Breaking News

Pasukan Israel Tembak Mati Seorang Remaja Palestina


D'On, Palestina,- Pasukan Israel menembak mati seorang remaja Palestina di Tepi Barat, kata Kementerian Kesehatan Palestina, bagian dari lonjakan kekerasan setelah Amerika Serikat mengumumkan rencana perdamaian Timur Tengah yang kontroversial.

Insiden ini menambah jumlah korban tewas menjadi lima orang di Tepi Barat dan Yerusalem sejak Presiden AS Donald Trump membuat marah warga Palestina dengan proposal perdamaian yang menguntungkan Israel.

Dikutip dari Aljazeera, Minggu (9/2), Kementerian Kesehatan menyampaikan Badr Nafla (19), tewas setelah ditembak pasukan Israel di lehernya selama bentrokan di Tulkarem, Tepi Barat utara.
Sebelumnya pada Jumat, Israel mengerahkan pasukan tambahan di Yerusalem dan Tepi Barat yang dicaplok setelah tentara membunuh empat warga Palestina dua hari sebelumnya.

Pasukan Israel menembak mati dua warga Palestina pada Kamis selama unjuk rasa di Jenin menentang pembongkaran rumah warga Palestina. Kantor berita Palestina, WAFA menyebut nama salah seorang pemuda yang ditembak tersebut yaitu Yazan Abu Tabekh (19). Sementara satu orang lainnya yaitu seorang polisi bernama Tareq Badwan.

Warga Palestina di Israel juga dibunuh setelah dituduh melepaskan tembakan ke polisi di dekat Masjid Al-Aqsa di kota tua Yerusalem. Pada Rabu malam, pasukan Israel menembak mati pemuda 17 tahun, Mohammed Al-Hadad selama bentrokan di Hebron.

Sementara itu, 14 warga Israel terluka pada Kamis setelah sebuah mobil menabrak gerombolan tentara di Yerusalem. Sopirnya ditangkap dan dimintai keterangan, kata juru bicara polisi Israel Micky Rosenfeld kepada AFP, menambahkan bahwa tidak ada insiden terkait keamanan baru sejak Kamis malam.

Proposal Kontroversial Trump

Meningkatnya ketegangan terjadi sepekan setelah Presiden Trump merilis rencana kontroversial untuk Timur Tengah. Ini akan memberi Israel sejumlah keuntungan, termasuk kontrol penuh atas Yerusalem yang disengketakan dan lampu hijau untuk mencaplok semua pemukiman dan bagian lain dari Tepi Barat.

Sebagai gantinya, Palestina akan ditawari sebuah negara di bagian yang tersisa di Tepi Barat dan Gaza. Presiden Palestina Mahmoud Abbas segera menolak rencana itu dan menyerukan unjuk rasa.

Pada Jumat, kepala negosiator Palestina Saeb Erekat mengatakan di Twitter bahwa rencana perdamaian yang dirancang menantu sekaligus penasihat Trump, Jared Kushner itu telah "memungkinkan Israel untuk terus maju dengan aneksasi / penjajahan lebih lanjut".

"Tetapi dia (Jared Kushner) menyalahkan Presiden Abbas karena menurut orang-orang seperti dia, keberadaan dan hak-hak kita semata-mata ... adalah masalahnya," tambah Erekat.

Source: aljazeera/merdeka.com