Lockdown Total, India Dilanda Kekacauan: Ribuan Migran Pulang Jalan Kaki hingga Terbatasnya APD
Dokumentasi: tribun |
D'On, India,- Perdana Menteri India, Narendra Modi memerintahkan penguncian ketat secara nasional atau lockdown selama 21 hari ke depan untuk memerangi penyebaran pandemi virus corona.
Lockdown India diumumkan oleh Modi pada Selasa (24/3/2020) malam.
Pasar yang biasanya ramai dikunjungi di lingkungan Delhi Selatan menjadi sunyi keesokan paginya.
Hampir semua toko tutup. Toko Bunga yang mengirim bunga-bunga ke rumah-rumah telah menghabiskan persediaanya.
Bahkan toko hewan peliharaan telah menutup dan meninggalkan hewan-hewan di dalamnya.
Jeritan mereka terdengar tak tertahankan.
Belum sampai seminggu pemerintah menerapkan lockdown di India, kekacauan terjadi dimana-mana.
Banyak pabrik-pabrik industri dan pembatasan transportasi umum membuat sebagian pekerja migran terpaksa jalan kaki untuk pulang ke desanya.
Rumah sakit pun terkena dampak dari lockdown ini, mereka kekurangan stok masker N-95 dan alat perlindungan diri (APD).
Berikut adalah kekacauan situasi di Indian setelah dilakukan lockdown per Selasa (24/3/2020) sampai 21 hari ke depan:
1. Terbatasnya transportasi
Orang dengan kelas ekomoni menengah kebawah adalah yang paling terkena dampak terburuk.
Lockdown India mencaup Negara-negara bagian, yakni dengan banyaknya perbatasan yang ditutup.
Imbasnya adalah pergerakan warganya terbatas, dan operasional sebagian besar transportasi umum yang terhenti.
Di New Delhi, beberapa bus masih beroperasi tapi hanya mengizinkan pemegang izin pemerintah untuk naik.
Sementara itu polisi dan paramiliter menghentikan kendaraan pribadi yang melintas.
Beberapa negara bagian seperti Bengala Barat dengan populasi lebih dari 90 juta, me-lockdown kota-kota besar tetapi tidak di pedesaan.
Kereta api India juga membatalkan semua layanan kecuali kereta kota dan kereta barang sampai 31 Maret.
Penerbangan internasional sudah dilarang beroperasi sejak seminggu yang lalu, sementara sekolah, fasilitas hiburan dan monumen seperti ikon Taj Mahal telah ditutup.
2. Pabrik ditutup
Saat pekerjaan mulai mengering akibat dari lockdown, banyak pabrik-pabrik yang ditutup.
Akibatnya banyak buruh kehilangan pekerjaan dan tidak memiliki cukup uang. Sebab di sana upah dibayar secara harian.
Dikutip dari Kompas.com, para buruh tersebut tinggal di apartemen yang sempit.
Mereka bekerja berjam-jam untuk beberapa dollar sehari, dalam kondisi yang kerap tidak aman tanpa jaminan sosial.
Menurut statistik pemerintah India, setiap tahun ada lebih dari 9 juta buruh dari pedesaan yang merantau ke kota untuk mencari pekerjaan.
Mereka biasanya melamar di bidang konstruksi atau pabrik-pabrik. Bahkan ribuan buruh terpaksa kembali ke desa asal.
Beberapa di antara mereka mungkin membawa virus ke desa-desa yang memiliki sedikit akses ke infrastruktur dasar, termasuk air.
3. Pekerja migran pulang jalan kaki
Kereta dan bus tidak lagi beroperasi saat malam.
Mereka yang tidak dapat tiba tepat waktu tidak mempu lagi hidup di kota-kota tempat mereka bekerja.
Para buruh itu harus rela berjalan sejauh ratusan mil untuk pulang.
Banyak dari mereka tidak memiliki uang untuk membeli makananan beberapa juga tidak dapat menemukan makanan di mana pun.
Kelompok pengemis meninggalkan stasiun di lampu lalu lintas.
Mereka mencoba memasuki koloni yang terjamin keamanannya.
Enam dari mereka tiba di kuil di daerah New Delhi dan memina makanan.
5. Stok APD dan ventilator langka
Dilansir oleh Aljazeera, sejumlah rumah sakit menyatakan kelangkaan stok masker N-95 dan Alat Pelindung Diri (APD).
Rata-rata jumlah tempat tidur rumah sakit di India adalah 0,7 untuk setiap 100.000 orang.
Jauh lebih sedikit dari negara seperti Korea Selatan (6 per 100.000) yang sanggup membendung penyebaran virus.
Ventilator (alat bantu pernapasan) di India juga terbatas. Ada hampir 100.000 ventilator, tapi sebagian besar dimiliki rumah sakit swasta dan sudah dipakai pasien dengan penyakit kritis.
Pada Jumat (27/3/2020) pemerintah mengatakan akan mengimpor 10.000 ventilator, tapi beberapa laporan menyarankan India sebaiknya menyediakan 70.000 ventilator.
(TribunnewsWiki.com/SO)