Kelamaan Dirumah, Hati-hati Terserang Cabin Fever, Apa Itu ???
Dirgantaraonline.co.id,- Kurang lebih sudah lebih dari 1 bulan masyarakat diimbau agar tetap #dirumahaja untuk menghindari penyebaran virus corona yang tengah mewabah di Indonesia sejak awal Maret.
Beberapan perusahaan, serta sekolah juga turut memberlakukan sistem tersebut dengan meliburkan para karyawan dan murid agar mengerjakan pekerjaan di rumah tanpa harus pergi ke kantor atau sekolah.
Dilansir dari CNN, hal ini dapat memicu cabin fever bagi para masyarakat yang secara terus-menerus berada di dalam rumah. Walaupun bukan termasuk kondisi gangguan psikologis, cabin fever merujuk pada perasaan yang berkaitan dengan kondisi terisolasi dari dunia luar.
Dalam kondisi ini, seseorang yang mengalami cabin fever akan mudah merasa marah, bosan, putus asa, gelisah, hingga sulit untuk berkonsentrasi pada apa yang dilakukan.
“Cabin fever melibatkan serangkaian emosi negatif dan tekanan yang terkait dengan pembatasan”. ujar psikolog Vaile Wright, dikutip dari CNN.
Menurut Wrigh, kepribadian dan temperamen dapat menjadi fakto utama seseorang dengan cepat merasakan perubahan emosi. Pada umumnya, hal ini terjadi dikalangan seseorang yang memiliki kepribadian ekstrovert.
Namun, kabar baiknya adalah cabin fever tidak berlaku bagi orang-orang yang memandang segala sesuatu dengan pikiran yang positif. Seperti yang dikatakan oleh Paul Rosenblatt, seorang psikolog yang pernah memperlajari hal tersebut.
Paul mengungkapkan bahwa mereka yang melihat masa karantina sebagai kesempatan untuk membersihkan rumah, mengevaluasi keuangan, menata lemari, atau mencari hobi baru, akan terlindungi dari cabin fever.
(Dinda)
Beberapan perusahaan, serta sekolah juga turut memberlakukan sistem tersebut dengan meliburkan para karyawan dan murid agar mengerjakan pekerjaan di rumah tanpa harus pergi ke kantor atau sekolah.
Dilansir dari CNN, hal ini dapat memicu cabin fever bagi para masyarakat yang secara terus-menerus berada di dalam rumah. Walaupun bukan termasuk kondisi gangguan psikologis, cabin fever merujuk pada perasaan yang berkaitan dengan kondisi terisolasi dari dunia luar.
Dalam kondisi ini, seseorang yang mengalami cabin fever akan mudah merasa marah, bosan, putus asa, gelisah, hingga sulit untuk berkonsentrasi pada apa yang dilakukan.
“Cabin fever melibatkan serangkaian emosi negatif dan tekanan yang terkait dengan pembatasan”. ujar psikolog Vaile Wright, dikutip dari CNN.
Menurut Wrigh, kepribadian dan temperamen dapat menjadi fakto utama seseorang dengan cepat merasakan perubahan emosi. Pada umumnya, hal ini terjadi dikalangan seseorang yang memiliki kepribadian ekstrovert.
Namun, kabar baiknya adalah cabin fever tidak berlaku bagi orang-orang yang memandang segala sesuatu dengan pikiran yang positif. Seperti yang dikatakan oleh Paul Rosenblatt, seorang psikolog yang pernah memperlajari hal tersebut.
Paul mengungkapkan bahwa mereka yang melihat masa karantina sebagai kesempatan untuk membersihkan rumah, mengevaluasi keuangan, menata lemari, atau mencari hobi baru, akan terlindungi dari cabin fever.
(Dinda)