Hujan Secukupnya
Oleh:
Duski Samad
Ketua MUI Kota Padang
Judul hujan cukup itu dimaksudkan menyatakan bahwa begitu pentingnya hujan yang cukup bagi kehidupan manusia, hewan dan alam semesta.
Hujan disebut Alqur'an dalam 13 ayat. Di antaranya, artinya: "Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur)."(QS. Yusuf 12:49).
"Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji."(QS. Asy-Syura 42: 28).
"Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal."
(QS.Luqman 31: 34).
"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu."(QS. Al-Hadid 57: 20).
"maka aku berkata (kepada mereka), Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun,"(QS. Nuh 71: 10). "niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,"
(QS. Nuh 71: 11)
Disamping ayat di atas ada beberapa ayat lagi tentang nikmat dan manfaat hujan bagi manusia dan kehidupan. Hujan yang multi guna dan menjadi pangkal bagi kebaikan hidup adalah kuasa dan kewenangan Allah.
Ketika hari-hari terakhir ini hujan jarang turun atau datangnya musim kemarau, ditambah lagi bencana asap yang berasal dari kebakaran atau pembakaran hutan dan lahan, maka benar-benar terasa hebat, berharga dan mahalnya nikmat hujan. Hujan bagi negara tropis ini sebenarnya jarang sekali yang menyusahkan manusia dan alam lingkungannya. Justru hujan di negeri Indonesia adalah rahmat sepanjang masa.
Hujan disebut berkaitan dengan kebutuhan nyata dan primer. Pada surat Yusuf (12):49 hujan yang cukup muncul ketika menjelaskan situasi yang subur dan panen menjadi. Ta'bir mimpi Raja Mesir diberikan solusi oleh Nabi Yusuf. Surat ke 42 Asy Sura ayat ke 28 menyebutkan bahwa turunnya hujan yang cukup adalah awal suburnya tumbuhan.
HUJAN TERTAHAN
Hujan tertahan turun yang berakibat datangnya musim kemarau bukanlah semata faktor alamiah belaka. Dalam surat Nuh (71) mulai ayat sampai ayat 9 disebutkan sebab yang menjadi pemicu hujan tidak turun. Di antaranya;
DAKWAH DIABAIKAN
Umat Nabi Nuh AS adalah kaum yang tinggi keingkaran nya pada Allah. Umat Nuh as bukan saja menolak dan membully nabinya, tetapi juga melecehkan dakwah. Hampir 10 abad, umur Nabi Nuh 950 tahun, ia berdakwah hanya puluhan orang saja menerima risalah Nuh.
Anak perempuan dan isterinya sendiri menjauhi dakwah Nuh. Umat Nuh di azab dengan tsunami dahsyat. Artinya; "tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran)."(QS. Nuh 71: 6).
Umat Nuh adalah masyarakat yang sudah kehilangan akal sehat, mereka justru firara, lari dan menghindar dari seruan kebenaran. Kebenaran yang sesuai dengan nurani, fitrah dan akal cerdas lalu diabaikan dipastikan akan membawa malapetaka alamiah, di antaranya hujan tertahan alias tidak turun.
MENUTUP TELINGA
Tertahannya hujan punya hubung kait dengan sikap umat dan pemimpin yang menutup telinga dan memalingkan wajah dari kebenaran. Tertutupnya telinga artinya tidak mau mendengar dan sengaja menjauhi kebenaran dengan memalingkan wajah adalah penanda anti kebenaran umat dan pemimpin sudah dipuncaknya.
Mereka yang menutup telinga dari kebenaran adalah kaum munafiq dan penjahat level tinggi. Artinya:"Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri."(QS. Nuh 71: 7).
Kaum munafiq yang tidak mau menerima kebenaran dikarenakan wataknya yang bermuka seribu. Alqur'an membuat ilustrasi prilaku munafiq. "Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir."(QS. Al-Baqarah 2: 19).
AROGANSI KELEWAT BATAS.
Hujan juga sulit turun ketika manusia sampai pada tingkat kesombong yang melebihi watak kenormalan. Sombong adalah prilaku Iblis yang merusak tatanan, termasuk keseimbangan alam.
Konklusi yang hendak ditegaskan adalah bahwa hujan sebagai simbol utama nikmat menjadi tertahan berkorelasi dengan prilaku manusia. Tingkat kebobrokan moral dan kemiskinan jiwa kebaikan berakibat buruk bagi alam semesta. Semoga hujan turun secukupnya yang tertentu diawali dengan kesadaran kolektif untuk bertaubat, taubatan nashuha. ***
Duski Samad
Ketua MUI Kota Padang
Judul hujan cukup itu dimaksudkan menyatakan bahwa begitu pentingnya hujan yang cukup bagi kehidupan manusia, hewan dan alam semesta.
Hujan disebut Alqur'an dalam 13 ayat. Di antaranya, artinya: "Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur)."(QS. Yusuf 12:49).
"Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji."(QS. Asy-Syura 42: 28).
"Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal."
(QS.Luqman 31: 34).
"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu."(QS. Al-Hadid 57: 20).
"maka aku berkata (kepada mereka), Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun,"(QS. Nuh 71: 10). "niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,"
(QS. Nuh 71: 11)
Disamping ayat di atas ada beberapa ayat lagi tentang nikmat dan manfaat hujan bagi manusia dan kehidupan. Hujan yang multi guna dan menjadi pangkal bagi kebaikan hidup adalah kuasa dan kewenangan Allah.
Ketika hari-hari terakhir ini hujan jarang turun atau datangnya musim kemarau, ditambah lagi bencana asap yang berasal dari kebakaran atau pembakaran hutan dan lahan, maka benar-benar terasa hebat, berharga dan mahalnya nikmat hujan. Hujan bagi negara tropis ini sebenarnya jarang sekali yang menyusahkan manusia dan alam lingkungannya. Justru hujan di negeri Indonesia adalah rahmat sepanjang masa.
Hujan disebut berkaitan dengan kebutuhan nyata dan primer. Pada surat Yusuf (12):49 hujan yang cukup muncul ketika menjelaskan situasi yang subur dan panen menjadi. Ta'bir mimpi Raja Mesir diberikan solusi oleh Nabi Yusuf. Surat ke 42 Asy Sura ayat ke 28 menyebutkan bahwa turunnya hujan yang cukup adalah awal suburnya tumbuhan.
HUJAN TERTAHAN
Hujan tertahan turun yang berakibat datangnya musim kemarau bukanlah semata faktor alamiah belaka. Dalam surat Nuh (71) mulai ayat sampai ayat 9 disebutkan sebab yang menjadi pemicu hujan tidak turun. Di antaranya;
DAKWAH DIABAIKAN
Umat Nabi Nuh AS adalah kaum yang tinggi keingkaran nya pada Allah. Umat Nuh as bukan saja menolak dan membully nabinya, tetapi juga melecehkan dakwah. Hampir 10 abad, umur Nabi Nuh 950 tahun, ia berdakwah hanya puluhan orang saja menerima risalah Nuh.
Anak perempuan dan isterinya sendiri menjauhi dakwah Nuh. Umat Nuh di azab dengan tsunami dahsyat. Artinya; "tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran)."(QS. Nuh 71: 6).
Umat Nuh adalah masyarakat yang sudah kehilangan akal sehat, mereka justru firara, lari dan menghindar dari seruan kebenaran. Kebenaran yang sesuai dengan nurani, fitrah dan akal cerdas lalu diabaikan dipastikan akan membawa malapetaka alamiah, di antaranya hujan tertahan alias tidak turun.
MENUTUP TELINGA
Tertahannya hujan punya hubung kait dengan sikap umat dan pemimpin yang menutup telinga dan memalingkan wajah dari kebenaran. Tertutupnya telinga artinya tidak mau mendengar dan sengaja menjauhi kebenaran dengan memalingkan wajah adalah penanda anti kebenaran umat dan pemimpin sudah dipuncaknya.
Mereka yang menutup telinga dari kebenaran adalah kaum munafiq dan penjahat level tinggi. Artinya:"Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri."(QS. Nuh 71: 7).
Kaum munafiq yang tidak mau menerima kebenaran dikarenakan wataknya yang bermuka seribu. Alqur'an membuat ilustrasi prilaku munafiq. "Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir."(QS. Al-Baqarah 2: 19).
AROGANSI KELEWAT BATAS.
Hujan juga sulit turun ketika manusia sampai pada tingkat kesombong yang melebihi watak kenormalan. Sombong adalah prilaku Iblis yang merusak tatanan, termasuk keseimbangan alam.
Konklusi yang hendak ditegaskan adalah bahwa hujan sebagai simbol utama nikmat menjadi tertahan berkorelasi dengan prilaku manusia. Tingkat kebobrokan moral dan kemiskinan jiwa kebaikan berakibat buruk bagi alam semesta. Semoga hujan turun secukupnya yang tertentu diawali dengan kesadaran kolektif untuk bertaubat, taubatan nashuha. ***