Tiga Orang Menteri Bulgaria Mengundurkan Diri Pasca Kecelakaan Bus Fatal
D'On, Bulgaria,- Kecelakaan bus wisata yang menewaskan 17 orang dan melukai 20 penumpang lainnya di Svoge, Bulgaria, berbuntut panjang. Tiga menteri Bulgaria mengaku bertanggung jawab atas peristiwa itu dan menyatakan mundur dari jabatannya.
Ketiga menteri yang mengundurkan diri dari jabatannya itu adalah Menteri Transportasi Ivaylo Moskovski, Menteri Pembangunan Regional Nikolay Nankov, dan Menteri Dalam Negeri Valentin Radev.
“Kami menerima seluruh tanggung jawab politik dan karena itu kami mundur,” kata Radev dalam jumpa pers, yang juga dihadiri Nankov, di Sofia, ibukota Bulgaria, pekan lalu.
“Jelas kami tak berusaha mengatur segala sesuatu untuk menghindari kecelakaan seperti itu,” sambung Radev.
Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Bulgaria Boyko Borissov meminta ketiga menterinya itu mundur, menyusul gelombang aksi unjuk rasa masyarakat atas kecelekaan bus fatal tersebut.
“Para politisi harus bertanggung jawab atas kecelakaan yang menyebabkan kemarahan publik terhadap keadaan jalan raya yang buruk,” kata Borissov.
Permintaan Borissov kepada ketiga menterinya untuk mengundurkan diri itu menyusul hasil penyelidikan awal atas kasus kecelakaan lalu lintas tersebut. Hasil penyelidikan awal itu menunjukkan bahwa ruas jalan yang belum lama diperbaiki, menggunakan aspal berkualitas rendah.
Kementerian Dalam Negeri pun dituduh telah gagal menanggapi sejumlah keluhan dalam beberapa bulan terakhir dari para pengendara kendaraan dari kota terdekat Svoge, yang merasa khawatir akan peningkatan jumlah kecelakaan di ruas jalan tersebut.
Selain itu, kondisi bus nahas itu juga disebut telah melalaikan satu dari dua pemeriksaan teknis yang diwajibkan oleh otoritas Kementerian Transportasi. Sopir bus yang celaka, sejauh ini menjadi satu-satunya pihak yang didakwa atas kecelakaan fatal tersebut.
Namun Presiden Bulgaria, Rumen Radev mengatakan sistem tender publik yang buruk untuk pengadaan dan pekerjaan konstruksi turut berperan atas terjadinya kecelakaan.
“Tragedi yang terjadi di dekat Svoge menyoroti keburukan sistem pengadaan publik dan pekerjaan konstruksi,” ujarnya.
Kecelakaan bus itu terjadi di bagian baratlaut Bulgaria, Sabtu (25/8/2018). Dilansir AFP, bus wisata tersebut keluar jalur di tengah hujan deras dan jatuh ke sebuah jurang sedalam 20 meter di dekat kota Svoge.
Ratusan warga Svoge, sekitar 40 km sebelah utara Sofia, berunjuk rasa tiap hari sejak kecelakaan yang menewaskan 17 penumpang bus wisata tersebut. Mereka menuntut pemeriksaan menyeluruh terhadap bagian jalan tempat kecelakaan terjadi.
Mereka mengatakan pihak-pihak berwenang berbagai bidang mengabaikan tanda-tanda bahwa jalan belum diperbaiki dengan benar.
Beredar opini di masyarakat setempat, sebagian besar dana yang digunakan untuk proyek perbaikan jalan di Bulgaria yang berasal dari bantuan Uni Eropa, justru masuk ke kantong perusahaan-perusahaan yang memiliki kekuasaan dan hanya menyisakan sejumlah kecil untuk praktik perbaikan yang sesungguhnya.
Setelah 11 tahun bergabung dengan Uni Eropa, Bulgaria yang berpenduduk sekitar 7,2 juta jiwa, menjadi negara termiskin. Pada 2014, pendapatan per kapita 8.037 dolar AS, terendah di Uni Eropa. Korupsi kini menjadi banyak terjadi di Bulgaria.
Toh dibanding Indonesia, pendapatan per kapita masyarakat Bulgaria itu masih jauh lebih besar. Pada 2017, pendapatan per kapita Indonesia adalah 3.876,8 dolar AS atau setara Rp51,89 juta/tahun (kurs kala itu Rp13.400).
Kasus kecelakaan bus fatal seperti di Bulgaria itu, sering terjadi di Indonesia dengan korban yang jauh lebih besar. Data Korlantas Polri menyebutkan, pada tahun 2017, korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia tercatat 24.213 orang atau 66,3 orang/hari.
Artinya, setiap jam ada 2,76 orang Indonesia meninggal dunia di jalanan akibat kecelakaan lalu lintas. Adakah pemimpin di negeri ini yang mundur dari jabatannya sebagai bentuk pertanggungjawaban moralnya kepada rakyat Indonesia?***