Kisah Anak Tukang Jagung Bakar Sukses Jadi Pilot Wanita Pertama di TNI AD
D'On, Jakarta,- Letda CPN (K) Puspita Ladiba, wanita asal Medan yang menjadi penerbang wanita pertama di TNI AD. Kini, ia menjabat sebagai Co Pilot TNI AD. Di video channel Youtube resmi TNI AD, Jumat (9/1), Letnan Ladiba menceritakan kisahnya.
Perjalanannya menjadi pilot wanita pertama bukanlah hal yang mudah diraih begitu saja. Ladiba menceritakan bagaimana ia menjalani masa sekolahnya yang penuh kesederhanaan.
Alumni taruni angkatan pertama ini berasal dari keluarga sederhana. Dan, menjadi anggota Paskibraka menjadi titik balik kehidupannya saat itu. Berikut cerita lengkap Letnan Ladiba, pilot wanita pertama TNI AD yang berhasil kami rangkum.
Pernah Jadi Anggota Paskibraka
Dalam tiga video tentang dirinya, Ladiba menceritakan bagaimana awalnya ia diberi kesempatan untuk masuk akmil. Semua berawal ketika ia lolos menjadi anggota Paskibraka Kota Medan.
Karena kegigihannya, Ladiba muda berhasil mewakili Sumatra Utara untuk menjadi Paskibraka tingkat nasional di Istana Negara. Ladiba mengungkap bagaimana bangganya ia saat itu.
“Di TV itu, inilah putra putri terbaik bangsa, langsung dari itu saja udah senang banget mendengarnya,” ungkap Diba, panggilan akrab Letda Puspita Diba.
Ayah Berprofesi Sopir, Ibu Jual Jagung Bakar
Ketika masuk Akademi Militer (Akmil), latar belakang taruna-taruni dipertanyakan. Ladiba tak pernah malu dengan pekerjaan orang tuanya, sang ayah bekerja sebagai sopir dan ibunya berjualan jagung bakar.
Saat mengungkapkan pekerjaan orang tuanya, banyak yang meragukan. Bahkan, ada yang menyebut Diba berbohong.
“Ayah saya sopir, ibu saya jual jagung. Bohong kamu, mana bisa anak sopir (masuk taruni),” ungkap Diba. Walau hidup dalam kesederhanaan, orang tua Diba selalu berusaha memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya.
“Saya waktu itu cuma sopir rental, gak ada pekerjaan tetap. Istri saya jualan di pinggir jalan. Tapi kami selalu berusaha memenuhi kebutuhan sekolah anak,” cerita ayah Ladiba, Herry Naldi Febri sambil menahan tangis.
Saking Susahnya Sampai Tak Punya HP
Masa sekolah Diba dilalui dengan penuh kesederhanaan. Saat SMA, di mana teman-teman sebayanya sudah memiliki handphone, Diba tidak pernah meminta orang tua untuk membelikan ponsel.
“Saya menyadari dengan keterbatasan kemampuan orang tua. Untuk handphone, Diba gak berani minta orang tua. Teman-teman sudah punya handphone, Diba belum punya sendiri di kelas,” cerita Diba.
Kesederhanaan Diba membawa pada nasib baik. Setelah menjalankan tugasnya sebagai Paskibraka, Diba mendapat uang saku dari sponsor. Uang saku tersebut dipergunakan Diba untuk membeli teknologi dan sebagian diberikan kepada orang tua.
“Setelah dapat itu, baru saya pakai untuk beli teknologi. Notebook dan handphone, sebagian dikasih ke orang tua,” jelas Diba
Lolos Masuk Akmil
Pengalaman di Paskibraka membuka lebar kesempatan Diba untuk masuk ke Akmil. Ia menceritakan bagaimana bisa masuk ke Akmil angkatan taruni pertama.
“Awalnya untuk taruni memang tidak ada, itu usulan dari almarhumah ibu Ani Yudhoyono… Kita direkrut dari anggota paskibraka nasional dan sekolah unggulan,” cerita Diba.
Diba yang direkrut karena prestasinya menjadi Paskibraka, awalnya tidak menyangka bisa lolos dan lulus Akmil. Serangkaian proses perekrutan sudah dilalui Diba, dan akhirnya bisa lulus cumlaude tahun 2017 lalu.
Jadi Pilot Perempuan Pertama di TNI AD
Setelah lulus dari Akmil, Diba direkrut untuk menjadi penerbang di TNI AD. Wanita asal Medan ini mengaku awalnya tidak tahu ada korps penerbang di TNI AD.
“Awalnya saya tidak tahu ada korps penerbang angkatan darat, jadi para penerbang angkatan darat dan diberi kesempatan untuk jadi pilot wanita pertama,” ungkap Diba.
Menjadi penerbang wanita pertama di angkatan darat adalah kebanggaan tersendiri bagi Diba, terlebih sosok wanita di korps penerbang AD belum pernah ada. Walau begitu, kemampuan Diba menjadi bukti, dan kini ada pilot wanita lain yang bergabung di korps penerbang AD.
Sempat Diragukan Asal Usulnya
Saat diwawancarai Tim Humas TNI AD, Diba menceritakan bagaimana dulu orang-orang di Akmil meragukan asal-usulnya. Tidak hanya teman seangkatan dan pelatihnya saja, tapi juga petugas kebersihan di Akmil meragukannya.
“Banyak yang gak percaya, sampai yang tukang bersih-bersih di Akmil saat saya beritahu tidak percaya. Saya pernah mengobrol dengan petugas kebersihan di Akmil, dan beberapa OB di Akmil,” ungkap Diba.
Walau diragukan, Diba tidak pernah merasa minder dengan latar belakang orang tuanya. Diba mengaku berusaha untuk tidak mempermasalahkan pendapat orang lain.
“Kalau orang lain bilang begitu, ya sudah, inikah hidup saya, ya terserah,” imbuh kopilot TNI AD ini.
Masih Suka Membantu Orang Tua
Sudah hampir dua tahun Diba ditempatkan di korps penerbang TNI AD. Tugasnya pun juga tak bisa dianggap remeh, karena ialah yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan segala hal sebelum terbang, dari mengecek mesin hingga briefing ke rekan satu tim.
Bekerja keras di pekerjaan memang menjadi hal utama. Bagi Diba, rumah tetap menjadi yang terpenting. Saat liburan atau ada kesempatan cuti, Diba lebih memilih untuk pulang ke Medan dan membantu kedua orang tuanya.
“Lebaran kemarin ibu saya masih jualan jagung, pas libur saya bantuin, ngangkat jagung. Daripada cuti untuk liburan ke mana-mana, saya lebih memilih pulang. Selama kedua orang tua masih hidup, saya lebih baik pulang,” lanjut Diba.
Sumber: merdeka.com
Perjalanannya menjadi pilot wanita pertama bukanlah hal yang mudah diraih begitu saja. Ladiba menceritakan bagaimana ia menjalani masa sekolahnya yang penuh kesederhanaan.
Alumni taruni angkatan pertama ini berasal dari keluarga sederhana. Dan, menjadi anggota Paskibraka menjadi titik balik kehidupannya saat itu. Berikut cerita lengkap Letnan Ladiba, pilot wanita pertama TNI AD yang berhasil kami rangkum.
Pernah Jadi Anggota Paskibraka
Dalam tiga video tentang dirinya, Ladiba menceritakan bagaimana awalnya ia diberi kesempatan untuk masuk akmil. Semua berawal ketika ia lolos menjadi anggota Paskibraka Kota Medan.
Karena kegigihannya, Ladiba muda berhasil mewakili Sumatra Utara untuk menjadi Paskibraka tingkat nasional di Istana Negara. Ladiba mengungkap bagaimana bangganya ia saat itu.
“Di TV itu, inilah putra putri terbaik bangsa, langsung dari itu saja udah senang banget mendengarnya,” ungkap Diba, panggilan akrab Letda Puspita Diba.
Ayah Berprofesi Sopir, Ibu Jual Jagung Bakar
Ketika masuk Akademi Militer (Akmil), latar belakang taruna-taruni dipertanyakan. Ladiba tak pernah malu dengan pekerjaan orang tuanya, sang ayah bekerja sebagai sopir dan ibunya berjualan jagung bakar.
Saat mengungkapkan pekerjaan orang tuanya, banyak yang meragukan. Bahkan, ada yang menyebut Diba berbohong.
“Ayah saya sopir, ibu saya jual jagung. Bohong kamu, mana bisa anak sopir (masuk taruni),” ungkap Diba. Walau hidup dalam kesederhanaan, orang tua Diba selalu berusaha memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya.
“Saya waktu itu cuma sopir rental, gak ada pekerjaan tetap. Istri saya jualan di pinggir jalan. Tapi kami selalu berusaha memenuhi kebutuhan sekolah anak,” cerita ayah Ladiba, Herry Naldi Febri sambil menahan tangis.
Saking Susahnya Sampai Tak Punya HP
Masa sekolah Diba dilalui dengan penuh kesederhanaan. Saat SMA, di mana teman-teman sebayanya sudah memiliki handphone, Diba tidak pernah meminta orang tua untuk membelikan ponsel.
“Saya menyadari dengan keterbatasan kemampuan orang tua. Untuk handphone, Diba gak berani minta orang tua. Teman-teman sudah punya handphone, Diba belum punya sendiri di kelas,” cerita Diba.
Kesederhanaan Diba membawa pada nasib baik. Setelah menjalankan tugasnya sebagai Paskibraka, Diba mendapat uang saku dari sponsor. Uang saku tersebut dipergunakan Diba untuk membeli teknologi dan sebagian diberikan kepada orang tua.
“Setelah dapat itu, baru saya pakai untuk beli teknologi. Notebook dan handphone, sebagian dikasih ke orang tua,” jelas Diba
Lolos Masuk Akmil
Pengalaman di Paskibraka membuka lebar kesempatan Diba untuk masuk ke Akmil. Ia menceritakan bagaimana bisa masuk ke Akmil angkatan taruni pertama.
“Awalnya untuk taruni memang tidak ada, itu usulan dari almarhumah ibu Ani Yudhoyono… Kita direkrut dari anggota paskibraka nasional dan sekolah unggulan,” cerita Diba.
Diba yang direkrut karena prestasinya menjadi Paskibraka, awalnya tidak menyangka bisa lolos dan lulus Akmil. Serangkaian proses perekrutan sudah dilalui Diba, dan akhirnya bisa lulus cumlaude tahun 2017 lalu.
Jadi Pilot Perempuan Pertama di TNI AD
Setelah lulus dari Akmil, Diba direkrut untuk menjadi penerbang di TNI AD. Wanita asal Medan ini mengaku awalnya tidak tahu ada korps penerbang di TNI AD.
“Awalnya saya tidak tahu ada korps penerbang angkatan darat, jadi para penerbang angkatan darat dan diberi kesempatan untuk jadi pilot wanita pertama,” ungkap Diba.
Menjadi penerbang wanita pertama di angkatan darat adalah kebanggaan tersendiri bagi Diba, terlebih sosok wanita di korps penerbang AD belum pernah ada. Walau begitu, kemampuan Diba menjadi bukti, dan kini ada pilot wanita lain yang bergabung di korps penerbang AD.
Sempat Diragukan Asal Usulnya
Saat diwawancarai Tim Humas TNI AD, Diba menceritakan bagaimana dulu orang-orang di Akmil meragukan asal-usulnya. Tidak hanya teman seangkatan dan pelatihnya saja, tapi juga petugas kebersihan di Akmil meragukannya.
“Banyak yang gak percaya, sampai yang tukang bersih-bersih di Akmil saat saya beritahu tidak percaya. Saya pernah mengobrol dengan petugas kebersihan di Akmil, dan beberapa OB di Akmil,” ungkap Diba.
Walau diragukan, Diba tidak pernah merasa minder dengan latar belakang orang tuanya. Diba mengaku berusaha untuk tidak mempermasalahkan pendapat orang lain.
“Kalau orang lain bilang begitu, ya sudah, inikah hidup saya, ya terserah,” imbuh kopilot TNI AD ini.
Masih Suka Membantu Orang Tua
Sudah hampir dua tahun Diba ditempatkan di korps penerbang TNI AD. Tugasnya pun juga tak bisa dianggap remeh, karena ialah yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan segala hal sebelum terbang, dari mengecek mesin hingga briefing ke rekan satu tim.
Bekerja keras di pekerjaan memang menjadi hal utama. Bagi Diba, rumah tetap menjadi yang terpenting. Saat liburan atau ada kesempatan cuti, Diba lebih memilih untuk pulang ke Medan dan membantu kedua orang tuanya.
“Lebaran kemarin ibu saya masih jualan jagung, pas libur saya bantuin, ngangkat jagung. Daripada cuti untuk liburan ke mana-mana, saya lebih memilih pulang. Selama kedua orang tua masih hidup, saya lebih baik pulang,” lanjut Diba.
Sumber: merdeka.com