. Hasil pemeriksaan forensik pihak RSCM menyebut Yun Hap meninggal akibat tembakan menggunakan peluru tajam. (mond)