Surah dan Doa yang Dibaca Saat Salat Witir
Dirgantaraonline.co.id,- Salat Witir merupakan salat yang dikerjakan dengan jumlah rakaat ganjil minimal satu rakaat dan maksimal sebelas rakaat.
Imam Nawawi dalam kitab Nihayatuz Zain berkata, "Batas minimal kesempurnaan Salat Witir adalah tiga rakaat. Yang lebih sempurna dari itu adalah lima rakaat, kemudian tujuh rakaat, kemudian sembilan rakaat. (Jumlah maksimal Salat Witir adalah sebelas rakaat). Inilah puncak keistimewaan Salat Witir."
Salat Witir paling sering dikerjakan ketika Bulan Ramadhan setelah salat tarawih dan sebagai penutup salat Malam Hari. Akan tetapi, Salat Witir juga Sunah dikerjakan setiap hari setelah salat isya.
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umar beliau berkata, "Sungguh ada salah seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah saw terkait tata cara salat malam.
Kemudian Rasulullah menjawab, dua rakaat-dua rakaat, jika sudah mendekati subuh maka ganjilkan dengan salat satu rakaat." (HR. Bukhari)
Kata "ganjilkan" di atas yang dalam bahasa Arab disebut autara inilah yang menjadi asal mula penamaan Salat Witir.
Terkait dengan jumlah rakaatnya, para ulama lebih menekankan untuk mengerjakan sebanyak tiga rakaat dengan cara dua rakaat salam kemudian ditambah satu rakaat.
Pada setiap rakaat, para ulama menganjurkan beberapa surah untuk dibaca. Untuk rakaat pertama setelah Surah Al-Fatihah disunahkan untuk membaca Surah Sabbihisma (Al-A'la).
Kemudian pada rakaat kedua membaca Surah Al-Kafirun dan pada rakaat ketiga atau rakaat ganjilnya dianjurkan untuk membaca Surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas secara berurutan.
Sementara setelah selesai salat, dianjurkan untuk memanjatkan doa karena waktu tersebut menjadi salah satu waktu yang mustajab.
Salah satu doa yang bisa dibaca adalah sebagai berikut:
Allahumma inni a’udzu biridhaaka min sakhatika wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh shi tsanaa an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik.
Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan ridha-Mu dari murka-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dengan ampunan-Mu dari hukuman siksa-Mu. Dan, aku berlindung kepada-Mu dari-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian atas-Mu sebagaimana pujian-Mu sendiri atas diri-Mu." (HR.Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Nasa’i, Ibnu Majah, dan Thabrani)
Wallahu a'lam.