Kasus Keracunan di AS Naik Usai Trump Usul Suntik Disinfektan
D'On, Amerika Serikat (AS),- Kasus keracunan dilaporkan meningkat di sejumlah wilayah Amerika Serikat, tidak lama setelah Presiden Donald Trump menganjurkan untuk menyuntikkan cairan disinfektan yang dinilai mungkin bisa membunuh virus corona (Covid-19).
Badan Pusat Pengendalian Racun Kota New York melaporkan menangani lebih dari 30 kasus keracunan, sejak Trump melontarkan pernyataan kontroversial tersebut.
Badan Pusat Pengendalian Racun melaporkan menerima sembilan kasus keracunan akibat terpapar cairan Lysol, sebuah produk disinfektan buatan perusahaan AS.
Badan tersebut juga menerima laporan 10 laporan keracunan cairan pemutih dan 11 kasus terpapar cairan pembersih rumah tangga.
Meski begitu, sejauh ini belum ada laporan kematian atau orang yang dirawat di rumah sakit akibat keracunan bahan disinfektan tersebut.
Jumlah itu meningkat dibandingkan jumlah kasus keracunan yang ditangani Kota New York di periode yang sama pada 2019 lalu yakni sebanyak 13 kasus.
Di Maryland, Badan Penanganan Keadaan Darurat negara bagian itu menerima 100 panggilan telepon yang menanyakan tentang saran sang presiden.
Memicu badan tersebut menerbitkan peringatan bagi warga terkait bahaya mengkonsumsi produk disinfektan dalam kondisi dan dengan cara apa pun.
Peringatan serupa juga diterbitkan beberapa negara bagian lainnya seperti Washington.
Sejumlah badan penanganan racun di negara bagian Illinois dan Kentucky juga menerima ribuan panggilan serupa, di mana orang-orang menanyakan terkait penggunaan bahan disinfektan.
Asosiasi Pusat Pengendalian Racun AS (AAPCC) mengonfirmasi bahwa memang terjadi kenaikan laporan di seluruh negeri secara umum sejak Januari lalu.
"Selama bulan Januari-Maret 2020 badan pengendalian racun menerima 45.550 panggilan terkait dengan cairan pembersih sebanyak 28.158, disinfektan sebanyak 17.392 kasus. Ini menggambarkan peningkatan keseluruhan 20,4 persen dan 16,4 persen jika dibandingkan periode waktu yang sama pada 2019," ucap AAPCC.
AAPCC menegaskan meski belum ada bukti bahwa peningkatan paparan (terhadap disinfektan) dan Covid-19 yang berhubungan, tampaknya ada hubungan waktu yang jelas dengan peningkatan penggunaan produk pembersih tersebut.
Pada Kamis pekan lalu, Presiden Trump mengusulkan untuk menyuntikkan disinfektan untuk melindungi orang dari virus corona.
"Saya melihat disinfektan cukup ampuh (mematikan virus) dalam satu menit. Apakah ada cara yang bisa kita lakukan seperti menyuntikkan zat itu, itu akan sangat menarik untuk diuji. Sangat menarik bagi saya," kata Trump.
Pernyataan itu lantas menuai kritik publik lantaran dilontarkan Trump tanpa bukti penelitian ilmiah.
Reckitt Benckiser, perusahaan yang memproduksi disinfektan merek Dettol dan Lysol asal Inggris, langsung menyampaikan peringatan untuk tidak memasukkan produk mereka ke dalam tubuh.
"Sebagai pemimpin produk kesehatan dan pembersih di dunia, kami menegaskan tidak ada alasan apapun yang membenarkan memasukkan produk buatan kami ke dalam tubuh (melalui suntikan, dikonsumsi, atau dengan cara lain)," demikian isi pernyataan Reckitt Benckiser.
sumber: cnnindonesia.com
Badan Pusat Pengendalian Racun Kota New York melaporkan menangani lebih dari 30 kasus keracunan, sejak Trump melontarkan pernyataan kontroversial tersebut.
Badan Pusat Pengendalian Racun melaporkan menerima sembilan kasus keracunan akibat terpapar cairan Lysol, sebuah produk disinfektan buatan perusahaan AS.
Badan tersebut juga menerima laporan 10 laporan keracunan cairan pemutih dan 11 kasus terpapar cairan pembersih rumah tangga.
Meski begitu, sejauh ini belum ada laporan kematian atau orang yang dirawat di rumah sakit akibat keracunan bahan disinfektan tersebut.
Jumlah itu meningkat dibandingkan jumlah kasus keracunan yang ditangani Kota New York di periode yang sama pada 2019 lalu yakni sebanyak 13 kasus.
Di Maryland, Badan Penanganan Keadaan Darurat negara bagian itu menerima 100 panggilan telepon yang menanyakan tentang saran sang presiden.
Memicu badan tersebut menerbitkan peringatan bagi warga terkait bahaya mengkonsumsi produk disinfektan dalam kondisi dan dengan cara apa pun.
Peringatan serupa juga diterbitkan beberapa negara bagian lainnya seperti Washington.
Sejumlah badan penanganan racun di negara bagian Illinois dan Kentucky juga menerima ribuan panggilan serupa, di mana orang-orang menanyakan terkait penggunaan bahan disinfektan.
Asosiasi Pusat Pengendalian Racun AS (AAPCC) mengonfirmasi bahwa memang terjadi kenaikan laporan di seluruh negeri secara umum sejak Januari lalu.
"Selama bulan Januari-Maret 2020 badan pengendalian racun menerima 45.550 panggilan terkait dengan cairan pembersih sebanyak 28.158, disinfektan sebanyak 17.392 kasus. Ini menggambarkan peningkatan keseluruhan 20,4 persen dan 16,4 persen jika dibandingkan periode waktu yang sama pada 2019," ucap AAPCC.
AAPCC menegaskan meski belum ada bukti bahwa peningkatan paparan (terhadap disinfektan) dan Covid-19 yang berhubungan, tampaknya ada hubungan waktu yang jelas dengan peningkatan penggunaan produk pembersih tersebut.
Pada Kamis pekan lalu, Presiden Trump mengusulkan untuk menyuntikkan disinfektan untuk melindungi orang dari virus corona.
"Saya melihat disinfektan cukup ampuh (mematikan virus) dalam satu menit. Apakah ada cara yang bisa kita lakukan seperti menyuntikkan zat itu, itu akan sangat menarik untuk diuji. Sangat menarik bagi saya," kata Trump.
Pernyataan itu lantas menuai kritik publik lantaran dilontarkan Trump tanpa bukti penelitian ilmiah.
Reckitt Benckiser, perusahaan yang memproduksi disinfektan merek Dettol dan Lysol asal Inggris, langsung menyampaikan peringatan untuk tidak memasukkan produk mereka ke dalam tubuh.
"Sebagai pemimpin produk kesehatan dan pembersih di dunia, kami menegaskan tidak ada alasan apapun yang membenarkan memasukkan produk buatan kami ke dalam tubuh (melalui suntikan, dikonsumsi, atau dengan cara lain)," demikian isi pernyataan Reckitt Benckiser.
sumber: cnnindonesia.com