Breaking News

Perjuangan Mahasiswa Asal Cilacap saat Pulang Kampung dari Tiongkok


D'On, Cilacap (Jateng),-  Inisialnya MAP. Mahasiswa 23 tahun yang menuntut ilmu di Shanghai University of Sport asal Cilacap harus melewati serangkaian pemeriksaan ketat di sejumlah bandara saat pulang kampung ke Indonesia. Perjuangannya pulkam kali ini cukup berat akibat wabah virus Corona yang berpusat di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok.

MAP sampai di kampung halamannya untuk menghabiskan libur akhir semester, Selasa 28 Januari 2020, saat virus ini jadi momok menakutkan bagi warga dunia. Sedikitnya 26 negara sudah terjangkiti wabah ini, dan sampai Sabtu (1/2) tercatat 259 orang meninggal dunia.

1. Diperiksa setiap tiba di bandara

Semula ia tak berniat pulang kampung. Namun karena tak ada kejelasan dari kampus perihal jadwal perkuliahan semester II, maka ia memutuskan pulang. Tanggal 27 Januari malam ia memesan tiket dan sehari kemudian ia pulang.

“Dari kampus juga menyarankan untuk pulang dulu, dan diminta tidak kembali sebelum tanggal 18 (Februari), karena liburnya sampai tanggal 17 (Februari),” kata dia.

Dari Shanghai pesawat transit ke Hong Kong. Di Hong Kong, ia dicek dengan alat pemindai suhu tubuh. Setelah itu, pesawat landing di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Di Bandara Soetta ia juga diperiksa. Setelah dinyatakan normal, ia pulang ke rumah di Cilacap.

2. Setiap hari diperiksa petugas kesehatan

Ia mengatakan, di Shanghai setiap hari ia dan mahasiswa lain di mess didatangi petugas Dinas Kesehatan setempat. Mereka memeriksa setiap warga untuk mendeteksi apakah ada yang terjangkit virus corona.

“Kami diperiksa suhu tubuhnya, Alhamdulillah semua mahasiswa dari Indonesia normal,” kata dia.

Ia mengatakan, ada sekitar 20-an mahasiswa asal Indonesia di kampus itu. Kebanyakan mereka dari Jawa Timur. Ia menjadi satu-satunya mahasiswa dari Cilacap.

“Paling banyak dari Jawa Timur, termasuk di Wuhan juga paling banyak dari Jawa Timur,” ujar dia.

3. Di Shanghai 80 orang terjangkit corona, satu tewas

Dari kabar terakhir yang ia dengar di Shanghai, ada 80 orang yang terinfeksi virus corona. Satu di antaranya tewas.

“Kalau di Distrik Yangpu, tempat saya tinggal Alhamdulillah belum ada yang terjangkit,” kata dia.

Dari Shanghai, ia juga mengaku sedih ketika mendengar pemberitaan yang beredar di tanah air. Ia mendengar ada yang berkomentar bahwa virus corona merupakan azab untuk warga Cina.

“Ada juga yang menyebar video orang yang tiba-tiba terjatuh, katanya karena virus corona. Padahal itu video lama, dan itu yang meninggal karena sudah tua,” ujar dia.

Kabar palsu itu membuat ia dan orangtuanya khawatir. Ia mengaku orangtuanya kerap menelepon menanyakan kabarnya. “Shanghai berjarak 800 Km dari Wuhan, tetapi warga diimbau agar tetap waspada,” kata dia.

Kini dia masih menunggu pemberitahuan dari kampusnya. Ia akan kembali setelah kampus meminta kembali untuk memulai perkuliahan semester yang baru. “Mungkin sampai wabah virus coronanya hilang,” ujar dia.


(IDN)