Malaysia Buka Kembali Kasus Pembunuhan Model Altantuya, Nama Nazib Razak Kembali Terseret
D'On, Kuala Lumpur (Malaysia),- Kejaksaan Malaysia mempertimbangkan akan membuka kembali kasus pembunuhan terhadap model Mongolia, Altantuya Shaariibuu. Kasus ini menyeret mantan Perdana Menteri Najib Razak yang sedang dihadapkan dengan sidang dugaan megakorupsi 1MDB.
Dua mantan polisi yang mengawal Najib telah dijatuhi hukuman mati terkait kasus pembunuhan yang terjadi pada 2006 itu.
Baru-baru ini salah satu polisi, Azilah Hadri, membuat pernyataan bahwa dia diperintah Najib untuk membunuh Altantuya. Azilah mengeluarkan surat pernyataan resmi (SD) setebal 17 halaman yang mengklaim telah membunuh Altantuya atas perintah Najib, saat itu menjabat wakil perdana menteri.
Surat pernyataan itu diajukan oleh pengacaranya, J Kuldeep Kumar, pada 17 Oktober 2019, sebagai permohonan peninjauan kembali ke Pengadilan Federal terkait hukuman mati yang diterimanya.
Kemudian pada Jumat pekan lalu, Najib menyampaikan sumpah di masjid usai Salat Jumat bahwa dia tak memerintahkan pembunuhan sebagaimana disampaikan Azilah.
"Semua orang tahu bahwa tidak masuk akal jika mereka berdua benar-benar bersalah. Jadi kami tahu bahwa cerita ini belum lengkap," kata Jaksa Agung Tan Sri Tommy Thomas, dalam wawancara dengan Bloomberg, seperti dilaporkan kembali The Star, Selasa (24/12/2019).
Lebih lanjut Thomas mengatakan, perkembangan yang terjadi belakangan ini, termasuk pengakuan Azilah serta pernyataan bantahan dari Najib membuka peluang dibukanya kembali kasus ini.
"Ini lebih bagi polisi untuk menyelidiki dan kami akan memeriksanya," katanya.
Rencana kejaksaan ini tentu saja membuat lega ayah Altantuya, Shaariibuu Setev, yang menghabiskan lebih dari 10 tahun untuk mencari keadilan atas kematian putrinya.
Sebelumnya Shaariibuu mengungkapkan tidak ingin kedua polisi yang telah divonis mati, dieksekusi. Selain Azilah ada satu polisi lagi yang kini melarikan diri ke Australia untuk menghindari hukuman.
"Mengeksekusi para polisi itu merupakan cara untuk menghilangkan bukti," katanya, pada Oktober lalu.
Altantuya merupakan ahli bahasa yang bisa berbicara dalam bahasa Rusia dan China. Para saksi dalam sidang pada 2007 mengatakan, Altantuya bekerja sebagai penerjemah dan mengetahui rahasia pembelian kapal selam kelas Scorpene oleh pemerintah, yang sekarang menjadi subjek penyelidikan Komisi Antikorupsi Malaysia dan otoritas Prancis.
Altantuya dibunuh setelah dibawa ke tempat terpencil di hutan oleh dua polisi tersebut. Laporan polisi menunjukkan, dia ditembak mati dan kemudian mayatnya diledakkan menggunakan C-4 untuk menghilangkan jejak.
Source: Inews