Ternyata Bukan Omong Kosong, Trump Resmi Hantikan Pendanaan WHO
D'On, Amerika Serikat,- Presiden Amerika Serikat Donald Trump menangguhkan pendanaan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Trump mengatakan WHO melakukan kesalahan karena mendorong informasi yang salah tentang virus corona (COVID-19).
Dalam pernyataannya, Trump menggunakan frase "virus China" untuk menggambarkan corona. Menurutnya kesalahan WHO sejak awal adalah menyebut virus tidak menular dan tidak perlu larangan perjalanan.
"Hari ini saya menginstruksikan administrasi untuk menghentikan pendanaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sementara ulasan dilakukan untuk menilai peran WHO dalam salah mengelola dan menutupi penyebaran virus corona," kata Trump dalam konferensi pers Gedung Putih, Selasa (14/4/2020).
Trump mengkritik keputusan WHO yang menentang pembatasan perjalanan dari China sebagai hal berbahaya. "Untungnya, saya tidak yakin dan menunda perjalanan dari China menyelamatkan banyak nyawa," lanjut Trump.
Namun, tidak jelas mekanisme apa yang ingin digunakan Trump untuk menahan dana WHO sebab sebagian besar dana diambil oleh Kongres. Presiden biasanya tidak memiliki wewenang untuk mengarahkan kembali pendanaan kongres secara sepihak.
Salah satu pilihan mungkin bagi Trump untuk menggunakan kekuasaan yang diberikan di Impoundment Control Act 1974. Di bawah undang-undang ini, presiden dapat mengusulkan untuk menahan dana kongres.
Sayangnya, UU tersebut tetap membutuhkan persetujuan kongres dalam waktu 45 hari. Tanpa persetujuan ini, dana tersebut harus dikembalikan ke tujuan semula, yang diamanatkan kongres setelah 45 hari.
Presiden AS ke-45 ini mengatakan pemerintah akan melakukan penyelidikan "menyeluruh" yang akan berlangsung 60 hingga 90 hari. Trump mengatakan itu bukan tentang uangnya, "tetapi itu tidak benar. Jadi kita akan lihat," katanya.
"Ini adalah periode evaluasi, tetapi sementara itu, kami menahan semua dana yang masuk ke WHO. Kami akan dapat mengambil uang itu dan menyalurkannya ke area yang paling membutuhkannya," lanjutnya.
WHO mulai membunyikan alarm wabah COVID-19 di China pada pertengahan Januari dan mulai menunjuk pandemi ini sebagai darurat kesehatan global pada 30 Januari saat hanya ada 8.200 kasus di 18 negara.
Deklarasi darurat global WHO pada 30 Januari hampir sebulan sebelum Trump mentweet bahwa "Coronavirus sangat terkendali di AS". Tetapi dalam enam minggu kemudian COVID-19 dinyatakan darurat nasional pada 13 Maret.
Dua hari sebelumnya, pada 11 Maret, para pejabat WHO menyatakan wabah itu sebagai pandemi ketika hanya ada 121.000 kasus global.
Menanggapi serangan Trump, para pejabat tinggi WHO mendesak para pemimpin agar tidak mempolitisir wabah jika tidak ingin melihat lebih banyak kantong mayat di dunia.
"Pada akhirnya, rakyat adalah milik semua partai politik. Fokus dari semua partai politik adalah untuk menyelamatkan rakyat mereka, tolong jangan mempolitisir virus ini," ujar Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pidato beberapa hari lalu.
Tedros menyerukan persatuan di seluruh dunia. Sebab virus tersebut dapat mengeksploitasi celah di partai politik, kelompok agama atau di antara berbagai negara untuk menyebar lebih luas lagi.
Berdasarkan data Worldometer, AS menjadi episentrum penularan terbaru dengan 611.156 kasus terjangkit. Di mana 25.924 kasus kematian, dan 38.675 kasus berhasil sembuh.
(CNBCIndonesia)