Kisah Neeraj Jadaun, Polisi India yang Rela Dilempari Batu Perusuh Demi Selamatkan Nyawa Warga
D'On, New Delhi (India),- Baru-baru ini, kerusuhan antar umat agama yang melanda New Delhi, India memang sukses menyedot perhatian publik internasional. Bagaimana tidak, karena kericuhan ini, 38 orang telah dinyatakan tewas, dan lebih dari 200 warga menderita luka-luka.
Namun, di balik kerusuhan berdarah ini, ada sebuah kisah heroik dari seorang polisi asal Uttar Pradesh, Neeraj Jadaun. Tengah dielu-elukan oleh publik sebagai 'pahlawan', Jadaun pun dinilai berjasa menyelamatkan nyawa banyak warga dari amukan para perusuh.
Dalam laporannya, BBC pada Jumat (28/2) bahkan menyebutkan bagaimana selama kerusuhan, Neeraj dengan berani menghadapi massa perusuh yang saat itu tengah bersiap membakar perumahan serta pertokoan penduduk.
Tidak hanya itu, Jadaun mengaku bahwa secara teknis, ia dilarang mencampuri urusan di bagian negara lain. Pada saat kejadian, Jadaun pun diketahui tengah berpatroli di pos pemeriksaan perbatasan antara Uttar Pradesh dan New Delhi.
Jadaun lantas bercerita bahwa saat berjaga pada Selasa (25/2) lalu, ia tiba-tiba mendengar suara tembakan dari Karawal Nagar, New Delhi. Mendengar tembakan tersebut, Jadaun pun sempat ragu lantaran daerah kerusuhan bukanlah wilayah yurisdiksinya.
Sepeti diketahui, di India, petugas kepolisian juga perlu izin untuk melintasi perbatasan negara bagian.
Berjarak hanya 200 meter dari posnya, Jadaun sempat menyaksikan pemandangan mencekam di mana gerombolan perusuh tengah membakar sejumlah kendaraan. Bahkan, Jadaun mengklaim bahwa gerombolan perusuh tadi setidaknya berjumlah 40-50 orang.
Ketika itu juga, salah satu dari gerombolan perusuh tersebut menuju ke sebuah rumah sembari membawa sebuah bom bensin.
Melihat ancaman berbahaya tersebut, Jadaun akhirnya menolak segala protokol dan akhirnya nekat menyeberang ke tanah New Delhi.
"Saya memilih untuk menyeberang. Saya rela pergi sendirian meski sadar akan bahaya dan fakta bahwa itu di luar yurisdiksi saya. Itu adalah 15 detik paling menakutkan dalam hidup saya. Syukurlah, tim mengikuti saya, dan senior saya juga mendukung ketika saya nanti memberi tahu mereka secara langsung," ujar Jadaun.
Bersama rekan-rekannya, Jadaun lantas mencoba untuk mengusir para perusuh dengan cara melakukan negosiasi. Namun, ajakan untuk berunding ditolak mentah-mentah oleh para perusuh. Jadaun dan timnya justru dilempari batu oleh para pembuat onar.
"Itu berbahaya karena kami kalah jumlah dan para perusuh bersenjata. Kami pertama kali mencoba untuk bernegosiasi dengan mereka dan ketika itu gagal, kami mengatakan kepada mereka bahwa polisi akan melepaskan tembakan. Mereka mundur tetapi beberapa detik kemudian, mereka melempari kami dengan batu dan kami juga mendengar suara tembakan," tambah Jadaun.
Meski menghadapi serangan batu, Jadaun dan rekan-rekannya terus mencoba bertahan di posisi mereka sampai akhirnya para perusuh kabur.
Menyaksikan kejadian ini, seorang reporter media setempat, Richi Kumar, langsung menggambarkan keputusan Jadaun sebagai 'tindakan paling berani' yang pernah dilihatnya.
"Situasinya sangat berbahaya. Para perusuh bersenjata lengkap dan mereka tidak siap untuk mendengarkan siapa pun. Saya dapat menggambarkan bahwa (saat itu) mereka haus darah. Mereka melempari polisi dengan batu tetapi Pak Jadaun tidak mundur. Ada bahaya nyata polisi bisa ditembak oleh perusuh," ucap Kumar.
Senada dengan Kumar, Jadaun juga menjelaskan bahwa para perusuh yang ia lihat memang tampak bersiap untuk melakukan aksi pembakaran.
"Daerah itu memiliki banyak toko dengan stok bambu. Api akan menelan seluruh area dan jika itu dibiarkan terjadi, jumlah kematian di Delhi akan jauh lebih tinggi," lanjut Jadaun.
Namun, terlepas dari aksi beraninya, Jadaun rupanya menolak disebut sebagai pahlawan. Dalam pernyataannya, Jadaun pun menganggap bahwa saat itu, ia hanya melakukan tugasnya, yaitu menyelamatkan nyawa warga India.
"Saya bukan pahlawan. Saya telah bersumpah untuk melindungi orang India dalam bahaya. Saya hanya melakukan tugas saya karena saya tidak mau membiarkan orang mati di bawah pengawasan saya. Kami berada dalam posisi untuk campur tangan dan kami melakukan itu, " ujar Jadaun.
Source: Akurat
Namun, di balik kerusuhan berdarah ini, ada sebuah kisah heroik dari seorang polisi asal Uttar Pradesh, Neeraj Jadaun. Tengah dielu-elukan oleh publik sebagai 'pahlawan', Jadaun pun dinilai berjasa menyelamatkan nyawa banyak warga dari amukan para perusuh.
Dalam laporannya, BBC pada Jumat (28/2) bahkan menyebutkan bagaimana selama kerusuhan, Neeraj dengan berani menghadapi massa perusuh yang saat itu tengah bersiap membakar perumahan serta pertokoan penduduk.
Tidak hanya itu, Jadaun mengaku bahwa secara teknis, ia dilarang mencampuri urusan di bagian negara lain. Pada saat kejadian, Jadaun pun diketahui tengah berpatroli di pos pemeriksaan perbatasan antara Uttar Pradesh dan New Delhi.
Jadaun lantas bercerita bahwa saat berjaga pada Selasa (25/2) lalu, ia tiba-tiba mendengar suara tembakan dari Karawal Nagar, New Delhi. Mendengar tembakan tersebut, Jadaun pun sempat ragu lantaran daerah kerusuhan bukanlah wilayah yurisdiksinya.
Sepeti diketahui, di India, petugas kepolisian juga perlu izin untuk melintasi perbatasan negara bagian.
Berjarak hanya 200 meter dari posnya, Jadaun sempat menyaksikan pemandangan mencekam di mana gerombolan perusuh tengah membakar sejumlah kendaraan. Bahkan, Jadaun mengklaim bahwa gerombolan perusuh tadi setidaknya berjumlah 40-50 orang.
Ketika itu juga, salah satu dari gerombolan perusuh tersebut menuju ke sebuah rumah sembari membawa sebuah bom bensin.
Melihat ancaman berbahaya tersebut, Jadaun akhirnya menolak segala protokol dan akhirnya nekat menyeberang ke tanah New Delhi.
"Saya memilih untuk menyeberang. Saya rela pergi sendirian meski sadar akan bahaya dan fakta bahwa itu di luar yurisdiksi saya. Itu adalah 15 detik paling menakutkan dalam hidup saya. Syukurlah, tim mengikuti saya, dan senior saya juga mendukung ketika saya nanti memberi tahu mereka secara langsung," ujar Jadaun.
Bersama rekan-rekannya, Jadaun lantas mencoba untuk mengusir para perusuh dengan cara melakukan negosiasi. Namun, ajakan untuk berunding ditolak mentah-mentah oleh para perusuh. Jadaun dan timnya justru dilempari batu oleh para pembuat onar.
"Itu berbahaya karena kami kalah jumlah dan para perusuh bersenjata. Kami pertama kali mencoba untuk bernegosiasi dengan mereka dan ketika itu gagal, kami mengatakan kepada mereka bahwa polisi akan melepaskan tembakan. Mereka mundur tetapi beberapa detik kemudian, mereka melempari kami dengan batu dan kami juga mendengar suara tembakan," tambah Jadaun.
Meski menghadapi serangan batu, Jadaun dan rekan-rekannya terus mencoba bertahan di posisi mereka sampai akhirnya para perusuh kabur.
Menyaksikan kejadian ini, seorang reporter media setempat, Richi Kumar, langsung menggambarkan keputusan Jadaun sebagai 'tindakan paling berani' yang pernah dilihatnya.
"Situasinya sangat berbahaya. Para perusuh bersenjata lengkap dan mereka tidak siap untuk mendengarkan siapa pun. Saya dapat menggambarkan bahwa (saat itu) mereka haus darah. Mereka melempari polisi dengan batu tetapi Pak Jadaun tidak mundur. Ada bahaya nyata polisi bisa ditembak oleh perusuh," ucap Kumar.
Senada dengan Kumar, Jadaun juga menjelaskan bahwa para perusuh yang ia lihat memang tampak bersiap untuk melakukan aksi pembakaran.
"Daerah itu memiliki banyak toko dengan stok bambu. Api akan menelan seluruh area dan jika itu dibiarkan terjadi, jumlah kematian di Delhi akan jauh lebih tinggi," lanjut Jadaun.
Namun, terlepas dari aksi beraninya, Jadaun rupanya menolak disebut sebagai pahlawan. Dalam pernyataannya, Jadaun pun menganggap bahwa saat itu, ia hanya melakukan tugasnya, yaitu menyelamatkan nyawa warga India.
"Saya bukan pahlawan. Saya telah bersumpah untuk melindungi orang India dalam bahaya. Saya hanya melakukan tugas saya karena saya tidak mau membiarkan orang mati di bawah pengawasan saya. Kami berada dalam posisi untuk campur tangan dan kami melakukan itu, " ujar Jadaun.
Source: Akurat