Gelombang Demonstran Sesaki Jalanan di Teheran Tolak Sanksi AS
D'On, Teheran (IRAN),- Sehari sebelum sanksi (AS) untuk minyak mulai berlaku, ribuan warga berdemonstrasi di Teheran, ibukota pada Minggu (4/11) waktu setempat.
Demonstran mengutuk tindakan sepihak AS tersebut. Para pengunjuk rasa ini mengambilalih bekas gedung Kedutaan AS 1979, dengan membakar bendera Paman Sam.
Dalam aksinya, massa membawa spanduk anti-Amerika, dengan beberapa di antaranya bertuliskan ‘Down with US’.
Selain itu, massa membawa boneka sawah bergambarkan Presiden AS , yang ditempatkan diatas uang kertas dollar AS palsu bernilai USD100. Instrumen ini mereka bakar di luar bekas kedutaan AS, ketika yang lainnya membakar dolar yang sebenarnya.
Media lokal Teheran melaporkan bahwa demonstrasi serupa diadakan di seluruh wilayah . Kerumunan demonstran ini termasuk kelompok mahasiswa, ulama dan pendukung konservatif dan garis keras dari Republik Islam.
Meskipun sebelumnya masyarakat pernah mengalami sanksi, beberapa warga memilih untuk mengurangi dampak untuk sanksi terbaru ini.
"Mengenai sanksi minyak, kami pernah mengalaminya pada periode sebelumnya dan kami juga bisa melaluinya," kata seorang warga bernama Moaref yang dilansir oleh Russia Today (5/11).
Namun, warga lainnya bernama Tahereh mengatakan bahwa sanksi pasti akan mempengaruhi stabilitas sosial. Bahkan sanksi pasti mempengaruhi persepsi dan menciptakan masalah dalam perekonomian.
Ketegangan kedua negara mencapai titik tertinggi pada Mei, setelah Trump keluar dari kesepakatan nuklir 2015.
Bahkan sekutu utama AS, termasuk Prancis dan Jerman, gagal untuk bernegosiasi dengan Trump agar tidak keluar dari perjanjian itu.
Selama enam bulan keluar dari perjanjian, Trump menerapkan kembali sebagian besar sanksi terhadap yang telah ditangguhkan selama perjanjian itu. Sanksi terbaru dijadwalkan mulai berlaku pada 5 November.
Pada Sabtu (3/11), Pemimpin Tertinggi , Ayatollah Ali menentang sanksi terbaru. Ia mengecam Trump karena telah "memalukan" demokrasi liberal AS.
#russia today
Demonstran mengutuk tindakan sepihak AS tersebut. Para pengunjuk rasa ini mengambilalih bekas gedung Kedutaan AS 1979, dengan membakar bendera Paman Sam.
Dalam aksinya, massa membawa spanduk anti-Amerika, dengan beberapa di antaranya bertuliskan ‘Down with US’.
Selain itu, massa membawa boneka sawah bergambarkan Presiden AS , yang ditempatkan diatas uang kertas dollar AS palsu bernilai USD100. Instrumen ini mereka bakar di luar bekas kedutaan AS, ketika yang lainnya membakar dolar yang sebenarnya.
Media lokal Teheran melaporkan bahwa demonstrasi serupa diadakan di seluruh wilayah . Kerumunan demonstran ini termasuk kelompok mahasiswa, ulama dan pendukung konservatif dan garis keras dari Republik Islam.
Meskipun sebelumnya masyarakat pernah mengalami sanksi, beberapa warga memilih untuk mengurangi dampak untuk sanksi terbaru ini.
"Mengenai sanksi minyak, kami pernah mengalaminya pada periode sebelumnya dan kami juga bisa melaluinya," kata seorang warga bernama Moaref yang dilansir oleh Russia Today (5/11).
Namun, warga lainnya bernama Tahereh mengatakan bahwa sanksi pasti akan mempengaruhi stabilitas sosial. Bahkan sanksi pasti mempengaruhi persepsi dan menciptakan masalah dalam perekonomian.
Ketegangan kedua negara mencapai titik tertinggi pada Mei, setelah Trump keluar dari kesepakatan nuklir 2015.
Bahkan sekutu utama AS, termasuk Prancis dan Jerman, gagal untuk bernegosiasi dengan Trump agar tidak keluar dari perjanjian itu.
Selama enam bulan keluar dari perjanjian, Trump menerapkan kembali sebagian besar sanksi terhadap yang telah ditangguhkan selama perjanjian itu. Sanksi terbaru dijadwalkan mulai berlaku pada 5 November.
Pada Sabtu (3/11), Pemimpin Tertinggi , Ayatollah Ali menentang sanksi terbaru. Ia mengecam Trump karena telah "memalukan" demokrasi liberal AS.
#russia today