Breaking News

Berani Keluar dari Uni Eropa, Inggris Harus Siap Menanggung Kerugian Ekonomi hingga Rp11 Triliun Tiap Minggu


D'On, Inggris,- Inggris Raya (UK) secara resmi meninggalkan Uni Eropa (EU) pada 1 Februari lalu pukul 23.00 waktu setempat atau 06.00 pagi WIB.

Kepergian Inggris Raya otomatis memutus integrasi ekonomi, politik, dan hukum yang telah dijalin sejak 1973.

Tiga tahun setelah referendum yang minta keluar dari EU, Inggris Raya tidak lagi menjadi bagian dari Uni Eropa.

Negeri yang dipimpin Ratu Elizabeth II tersebut menjadi negara pertama yang meninggalkan EU.

Keputusan keluarnya Inggris dari Uni Eropa alias Brexit memberikan pengaruh buruk terhadap perekonomian Inggris.
Tercatat kerugian ekonomi akibat Brexit mencapai 600 juta poundsterling setiap minggu atau setara sekira Rp 11,1 triliun.

Goldman Sachs melaporkan, kerugian ekonomi tersebut diderita Inggris setiap minggunya sejak referendum Brexit tahun 2016 silam.

Hal itu diungkapkan Goldman Sachs dalam laporannya yang dirilis awal pekan ini.
Dilansir dari Reuters, Selasa (2/4/2019), laporan tersebut menggambarkan bagaimana ketidakpastian akibat Brexit mengikis investasi.

Pun laporan itu menyatakan Brexit memangkas produk domestik bruto (PDB) Inggris hampir sebesar 2,5 persen pada akhir 2018 dibandingkan sebelum referendum pada pertengahan 2016.

"Dampak ketidakpastian terkait hubungan ekonomi dan politik dengan Uni Eropa telah memberikan dampak nyata bagi ekonomi Inggris, yang kemudian merambah ke negara-negara lainnya," tulis para ekonom Goldman Sachs dalam laporannya.

Goldman Sachs menyatakan pula bahwa ketidakpastian terkait Brexit menjadi penyebab utama kerugian aktivitas ekonomi yang terkonsentrasi pada investasi.

"Gejolak ketidakpastian memberatkan pertumbuhan investasi sesaat setelah voting Brexit, termasuk juga pada saat akhir-akhir ini akibat intensifikasi ketidakpastian Brexit," ujar mereka.

Skenario Brexit tanpa kesepakatan berarti, menurut Goldman Sachs, akan memberikan 15 persen kemungkinan PDB Inggris anjlok 5,5 persen.

Nilai tukar mata uang poundsterling pun diprediksi merosot 17 persen.

Negara-negara Uni Eropa akan terdampak paling besar terkait skenario ini. PDB riil Uni Eropa diprediksi Goldman Sachs akan terkikis sekira 1 persen.

Secara keseluruhan, dampak pelemahan pertumbuhan ekonomi Inggris akan sangat dirasakan oleh negara-negara yang memiliki eksposur ekspor terbesar dengan Inggris, seperti Jerman dan Perancis.

(IOC)