Berhentilah Saling Menyalahkan, Rakyat Butuh Makan Bukan Debatan
Dirgantaraonline.co.id,- Sepertinya, bantuan untuk masyarakat yang terdampak virus covid19, bakal tertahan lagi. Tak ada kata menyejukkan, tak ada kata kepastian. Hanya alasan dan debat berkepanjangan jadi tontotan.
Pemrov beralasan data kabupaten/kota terlambat. Sebaliknya, menuding Pemrov yang terlambat.
Drama tragedi menyayat hati, makin memperpanjang harapan masyarakat yang berdiam diri dirumah. Debat yang terjadi, saling lempar tanggungjawab, makin melebar penderitaan. Gajah bagarumeh samo gajah, pelatuk mati ditengah. Perumpamaan derita masyarakat, akibat debat Pemrov dan Pemko Padang.
Jika ini terjadi, perbaikan data dilakukan, rapat kembali diulang. Data dan rapat, bikin masyarakat makin sekarat. Derita panjang menunggu bantuan makin tak berujung. Derita hidup kembali menggantung. Sampai kapankah drama ini akan berakhir. Atau harus menunggu korban dan keberutalan karena tak tahan menahan lapar.
Ini menyangkut nyawa yang tergantung pada data. Ini menyangkut nasib warga yang terdampak virus corona. Haruskah perang data dan kata menjadi suguhan bagi mereka yang diterpa derita akibat virus corona. Berilah kepastian, jangan gantung harapan. Hidup bukan sekedar harapan, tapi juga butuh makan. Perang diatas, jangan rakyat yang jadi korban.
Bapak bapak berperang data dan kata kata, ada tanggungan hidup dari gaji bulanan. Rakyat yang mencari hidup dari reseki harian, tentu butuh juga makan. Nasib kita berbeda, tapi jangan tambah lagi derita. Sampai kapan harus menunggu dan terus menunggu. Warga sudah jemu dengan harapan palsu.
Jangan hanya karena data dan rapat, warga mengabaikan imbauan dan keluar rumah mencari makan. Pemutusan rantai virus covid19, makin rumit akibat bantuan dipersulit.
Hampir seminggu patuh dengan imbauan. Seminggu juga menahan diri dan menahan lapar. Ini perlu jadi renungan kita bersama sama, agar virus corona tak lagi merajalela. Sudahlah, akhiri perdebatan. Segerakanlah bantuan...
Penulis : Novri Hendri (Pemimpin Redaksi Mingguan Investigasi)
Pemrov beralasan data kabupaten/kota terlambat. Sebaliknya, menuding Pemrov yang terlambat.
Drama tragedi menyayat hati, makin memperpanjang harapan masyarakat yang berdiam diri dirumah. Debat yang terjadi, saling lempar tanggungjawab, makin melebar penderitaan. Gajah bagarumeh samo gajah, pelatuk mati ditengah. Perumpamaan derita masyarakat, akibat debat Pemrov dan Pemko Padang.
Jika ini terjadi, perbaikan data dilakukan, rapat kembali diulang. Data dan rapat, bikin masyarakat makin sekarat. Derita panjang menunggu bantuan makin tak berujung. Derita hidup kembali menggantung. Sampai kapankah drama ini akan berakhir. Atau harus menunggu korban dan keberutalan karena tak tahan menahan lapar.
Ini menyangkut nyawa yang tergantung pada data. Ini menyangkut nasib warga yang terdampak virus corona. Haruskah perang data dan kata menjadi suguhan bagi mereka yang diterpa derita akibat virus corona. Berilah kepastian, jangan gantung harapan. Hidup bukan sekedar harapan, tapi juga butuh makan. Perang diatas, jangan rakyat yang jadi korban.
Bapak bapak berperang data dan kata kata, ada tanggungan hidup dari gaji bulanan. Rakyat yang mencari hidup dari reseki harian, tentu butuh juga makan. Nasib kita berbeda, tapi jangan tambah lagi derita. Sampai kapan harus menunggu dan terus menunggu. Warga sudah jemu dengan harapan palsu.
Jangan hanya karena data dan rapat, warga mengabaikan imbauan dan keluar rumah mencari makan. Pemutusan rantai virus covid19, makin rumit akibat bantuan dipersulit.
Hampir seminggu patuh dengan imbauan. Seminggu juga menahan diri dan menahan lapar. Ini perlu jadi renungan kita bersama sama, agar virus corona tak lagi merajalela. Sudahlah, akhiri perdebatan. Segerakanlah bantuan...
Penulis : Novri Hendri (Pemimpin Redaksi Mingguan Investigasi)