Dubes China Untuk Israel Meninggal Secara Misterius
D'On, Israel,- Duta Besar (Dubes) China untuk Israel, yang mulai menjabat sejak Februari, ditemukan tewas di rumah dinasnya pada Minggu pagi di pinggiran kota pesisir utara Tel Aviv, kata para pejabat.
Dubes Du Wei (57) ditemukan tewas di tempat tidurnya di Herzliya oleh pegawai kedutaan. Polisi Israel tak menemukan ada kejanggalan terkait penyebab kematian Du Wei, kata para pejabat, dan temuan awal, pemerintah China menyebut kematian tersebut karena masalah kesehatan. Demikian dilansir dari The New York Times, Senin (18/5).
Penyelidik termasuk Chen Kugel, Kepala Pusat Kedokteran Forensik Nasional - menolak berkomentar saat mereka meninggalkan kediaman Dubes Du. Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan, istri dan putra Du Wei tak ada di Israel saat itu.
Dubes Du tiba di Israel pada 15 Februari dan melakukan karantina mandiri dua pekan karena pandemi virus corona sebelum bertemu dengan pejabat Kementerian Luar Negeri Israel pada 3 Maret.
Dia mengirim surat tugas diplomatiknya kepada Presiden Israel, Reuven Rivlin pada 23 Maret daripada bertemu langsung secara formal untuk memperkenalkan diri karena pembatasan pertemuan tatap muka, kata para pejabat.
Du Wei bertugas di Kementerian Luar Negeri China selama lebih dari 30 tahun, menurut biografinya di situs web Kementerian Luar Negeri China. Tugas pertamanya sebagai Dubes yaitu di Ukraina dari 2016 sampai 2019.
Penugasannya di Israel di saat terjadinya dinamika peningkatan ketegangan yang memunculkan friksi antara Israel dan China. China meningkatkan investasinya di Israel dalam beberapa tahun terakhir, terlibat dalam ratusan perusahaan teknologi start up dan perusahaan pengolahan susu Tnuva.
Namun Israel menyalahkan Washington karena mengizinkan perusahaan-perusahaan China melakukan investasi besar dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di lokasi-lokasi sensitif.
Sebuah perusahaan yang kepemilikan mayoritasnya adalah pemerintah China telah menandatangani kontrak 25 tahun untuk mengelola pelabuhan dagang komersial di Haifa, mulai 2021. Sementara itu di dekat pangkalan udara Israel, Palmachim, perusahaan berbasis di Hong Kong, Hutchison Water International, menjadi finalis untuk membangun pabrik desalinasi atau penyulingan yang Israel sebut akan menjadi yang terbesar di dunia.
Pemerintahan Donald Trump berulang kali memperingatkan pejabat Israel kerjasama intelijen antara kedua sekutu dekat itu bisa terganggu dengan investasi China.
Pada April, Dubes Du Wei dalam wawancaranya dengan koran Israel, Makor Rishon bersikeras China adalah negara yang bertanggung jawab dan terpercaya.
"Investasi China tak memiliki agenda geopolitik, tak ada keterkaitan politis, dan tak mengancam keamanan nasional Israel," jelasnya
Du Wei juga membandingkan nasib China terkait penanganan pandemi virus corona dengan sejarah penganiayaan Yahudi.
"Dalam sejarah, hal itu sering terjadi ketika penyebab penyakit secara keliru yang disalahkan sekelompok orang tertentu, yang mana itu tercela dan harus dikecam. Penyakit adalah musuh semua umat manusia, dan dunia harus melawannya bersama-sama," jelasnya dalam koran tersebut.
Persoalan itu mengemuka lagi selama kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo ke Israel pekan lalu, ketika dia mengulang tudingannya bahwa China menutupi informasi terkait virus corona yang sebenarnya bisa menolong negara lainnya untuk menyelamatkan nyawa warganya.
Juru bicara Kedutaan Besar China, Wang Yongjun merespons dalam sebuah artikel opini di The Jerusalem Post di mana dia menyebut pernyataan Pompeo itu absurd dan menyinggung kembali perbandingannya dengan anti-Semit.
Sejarah "menunjukkan pandemi disertai dengan konspirasi dan mentalitas gelap mencari kambing hitam," tulis Wang Yongjun.
"Sahabat Yahudi sangat paham hal itu."
(mond/merdeka)
Dubes Du Wei (57) ditemukan tewas di tempat tidurnya di Herzliya oleh pegawai kedutaan. Polisi Israel tak menemukan ada kejanggalan terkait penyebab kematian Du Wei, kata para pejabat, dan temuan awal, pemerintah China menyebut kematian tersebut karena masalah kesehatan. Demikian dilansir dari The New York Times, Senin (18/5).
Penyelidik termasuk Chen Kugel, Kepala Pusat Kedokteran Forensik Nasional - menolak berkomentar saat mereka meninggalkan kediaman Dubes Du. Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan, istri dan putra Du Wei tak ada di Israel saat itu.
Dubes Du tiba di Israel pada 15 Februari dan melakukan karantina mandiri dua pekan karena pandemi virus corona sebelum bertemu dengan pejabat Kementerian Luar Negeri Israel pada 3 Maret.
Dia mengirim surat tugas diplomatiknya kepada Presiden Israel, Reuven Rivlin pada 23 Maret daripada bertemu langsung secara formal untuk memperkenalkan diri karena pembatasan pertemuan tatap muka, kata para pejabat.
Du Wei bertugas di Kementerian Luar Negeri China selama lebih dari 30 tahun, menurut biografinya di situs web Kementerian Luar Negeri China. Tugas pertamanya sebagai Dubes yaitu di Ukraina dari 2016 sampai 2019.
Penugasannya di Israel di saat terjadinya dinamika peningkatan ketegangan yang memunculkan friksi antara Israel dan China. China meningkatkan investasinya di Israel dalam beberapa tahun terakhir, terlibat dalam ratusan perusahaan teknologi start up dan perusahaan pengolahan susu Tnuva.
Namun Israel menyalahkan Washington karena mengizinkan perusahaan-perusahaan China melakukan investasi besar dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di lokasi-lokasi sensitif.
Sebuah perusahaan yang kepemilikan mayoritasnya adalah pemerintah China telah menandatangani kontrak 25 tahun untuk mengelola pelabuhan dagang komersial di Haifa, mulai 2021. Sementara itu di dekat pangkalan udara Israel, Palmachim, perusahaan berbasis di Hong Kong, Hutchison Water International, menjadi finalis untuk membangun pabrik desalinasi atau penyulingan yang Israel sebut akan menjadi yang terbesar di dunia.
Pemerintahan Donald Trump berulang kali memperingatkan pejabat Israel kerjasama intelijen antara kedua sekutu dekat itu bisa terganggu dengan investasi China.
Pada April, Dubes Du Wei dalam wawancaranya dengan koran Israel, Makor Rishon bersikeras China adalah negara yang bertanggung jawab dan terpercaya.
"Investasi China tak memiliki agenda geopolitik, tak ada keterkaitan politis, dan tak mengancam keamanan nasional Israel," jelasnya
Du Wei juga membandingkan nasib China terkait penanganan pandemi virus corona dengan sejarah penganiayaan Yahudi.
"Dalam sejarah, hal itu sering terjadi ketika penyebab penyakit secara keliru yang disalahkan sekelompok orang tertentu, yang mana itu tercela dan harus dikecam. Penyakit adalah musuh semua umat manusia, dan dunia harus melawannya bersama-sama," jelasnya dalam koran tersebut.
Persoalan itu mengemuka lagi selama kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo ke Israel pekan lalu, ketika dia mengulang tudingannya bahwa China menutupi informasi terkait virus corona yang sebenarnya bisa menolong negara lainnya untuk menyelamatkan nyawa warganya.
Juru bicara Kedutaan Besar China, Wang Yongjun merespons dalam sebuah artikel opini di The Jerusalem Post di mana dia menyebut pernyataan Pompeo itu absurd dan menyinggung kembali perbandingannya dengan anti-Semit.
Sejarah "menunjukkan pandemi disertai dengan konspirasi dan mentalitas gelap mencari kambing hitam," tulis Wang Yongjun.
"Sahabat Yahudi sangat paham hal itu."
(mond/merdeka)