Breaking News

Salat Jumat Pertama di Masjidilaqsa di Bawah Bayang-Bayang Senjata Israel

D'On, Palestina,- Polisi Israel memperketat penjagaan di Kota Tua Yerusalem sebelum salat Jumat pertama di Al Haram Al Sharif, kompleks Masjidilaqsa.

Muslim Palestina diizinkan salat Jumat sejak Presiden AS Donald Trump mengungkap rencana perdamaian yang kontroversial.

Rencana yang dirilis pada hari Selasa dipandang sangat bias terhadap Israel dan ditolak Palestina.

Pemicunya, Yerusalem. Palestina telah lama melihat sektor timur kota yang diduduki Israel pada tahun 1967, sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Di Al Haram Al Sharif di Yerusalem timur, sekelompok warga Palestina berkumpul setelah salat subuh.

"Mereka memulai prosesi dengan seruan nasionalis," kata juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfeld.

"Polisi menanggapi dan membubarkan pertemuan itu," tambah Micky.

Masjidilaqsa adalah situs suci ketiga Islam. Tetapi juga dihormati orang Yahudi sebagai lokasi Kuil Kedua mereka, dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 Masehi.

Rosenfeld mengatakan langkah-langkah peningkatan keamanan akan dilakukan di seluruh Kota Tua dan unit polisi akan merespons jika perlu.

Rencana Trump memberi Israel lampu hijau untuk menganeksasi Lembah Jordan yang strategis, yang merupakan sekitar 30 persen dari Tepi Barat, serta semua koloni Israel, yang sekarang berjumlah lebih dari 200, termasuk yang di Yerusalem Timur yang diduduki.

Koloni-koloni itu adalah rumah bagi sekitar 600.000 warga Israel tetapi dianggap ilegal menurut hukum internasional.

Bentrokan antara demonstran Palestina dan pasukan Israel di Tepi Barat telah menyebabkan setidaknya 30 warga Palestina terluka sejak Selasa.

Di Gaza yang dikuasai Hamas, ribuan orang berkumpul untuk demonstrasi pekan ini.

Palestina Makin Susut

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat proposal perdamaian dengan Israel tapi tanpa melibatkan Palestina di dalamnya.

Pada Selasa (28/1/2020), ia bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dalam pertemuan yang juga dihadiri warga AS keturunan Yahudi itu, Trump sesumbar telah membuat draf perdamaian, dan menjanjikan Yerussalem sebagai ibu kota Israel.

Namun sayangnya, pertemuan itu tanpa dihadiri perwakilan Palestina. Ujung-ujungnya, Palestina merasa draf Trump berat sebelah dan semakin bias ke Israel.

Salah satu poin yang berat adalah wilayah Palestina yang makin susut.

Di akun Twitter-nya Trump menggambarkan peta masa depan Palestina.

"Ini adalah bagaimana negara Palestina terlihat di masa depan, dengan ibu kota di Yerusalem bagian Timur," tulisnya melalui akun @realDonaldTrump.

Sebagaimana dilansir dari media Israel, The Jerussalem Post, Palestina tetap akan memiliki wilayah Tepi Barat. Namun meski mendominasi di Tepi Barat, 20 persen wilayah itu akan jatuh ke tangan Israel.

Yerussalem yang juga di Tepi Barat akan jadi ibu kota Israel. Semua permukiman Israel di wilayah ini tetap dipertahankan.

Palestina akan memiliki daerah Yerussalem Timur. Seperti Kafr Akab, Abu Dis dan setengah dari Shuafat.

Israel akan mempertahankan Lembah Yordan. Palestina akan kehilangan tanah di Negev, dekat perbatasan Gaza dan Mesir.

Karena posisi Tepi Barat dan Gaza berjauhan, maka Palestina akan diberi jalur khusus untuk menuju kedua wilayah. Namun kontrol perbatasan akan dikendalikan Israel.

Pengakuan akan negara Palestina, meski sudah diakui PBB, baru akan diberikan empat tahun kemudian. Namun dengan sejumlah persyaratan, seperti tidak mendanai kelompok jihadis dan Hamas.

Jika syarat itu diakui maka AS akan mengakui Palestina sebagai negara. Bahkan membuat rancangan ekonomi untuk membantu negara tersebut.

Israel dan Palestina bagai air dan minyak, tidak bisa disatukan. Perseteruan kedua negara tersebut sudah terjadi selama puluhan tahun dan belum ada penyelesaian yang memuaskan.


(RKC)