Kuwait Batalkan Salat Jumat, Lafaz Hayya Alashsholah Diganti Ashsholatu Fii Buyutikum
D'On, Kuwait,- Wabah virus corona terus mewabah di Timur Tengah dan negara-negara Teluk. Kuwait sampai harus membatalkan salat Jumat di seluruh negeri, 13 Maret 2020.
Kuwait melaporkan 20 kasus baru positif virus corona. Total pasien saat ini menjadi 100 orang.
Dikutip dari kantor berita Kuwait, Kuna, Kementerian Kesehatan mengatakan, 15 di antaranya kembali dari Iran dan masih dikarantina. Sementara satu warga lainnya berada di Inggris dan satu lagi berada di AS.
Tiga kasus lainnya adalah untuk warga negara Spanyol yang baru saja kembali dari Spanyol. Lalu, dua orang Mesir yang berhubungan dengan seseorang yang kembali dari Azerbaijan.
Sebelumnya pada Kamis (12/3/2020), Kuwait juga melaporkan delapan kasus baru dari virus korona yang mematikan meningkatkan jumlah kasus yang dikonfirmasi menjadi 80.
Dengan kasus-kasus yang baru ditemukan, Kuwait menjadi negara yang paling terpengaruh ketiga oleh virus di GCC setelah Bahrain. Bahrain mencatat sembilan kasus lebih lanjut pada hari Jumat, dengan total meningkat menjadi 171.
Otoritas agama Kuwait telah meminta umat Islam untuk berdoa di rumah pada hari Jumat. Salat Jumat dibatalkan di seluruh Kuwait untuk pertama kalinya. Negara itu berusaha menahan penyebaran virus corona.
Kementerian Awqaf dan Urusan Islam Kuwait mengatakan, salat Jumat di masjid-masjid tidak diizinkan hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Lafaz azan juga diganti untuk sementara. Khususnya pada kalimat "hayya alashsholah" yang berarti, mari kita salat. Lafaz itu diganti dengan kalimat, "ashsholatu fii buyutikum". Artinya, salat lah di rumah-rumah kalian.
Di antara negara-negara Teluk, Iran yang paling parah. Hingga saat ini sudah tercatat lebih dari 1.000 kasus. Sebanyak 514 di antaranya meninggal dunia.
Ali Akbar Velayati, seorang penasihat asing untuk pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, telah dikarantina karena dicurigai terkena virus.
Dia adalah pejabat Iran terbaru yang dilanda virus corona di negara itu, pusat penyakit di luar China. Setidaknya delapan pejabat Iran dilaporkan meninggal karena virus itu.
Namun, para ahli percaya jumlah sebenarnya dari kematian dan infeksi di Iran jauh lebih tinggi daripada yang diumumkan.
Sebagian besar infeksi yang dilaporkan di Teluk telah dikaitkan dengan perjalanan ke Iran, mendorong pemerintah di seluruh wilayah untuk memberlakukan pembatasan perjalanan. Seperti dilakukan Kuwait.
Beberapa jam sebelum diberlakukannya larangan perjalanan, sejumlah besar ekspatriat bergegas ke bandara Kuwait untuk pulang. Mereka mengambil keuntungan dari liburan dua pekan yang telah diberikan pemerintah kepada semua karyawan sebagai bagian dari langkah pencegahan.
Sementara di Arab Saudi, otoritas kesehatan mengumumkan 17 infeksi lagi. Sekarang totalnya menjadi 62 kasus.
Kasus terbaru termasuk 11 warga Mesir yang melakukan kontak dengan rekan senegaranya yang terinfeksi, kata kantor berita Saudi.
Pada hari Kamis, Arab Saudi mengumumkan penangguhan sementara penerbangan ke dan dari Eropa. Juga ke negara-negara Asia dan Afrika.
Penangguhan itu mencakup penerbangan ke Uni Eropa, Swiss, India, Pakistan, Sri Lanka, Filipina, Sudan, Sudan Selatan, Ethiopia, Eritrea, Kenya, Djibouti, dan Somalia.
(RKC)
Kuwait melaporkan 20 kasus baru positif virus corona. Total pasien saat ini menjadi 100 orang.
Dikutip dari kantor berita Kuwait, Kuna, Kementerian Kesehatan mengatakan, 15 di antaranya kembali dari Iran dan masih dikarantina. Sementara satu warga lainnya berada di Inggris dan satu lagi berada di AS.
Tiga kasus lainnya adalah untuk warga negara Spanyol yang baru saja kembali dari Spanyol. Lalu, dua orang Mesir yang berhubungan dengan seseorang yang kembali dari Azerbaijan.
Sebelumnya pada Kamis (12/3/2020), Kuwait juga melaporkan delapan kasus baru dari virus korona yang mematikan meningkatkan jumlah kasus yang dikonfirmasi menjadi 80.
Dengan kasus-kasus yang baru ditemukan, Kuwait menjadi negara yang paling terpengaruh ketiga oleh virus di GCC setelah Bahrain. Bahrain mencatat sembilan kasus lebih lanjut pada hari Jumat, dengan total meningkat menjadi 171.
Otoritas agama Kuwait telah meminta umat Islam untuk berdoa di rumah pada hari Jumat. Salat Jumat dibatalkan di seluruh Kuwait untuk pertama kalinya. Negara itu berusaha menahan penyebaran virus corona.
Kementerian Awqaf dan Urusan Islam Kuwait mengatakan, salat Jumat di masjid-masjid tidak diizinkan hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Lafaz azan juga diganti untuk sementara. Khususnya pada kalimat "hayya alashsholah" yang berarti, mari kita salat. Lafaz itu diganti dengan kalimat, "ashsholatu fii buyutikum". Artinya, salat lah di rumah-rumah kalian.
Di antara negara-negara Teluk, Iran yang paling parah. Hingga saat ini sudah tercatat lebih dari 1.000 kasus. Sebanyak 514 di antaranya meninggal dunia.
Ali Akbar Velayati, seorang penasihat asing untuk pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, telah dikarantina karena dicurigai terkena virus.
Dia adalah pejabat Iran terbaru yang dilanda virus corona di negara itu, pusat penyakit di luar China. Setidaknya delapan pejabat Iran dilaporkan meninggal karena virus itu.
Namun, para ahli percaya jumlah sebenarnya dari kematian dan infeksi di Iran jauh lebih tinggi daripada yang diumumkan.
Sebagian besar infeksi yang dilaporkan di Teluk telah dikaitkan dengan perjalanan ke Iran, mendorong pemerintah di seluruh wilayah untuk memberlakukan pembatasan perjalanan. Seperti dilakukan Kuwait.
Beberapa jam sebelum diberlakukannya larangan perjalanan, sejumlah besar ekspatriat bergegas ke bandara Kuwait untuk pulang. Mereka mengambil keuntungan dari liburan dua pekan yang telah diberikan pemerintah kepada semua karyawan sebagai bagian dari langkah pencegahan.
Sementara di Arab Saudi, otoritas kesehatan mengumumkan 17 infeksi lagi. Sekarang totalnya menjadi 62 kasus.
Kasus terbaru termasuk 11 warga Mesir yang melakukan kontak dengan rekan senegaranya yang terinfeksi, kata kantor berita Saudi.
Pada hari Kamis, Arab Saudi mengumumkan penangguhan sementara penerbangan ke dan dari Eropa. Juga ke negara-negara Asia dan Afrika.
Penangguhan itu mencakup penerbangan ke Uni Eropa, Swiss, India, Pakistan, Sri Lanka, Filipina, Sudan, Sudan Selatan, Ethiopia, Eritrea, Kenya, Djibouti, dan Somalia.
(RKC)