Perwakilan Bela Tauhid II Diterima Kemenko Polhukam
D'On, JAKARTA,- Perwakilan Aksi Bela Tauhid II yang berjumlah 10 orang diterima Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (2/11/2018) siang.
Dari 10 perwakilan itu adalah Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif, Ustadz Asep Syarifudin, Habib Hanif Alatas, Ustadzah Nurdiati Akma, Kiai Raud Bahar, Ustadz Awit Masyuri, Ustadz Maman S, Ustadz Al Khaththath, Egi Sujana, dan Kiai Nasir Zein.
Selain dari Kemenko Polhukam dan perwakilan massa pertemuan ini juga dihadiri Wakapolri Komjen Pol Ari Dono, serta perwakilan dari Kantor Staf Presiden (KSP) juga ikut menemui perwakilan massa aksi itu.
Sebelumnya ribuan massa dari berbagai daerah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, hingga Cirebon, dan Garut tiba di Jakarta mengikuti aksi Bela Tauhid 211 yang mulanya direncanakan digelar di depan Istana.
Dituturkan Irwan Syaifulloh, salah seorang orator yang mengaku dari elemen gerakan 212 menjelaskan, tuntutan mereka agar pemerintah mengakui bahwa bendera bertuliskan kalimat Tauhid yang dibakar beberapa waktu lalu, bukanlah bendera kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Dalam aksi ini, massa meminta dan menuntut pemerintah agar berlaku adil dan menindak pelaku dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. (nov)
Dari 10 perwakilan itu adalah Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif, Ustadz Asep Syarifudin, Habib Hanif Alatas, Ustadzah Nurdiati Akma, Kiai Raud Bahar, Ustadz Awit Masyuri, Ustadz Maman S, Ustadz Al Khaththath, Egi Sujana, dan Kiai Nasir Zein.
Selain dari Kemenko Polhukam dan perwakilan massa pertemuan ini juga dihadiri Wakapolri Komjen Pol Ari Dono, serta perwakilan dari Kantor Staf Presiden (KSP) juga ikut menemui perwakilan massa aksi itu.
Sebelumnya ribuan massa dari berbagai daerah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, hingga Cirebon, dan Garut tiba di Jakarta mengikuti aksi Bela Tauhid 211 yang mulanya direncanakan digelar di depan Istana.
Dituturkan Irwan Syaifulloh, salah seorang orator yang mengaku dari elemen gerakan 212 menjelaskan, tuntutan mereka agar pemerintah mengakui bahwa bendera bertuliskan kalimat Tauhid yang dibakar beberapa waktu lalu, bukanlah bendera kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Dalam aksi ini, massa meminta dan menuntut pemerintah agar berlaku adil dan menindak pelaku dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. (nov)