Tim Gabungan Guyur Wilayah Likuifaksi Dengan Disinfektan
D'On, Sulteng,- Tim Gabungan Penanggulangan Bencana di Sulawesi Tengah dengan menggunakan helikopter MI-8 memulai melakukan water-bombing atau pengeboman material disinfektan di wilayah terdampak likuifaksi.
Diantaranya daerah Petobo, Balaroa, dan Jono Oge, Kamis (18/10/2018). Pengemboman menjadi langkah yang efektif karena cakupan wilayah yang luas dan kondisi lapangan yang berpotensi terjadi amblesan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengirimkan helikopter untuk membantu operasi water-bombing yang dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Kementerian Kesehatan dan Kesehatan TNI.
Pengisian material disinfektan diisi ke dalam bucket atau ember yang telah dipersiapkan personel TNI melalui mobil tanki.
Sebelumnya, Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan dr. Ahmad Yurianto telah merekomendasikan penimbunan di wilayah terdampak likuifaksi, seperti di wilayah Petobo yang lapisan tanahnya terangkat akan ditimbun. Cara terbaik adalah menimbun dengan tanah seperti selayaknya memakamkan jenazah.
“Pertimbangan terbaik dalam penanganan jenazah yang belum diketemukan setelah hari ke-7 adalah dengan tetap memakamkan di lokasi yang diduga jenazah itu berada,” ujar Yurianto.
Hasil analisis sementara pemetaan secara spasial menunjukkan bahwa wilayah terdampak likuifaksi pascagempa Sulteng menyebabkan pengangkatan dan amblesan di Balaroa, Kota Palu. Sedangkan jumlah perkiraan rumah terdampak mencapai 1.045 unit. Luas wilayah terdampak mencapai 47,8 hektar. Jumlah perkiraan rumah terdampak di Petobo mencapai 2.050 unit dengan luas wilayah 180 hektar.
Sedangkan di Jono Oge, Sigi, mencapai 366 unit dengan luas wilayah 202 hektar. (daeng)
Diantaranya daerah Petobo, Balaroa, dan Jono Oge, Kamis (18/10/2018). Pengemboman menjadi langkah yang efektif karena cakupan wilayah yang luas dan kondisi lapangan yang berpotensi terjadi amblesan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengirimkan helikopter untuk membantu operasi water-bombing yang dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Kementerian Kesehatan dan Kesehatan TNI.
Pengisian material disinfektan diisi ke dalam bucket atau ember yang telah dipersiapkan personel TNI melalui mobil tanki.
Sebelumnya, Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan dr. Ahmad Yurianto telah merekomendasikan penimbunan di wilayah terdampak likuifaksi, seperti di wilayah Petobo yang lapisan tanahnya terangkat akan ditimbun. Cara terbaik adalah menimbun dengan tanah seperti selayaknya memakamkan jenazah.
“Pertimbangan terbaik dalam penanganan jenazah yang belum diketemukan setelah hari ke-7 adalah dengan tetap memakamkan di lokasi yang diduga jenazah itu berada,” ujar Yurianto.
Hasil analisis sementara pemetaan secara spasial menunjukkan bahwa wilayah terdampak likuifaksi pascagempa Sulteng menyebabkan pengangkatan dan amblesan di Balaroa, Kota Palu. Sedangkan jumlah perkiraan rumah terdampak mencapai 1.045 unit. Luas wilayah terdampak mencapai 47,8 hektar. Jumlah perkiraan rumah terdampak di Petobo mencapai 2.050 unit dengan luas wilayah 180 hektar.
Sedangkan di Jono Oge, Sigi, mencapai 366 unit dengan luas wilayah 202 hektar. (daeng)