Negaranya Luluh Lantak Dihantam Covid-19, PM Italia Tak Kuasa Bendung Air Mata
D'On, Italia,- Saat ini negara dengan dampak terparah akibat virus corona bukan lagi China melainkan Italia.
Negara tersebut tercatat memiliki jumlah kematian fantastis menyentuh angka 14.000 dan menjadi negara dengan jumlah kematian terbanyak akibat Covid-19.
Akibatnya, negara Pizza itu babak belur dihantam Covid-19, hal itu membuat Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte sedih dengan situasi negaranya.
Melansir Daily Express pada Jumat (3/4/20), dalam sebuah wawancara di TV, Conte berbicara dengan penuh emosional betapa menggambarkan mengerikannya kondisi Italia.
Tak hanya itu dia sampai menitihkan air mata karena merasa negara mendapatkan dampak yang begitu dasyat dan terparah di Eropa.
"10 kota, 45.000 penduduk dikurung dengan petugas kepolisian di setiap pintu keluar. Mereka terisolasi di ruangan dan tidak bisa bergerak," katanya.
"Pada saat yang sama, ketika kami mengunci kota Vo Eugene, Veneto, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak Perang Dunia II," jelasnya.
"Bagi orang seperti saya telah memakan prinsip-prinsip demokrasi dan konstitusi selama bertahun-tahun, memaksa 50.000 orang dan memeriksanya dengan polisi saangat sulit untuk dilakukan," terangnya.
"Kami mengambil keputusan dalam beberapa jam pada pertemuan kabinet, setelah hanya 40 jam dari kami mencari tahu tentang wabah ini," terusnya.
Perdana Menteri Conte kemudian secara dramatis menangis dan emosional, ketika dia mengatakan.
"Kemudian saya mulai melihat daftar kematian, ketika saya harus berhadapan dengan kematian pertama, kami merasakan luka yang semakin dalam," katanya.
Sebagai negara teratas akibat Covid-19 Italia belum melaporkan situasinya menurun.
Sementara kasus global sudah menyentuh angka 1 juta kasus dengan 53.000 kematian, menurut Reuters pada Jumat (3/4).
Jumlah terus melonjak, di Amerika Serikat dan Eropa Barat.
Dalam daftar berdasarkan data yang dilaporkan secara resmi, Italia memiliki korban dengan jumlah 13.915 kematian.
Kemudian, di bawahnya ada Spanyol dengan jumlah kematian 10.935 kematian.
Sementara Amerika adalah negara dengan kasus non kematian terbanyak sebanyak 243.635 kasus namun dengan kematian hanya 5.887.
Di luar Barat, jumlah kematian masih stabil dan belum ada negara dengan kematian fantastis yang dilaporkan.
Epidemi di China telah berkurang, setelah mereka melakukan tindakan kejam dengan menahan siapa saja yang berencana menyebarkan virus ini.
Selain itu Iran juga masuk daftar negara terparah di dunia, namun mereka masih berkobar dan menyalahkan Amerika atas pandemi ini.
Eropa sendiri telah menyumbang setengah dari kasus yang dilaporkan dari seluruh dunia.
Meskipun angka yang ditampilkan cukup fantastis, jumlahnya mungkin bisa jauh lebih besar karena banyak kasus tidak terdeteksi.
Mereka adalah orang-orang dengan gejala ringan atau tidak memiliki gejala sama sekali.
Perbandingan situasi ini dikaitkan dengan periode traumatis dunia pada saat Perang Dunia II atau Depresi Global 1930-an.
(mond/IOC)