Rabaa Kir Tradisi Ritual Tolak Bala Yang Masih Terjaga Hingga Saat Ini
D'On, Padang,- Di Pantai Air Manis pada Rabu (23/10), kemarin ada yang menarik dan menjadi perhatian para pengunjung, yaitu sebuah keramaian, dihari biasa tak pernah terjadi, kali ini sebuah helatan yang luar biasa yaitu digelar acara Doa Tolak Bala atau lebih dikenal dengan sebutan Rabaa kir. Kegiatan keagamaan ini dilangsungkan pada bulan Safaar tepatnya pada rabu terakhir.
Ritual keagamaan ini sudah berlangsung sejak dahulunya dan tradisi itu masih terjaga sampai saat ini. Kegiatan keagamaan ini melibatkan dua Kelurahan yaitu Kelurahan Bukit Gado-gado dan Kelurahan Air Manis.
Selain tradisi, kegiatan ini dipercaya masyarakat setempat sebagai ritual tolak bala (tolak bencana-red) yang mana masyarakat setempat meminta kepada Allah agar daerahnya maupun dirinya terhindar dari segala bencana dan murka Allah.
Kegiatan ini berlangsung sengat khidmat, rombongan beriringan berjalan kaki dari Masjid Jabaldiin, masjid tertua dibukit gado- gado dengan melafazkan Asmaul husna sampai Pantai Air Manis.
Selain masyarakat, tokoh adat setempat nampak hadir juga Wakil Walikota Padang Hendri Septa bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Arfian dan Camat Padang Selatan Fuji Astomi serta beberapa pejabat lainnya. Terlihat juga di barisan kaum hawa anggota DPRD Irawati Meuraksa serta para bundo kanduang.
Rupanya, masyarakat Kelurahan Air Manis, Kecamatan Padang Selatan Kota Padang Sumatera Barat, tengah memohon kepada Sang Pencipta agar daerah itu dijauhi dari bala bencana dan mara bahaya. Permohonan itu disampaikan melalui doa bersama setelah menunaikan shalat Asyar berjamaah di masjid tertua di daerah itu.
Keramaian yang diikuti hampir seluruh warga sekampung itu juga menarik bagi pengunjung. Menarik, karena rombongan warga itu menumpang puluhan becak menuju ke arah pantai dan sambil melantunkan asma Allah.
Setiba dipantai, pimpinan rombongan mengambil tempat yang sudah disediakan, yaitu bentangan tikar untuk duduk bersama. Kemudian Asma Allah kembali terdengar, sementara warga yang lain berebut mengambil air dari sebuah sampan. Konon air itu adalah semacam ramuan atau “purasan” untuk dipercikkan kepada setiap warga.
Menurut Wakil Walikota Hendri Septa, ini sebuah kebiasaan atau tradisi di kalangan masyarakat Pantai Air Manis yang sudah turun temurun dilaksanakan. Akan tetapi acara intinya adalah permohonan masyarakat kepada Sang Pencipta, Allah SWT setelah didahului shalat fardhu (Asyar) di masjid tertua dibukit Air Manis.
“Tradisi ini bisa kita kemas menjadi sesuatu yang menarik bagi wisatawan. Substansinya tentu tidak dinafikan, yaitu bermohon kepada Allah dan tidak dicampuradukkan,” ujar Hendri Septa.
Wawako memerintahkan langsung Kepala Disparbud untuk merancang program dengan memasukkan tradisi rang Bukit Air Manis tersebut sebagai agenda pariwisata, ujar Hendri Septa.
“Diharapkan tahun depan didukung anggaran dan dihelat lebih menarik lagi, sehingga warga Bukit Air Manis semakin lebih dekat dengan Sang Pencipta dengan digelar helat tolak bala” harapnya Wawako.
Sementara itu, menurut tokoh masyarakat setempat, permohonan kepada Allah secara bersama-sama dipimpin pemuka agama Islam lazim disebut sebagai tolak bala.
“Ini semacam permohonan doa masyarakat agar terhindar dari bencana dan mara bahaya. Secara tradisi sudah dilaksanakan oleh para pendahulu,” kata Rosman yang merupakan tokoh di Air Manis.
Alek tolak bala itu diakhiri makan bersama.
(mond)
Ritual keagamaan ini sudah berlangsung sejak dahulunya dan tradisi itu masih terjaga sampai saat ini. Kegiatan keagamaan ini melibatkan dua Kelurahan yaitu Kelurahan Bukit Gado-gado dan Kelurahan Air Manis.
Selain tradisi, kegiatan ini dipercaya masyarakat setempat sebagai ritual tolak bala (tolak bencana-red) yang mana masyarakat setempat meminta kepada Allah agar daerahnya maupun dirinya terhindar dari segala bencana dan murka Allah.
Kegiatan ini berlangsung sengat khidmat, rombongan beriringan berjalan kaki dari Masjid Jabaldiin, masjid tertua dibukit gado- gado dengan melafazkan Asmaul husna sampai Pantai Air Manis.
Selain masyarakat, tokoh adat setempat nampak hadir juga Wakil Walikota Padang Hendri Septa bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Arfian dan Camat Padang Selatan Fuji Astomi serta beberapa pejabat lainnya. Terlihat juga di barisan kaum hawa anggota DPRD Irawati Meuraksa serta para bundo kanduang.
Rupanya, masyarakat Kelurahan Air Manis, Kecamatan Padang Selatan Kota Padang Sumatera Barat, tengah memohon kepada Sang Pencipta agar daerah itu dijauhi dari bala bencana dan mara bahaya. Permohonan itu disampaikan melalui doa bersama setelah menunaikan shalat Asyar berjamaah di masjid tertua di daerah itu.
Keramaian yang diikuti hampir seluruh warga sekampung itu juga menarik bagi pengunjung. Menarik, karena rombongan warga itu menumpang puluhan becak menuju ke arah pantai dan sambil melantunkan asma Allah.
Setiba dipantai, pimpinan rombongan mengambil tempat yang sudah disediakan, yaitu bentangan tikar untuk duduk bersama. Kemudian Asma Allah kembali terdengar, sementara warga yang lain berebut mengambil air dari sebuah sampan. Konon air itu adalah semacam ramuan atau “purasan” untuk dipercikkan kepada setiap warga.
Menurut Wakil Walikota Hendri Septa, ini sebuah kebiasaan atau tradisi di kalangan masyarakat Pantai Air Manis yang sudah turun temurun dilaksanakan. Akan tetapi acara intinya adalah permohonan masyarakat kepada Sang Pencipta, Allah SWT setelah didahului shalat fardhu (Asyar) di masjid tertua dibukit Air Manis.
“Tradisi ini bisa kita kemas menjadi sesuatu yang menarik bagi wisatawan. Substansinya tentu tidak dinafikan, yaitu bermohon kepada Allah dan tidak dicampuradukkan,” ujar Hendri Septa.
Wawako memerintahkan langsung Kepala Disparbud untuk merancang program dengan memasukkan tradisi rang Bukit Air Manis tersebut sebagai agenda pariwisata, ujar Hendri Septa.
“Diharapkan tahun depan didukung anggaran dan dihelat lebih menarik lagi, sehingga warga Bukit Air Manis semakin lebih dekat dengan Sang Pencipta dengan digelar helat tolak bala” harapnya Wawako.
Sementara itu, menurut tokoh masyarakat setempat, permohonan kepada Allah secara bersama-sama dipimpin pemuka agama Islam lazim disebut sebagai tolak bala.
“Ini semacam permohonan doa masyarakat agar terhindar dari bencana dan mara bahaya. Secara tradisi sudah dilaksanakan oleh para pendahulu,” kata Rosman yang merupakan tokoh di Air Manis.
Alek tolak bala itu diakhiri makan bersama.
(mond)