Ribuan Orang Positif Corona Tanpa Gejala, China Lockdown Kota Jia
D'On, Jia (Tiongkok),- Pemerintah China kembali melakukan lockdown di bagian tengah negara itu, yaitu Kota Jia. Langkah itu diambil setelah kembali munculnya gelombang kedua wabah virus corona yang diwarnai sulitnya mendeteksi pembawa virus tanpa gejala sakit.
Kota Jia yang berpenduduk 640.000 jiwa berstatus lockdown sejak Rabu (1/4/2020). Dengan status itu, seluruh perumahan penduduk diisolasi dan hanya boleh keluar rumah untuk tujuan membuat kartu identitas. Mereka juga harus mengenakan masker dan mengecek suhu tubuh. Sementara itu lalu lintas jalan raya dibatasi.
Dilansir Bloomberg, lockdown Kota Jia dilakukan China setelah muncul insiden baru, yaitu seorang perempuan terinfeksi setelah mengunjungi seorang dokter. Belakangan dokter itu diketahui sebagai pembawa virus, namun sama sekali tidak menunjukkan gejala sakit.
Peneliti menilai carrier tersembunyi ini bisa menyebarkan virus ke banyak orang. Apalagi tidak mudah bagi setiap orang untuk mengakui bahwa dirinya terinfeksi.
Lockdown kedua di China ini juga berawal dari tes yang dilakukan oleh rumah sakit Kota Jia pada 25 Maret. Tes yang dilakukan terhadap tenaga medis yang merawat pasien Covid-19 menunjukkan tiga dokter terinfeksi. Namun mereka tidak menunjukkan gejala sakit.
Ketiga dokter itu diketahui sempat makan malam bersama di sebuah restoran pada 13 Maret. Salah satu dari mereka rupanya pernah pergi ke Wuhan dan menjalani karantina mandiri sejak dia kembali.
Setelah diketahui positif Covid-19, ketiga dokter itu langsung diisolasi. Namun kasus infeksi mereka tidak dipublikasikan karena pemerintah China juga menutupi kasus infeksi tanpa gejala itu hingga pekan ini. Sikap China yang tidak transparan ini juga memantik kritik dunia internasional.
Negara-negara lain seperti Korea Selatan dan Jepang selalu memasukkan orang tanpa gejala dalam daftar kasus positif virus corona. Namun di China, hanya orang yang bergejala yang masuk daftar positif terinfeksi.
Ribuan Orang Tanpa Gejala
Artinya, ada banyak orang China yang tidak bergejala namun membawa virus namun tidak teridentifikasi dan tidak terhitung. Di Kota Jia, kasus 3 dokter tersebut baru terungkap setelah seorang perempuan 59 tahun menderita demam dan sakit kepala.
Perempuan diketahui positif virus corona pada 28 Maret setelah mengunjungi salah satu dokter itu. Padahal pertemuannya dengan dokter itu terjadi sebelum ketiga dokter itu dikarantina pada 25 Maret.
Berikutnya, Komisi Kesehatan Nasional China mengakui ada 1.367 kasus orang tanpa gejala (OTG) di seluruh negara itu pada 31 Maret. Inilah yang akhirnya memaksa China kembali melakukan lockdown, kali ini di Kota Jia.
Seperti diketahui, di banyak negara masyarakat tidak dites virus corona sampai menunjukkan gejala seperti demam dan batuk. China sebenarnya sempat mengumumkan tidak ada kasus baru positif corona pada 19 Maret 2020.
Namun dengan kasus ini, muncul kekhawatiran adanya gelombang kedua wabah covid-19 mengingat masih adanya pergerakan keluar masuk warga.
(LJC/Bloomberg/mond)
Kota Jia yang berpenduduk 640.000 jiwa berstatus lockdown sejak Rabu (1/4/2020). Dengan status itu, seluruh perumahan penduduk diisolasi dan hanya boleh keluar rumah untuk tujuan membuat kartu identitas. Mereka juga harus mengenakan masker dan mengecek suhu tubuh. Sementara itu lalu lintas jalan raya dibatasi.
Dilansir Bloomberg, lockdown Kota Jia dilakukan China setelah muncul insiden baru, yaitu seorang perempuan terinfeksi setelah mengunjungi seorang dokter. Belakangan dokter itu diketahui sebagai pembawa virus, namun sama sekali tidak menunjukkan gejala sakit.
Peneliti menilai carrier tersembunyi ini bisa menyebarkan virus ke banyak orang. Apalagi tidak mudah bagi setiap orang untuk mengakui bahwa dirinya terinfeksi.
Lockdown kedua di China ini juga berawal dari tes yang dilakukan oleh rumah sakit Kota Jia pada 25 Maret. Tes yang dilakukan terhadap tenaga medis yang merawat pasien Covid-19 menunjukkan tiga dokter terinfeksi. Namun mereka tidak menunjukkan gejala sakit.
Ketiga dokter itu diketahui sempat makan malam bersama di sebuah restoran pada 13 Maret. Salah satu dari mereka rupanya pernah pergi ke Wuhan dan menjalani karantina mandiri sejak dia kembali.
Setelah diketahui positif Covid-19, ketiga dokter itu langsung diisolasi. Namun kasus infeksi mereka tidak dipublikasikan karena pemerintah China juga menutupi kasus infeksi tanpa gejala itu hingga pekan ini. Sikap China yang tidak transparan ini juga memantik kritik dunia internasional.
Negara-negara lain seperti Korea Selatan dan Jepang selalu memasukkan orang tanpa gejala dalam daftar kasus positif virus corona. Namun di China, hanya orang yang bergejala yang masuk daftar positif terinfeksi.
Ribuan Orang Tanpa Gejala
Artinya, ada banyak orang China yang tidak bergejala namun membawa virus namun tidak teridentifikasi dan tidak terhitung. Di Kota Jia, kasus 3 dokter tersebut baru terungkap setelah seorang perempuan 59 tahun menderita demam dan sakit kepala.
Perempuan diketahui positif virus corona pada 28 Maret setelah mengunjungi salah satu dokter itu. Padahal pertemuannya dengan dokter itu terjadi sebelum ketiga dokter itu dikarantina pada 25 Maret.
Berikutnya, Komisi Kesehatan Nasional China mengakui ada 1.367 kasus orang tanpa gejala (OTG) di seluruh negara itu pada 31 Maret. Inilah yang akhirnya memaksa China kembali melakukan lockdown, kali ini di Kota Jia.
Seperti diketahui, di banyak negara masyarakat tidak dites virus corona sampai menunjukkan gejala seperti demam dan batuk. China sebenarnya sempat mengumumkan tidak ada kasus baru positif corona pada 19 Maret 2020.
Namun dengan kasus ini, muncul kekhawatiran adanya gelombang kedua wabah covid-19 mengingat masih adanya pergerakan keluar masuk warga.
(LJC/Bloomberg/mond)