Breaking News

Tiongkok Sebar Luaskan Teori Konspirasi Soal Asal Usul Virus Corona


D'On, Beijing (Tiongkok),- Virus corona baru atau COVID-19 yang telah dinyatakan sebagai pandemik oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) berimplikasi politik. Salah satunya adalah bagaimana pejabat Tiongkok berusaha membuat publik lupa, atau setidaknya ragu, soal asal usul virus yang telah menewaskan lebih dari 4.200 orang di dunia tersebut.

Sejumlah warganet Tiongkok turut berdebat tentang dari mana sesungguhnya COVID-19 berasal. WHO sendiri telah menegaskan bahwa Tiongkok lah yang kali pertama melaporkan keberadaan virus itu pada awal Januari lalu setelah muncul kasus di Wuhan, Provinsi Hubei. Dari 128.343 kasus, 80.932 terjadi di Tiongkok.

Sebanyak 3.056 dari 4.720 kematian tercatat di Hubei. Hingga kini, virus telah menyebar ke lebih dari 100 negara. Lalu, berhasilkah upaya Tiongkok itu?

1. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengklaim tentara Amerika Serikat sebagai pembawa virus

Pada (5/3) lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian mengirimkan cuitan berisi penolakan virus corona mulai menyebar dari negaranya. 

"Kasus-kasus #COVID19 yang terkonfirmasi pertama kali ditemukan di Tiongkok, tapi asalnya belum tentu dari Tiongkok. Kami masih melacak asal muasalnya," cuit Zhao.

Sehari lalu, Zhao kembali mengulangi narasi yang sama, bahkan mengklaim tentara Amerika Serikat sebagai pembawa virus ke Wuhan. "Kapan pasien nol mulai di Amerika Serikat? Berapa banyak yang terinfeksi? Apa saja nama-nama rumah sakitnya? Mungkin saja tentara Amerika Serikat yang membawa epidemik ke Wuhan. Bersikaplah transparan! Buka data kalian! Amerika Serikat berutang sebuah penjelasan kepada kami!" cuitnya.

Cuitan itu untuk mengomentari pernyataan Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) Robert Redfield ketika melakukan rapat dengar pendapat bersama DPR di Washington DC. 

Redfield ditanya apakah ada kematian yang berkaitan dengan influenza yang mungkin akibat dari COVID-19. "Beberapa kasus didiagnosa dengan cara itu di Amerika Serikat hari ini," jawab Redfield.

Respons itu cukup untuk membuat Zhao mengeluarkan klaim tanpa bukti bahwa sebenarnya virus corona baru berasal dari Negeri Paman Sam. "Amerika Serikat melaporkan 34 juta kasus influenza dan 20.000 kematian. Tolong katakan kepada kami berapa yang berhubungan dengan COVID-19?" tulis Zhao.

2. Diplomat Tiongkok juga memakai potongan wawancara seorang pakar untuk mendorong teori konspirasi

Zhao juga menggunakan potongan pernyataan seorang epidemiologis Tiongkok bernama Zhong Nanshan sebagai senjata untuk membuat publik ragu tentang awal mula COVID-19. Dalam sebuah konferensi pers pada (27/2), Zhong mengatakan meski virus pertama kali muncul di Negeri Panda itu, tapi "mungkin asalnya bukan dari Tiongkok".

Setelah kalimatnya viral, Zhong mengklarifikasi dengan menjelaskan tempat di mana suatu penyakit pertama kali ditemukan tidak lantas sama dengan di situlah sumbernya.

"Akan tetapi, itu juga bukan berarti kita bisa menyimpulkan bahwa virus datang dari luar negeri. Hanya investigasi dan pelacakan menyeluruh yang bisa menjawab pertanyaan itu," kata Zhong, seperti dikutip The Guardian.

Sayangnya, media-media pemerintah Tiongkok sudah terlanjur menyebarluaskan potongan pernyataan Zhong, tanpa menyertakan klarifikasinya. "COVID-19 'mungkin asalnya bukan dari Tiongkok' kata spesialis penyakit pernafasan ternama Tiongkok Zhong Nanshan meski COVID-19 pertama muncul di Tiongkok, itu tak berarti asalnya dari sini," cuit Global Times.

Dalam beberapa jam terakhir, Zhao juga membagikan tautan artikel dari Global Research yang mempertanyakan kebenaran asal muasal COVID-19. Global Research sendiri dikenal luas sebagai situs berisi propaganda, teori konspirasi dan pseudo-science. 

"Ini mengejutkan sehingga mengubah banyak hal yang dulu saya percaya. Tolong cuit ulang agar lebih banyak orang mengetahuinya," tulis Zhao.

3. Pejabat Amerika Serikat, termasuk Donald Trump, juga memanas-manasi situasi dengan bersikap rasis

Klaim tidak berdasar dari Tiongkok bukan satu-satunya hal buruk yang terjadi ketika sebuah pandemik dipolitisasi. Dalam wawancara dengan CNBC, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo juga bersikap rasis dengan secara ceroboh menyebut COVID-19 sebagai "virus corona Wuhan".

WHO sendiri menegaskan memakai nama wilayah untuk menyebut suatu virus adalah sesuatu yang diharamkan. Ini karena potensi stigma dan xenofobia yang muncul sangat merugikan. Tetapi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump justru mengeluarkan komentar bahwa COVID-19 adalah "virus asing". Artinya, ia menyalahkan negara lain, dalam hal ini Tiongkok, sebagai biang keladi.
Tiongkok pun bereaksi keras. 

"Itu sangat tidak bertanggung jawab bagi beberapa media untuk menyebutnya sebagai 'virus Tiongkok'," kata Zhao, seperti dikutip NBC. 

"Kami dengan tegas menolaknya." Zhao mengulangi apa yang telah ia katakan berkali-kali soal dari mana virus berasal.

"Kita semua seharusnya berkata tidak terhadap 'virus informasi' dan 'virus politik'. Dengan menyebutnya 'virus Tiongkok' dan berpendapat soal asalnya tanpa fakta atau bukti apa pun yang mendukung, beberapa media jelas ingin Tiongkok yang disalahkan dan motif terpendam mereka sudah kelihatan," katanya lagi. 

Sumber: IDN