Helmi Moeslim, Berbagi Itu Tidak Harus Promosi dan Pencitraan
D'On, Padang (Sumbar),- Mewabahnya virus covid19, merusak sendi kehidupan. Lockdown dan PSBB, makin menambah penderitaan. Masyarakat miskin makin terhimpit, warga makin menjerit akibat kehilangan usaha dan mata pencaharian. Bantuan pun mengalir deras, diembeli embeli pencitraan. Sembako berbungkus gambar partai. Kardus berbalut poto dan imsakiyah menyertai bantuan yang diberikan kepada masyarakat.
Datang bergerombolan disertai wartawan. Publikasi besar besaran sembari menyerahkan bantuan menghiasi media sosial, media online, media cetak dan media elekronik. Seakan bantuan yang diberikan kepada masyarakat, partai sangat peduli, anggota dewan ikut berpartisipasi dan relawan ikut mempromosikan bantuan.
Lain yang dilakukan Helmi Moeslim, anggota DPRD Kota Padang dari Partai Berkarya. Ditengah mewabahnya Covid19, ia menunjukkan kepedulian yang tinggi ditengah masyarakat. Ia datang sendirian menemui warga memberikan bantuan. Melewati persawahan, kuburan, ia mengangkat sendiri sembako yang dibagikan. Tak ada tanda gambar partai, tak ada identitas diri dalam setiap sembako yang dibagikan.
Tenaga medis pejuang ditengah virus covid19 juga jadi perhatian."Tenaga medis juga butuh uluran tangan kita semua. Mari kita seayun selangkah, sapijak sapangana, tanpa harus mencampur adukan bantuan dan politik. Lakukanlah kebaikan, mumpung masih Bulan Ramadhan," hanya itu yang terucap dari bibirnya.
Helmi Moeslim, merasakan penderitaan warga yang diterpa virus covid19. Mereka butuh uluran tangan kita, seperti kita membutuhkan masyarakat saat pesta demokrasi." Sekarang saatnya kita memberikan bantuan, ditengah penderitaan yang dialami masyarakat akibat mewabahnya virus corona," katanya.
Ia juga mengatakan, yang dibutuhkan sekarang ini, ketulusan kita membantu masyarakat yang sedang kesusahan. Bukan, memanfaatkan pencitraan dan politik dalam memberikan bantuan."Siapa lagi yang akan membantu warga kita yang kesusahan, kalau tidak kita sendiri," kata Helmi Moeslim yang akrab dipanggil Ai.
Mantan politisi Golkar ini, juga mengatakan, ia memang tak ingin apa yang dilakukan harus dipromosikan, apalagi pencitraan. Biar saja masyarakat yang menilai ketulusan bantuan yang diberikan." Masyarakat tak bodoh, mana yang tulus memberi mana yang berbau pencitraan. Yang penting niat kita dalam memberikan bantuan," katanya.
(Nov/mond)
Datang bergerombolan disertai wartawan. Publikasi besar besaran sembari menyerahkan bantuan menghiasi media sosial, media online, media cetak dan media elekronik. Seakan bantuan yang diberikan kepada masyarakat, partai sangat peduli, anggota dewan ikut berpartisipasi dan relawan ikut mempromosikan bantuan.
Lain yang dilakukan Helmi Moeslim, anggota DPRD Kota Padang dari Partai Berkarya. Ditengah mewabahnya Covid19, ia menunjukkan kepedulian yang tinggi ditengah masyarakat. Ia datang sendirian menemui warga memberikan bantuan. Melewati persawahan, kuburan, ia mengangkat sendiri sembako yang dibagikan. Tak ada tanda gambar partai, tak ada identitas diri dalam setiap sembako yang dibagikan.
Tenaga medis pejuang ditengah virus covid19 juga jadi perhatian."Tenaga medis juga butuh uluran tangan kita semua. Mari kita seayun selangkah, sapijak sapangana, tanpa harus mencampur adukan bantuan dan politik. Lakukanlah kebaikan, mumpung masih Bulan Ramadhan," hanya itu yang terucap dari bibirnya.
Helmi Moeslim, merasakan penderitaan warga yang diterpa virus covid19. Mereka butuh uluran tangan kita, seperti kita membutuhkan masyarakat saat pesta demokrasi." Sekarang saatnya kita memberikan bantuan, ditengah penderitaan yang dialami masyarakat akibat mewabahnya virus corona," katanya.
Ia juga mengatakan, yang dibutuhkan sekarang ini, ketulusan kita membantu masyarakat yang sedang kesusahan. Bukan, memanfaatkan pencitraan dan politik dalam memberikan bantuan."Siapa lagi yang akan membantu warga kita yang kesusahan, kalau tidak kita sendiri," kata Helmi Moeslim yang akrab dipanggil Ai.
Mantan politisi Golkar ini, juga mengatakan, ia memang tak ingin apa yang dilakukan harus dipromosikan, apalagi pencitraan. Biar saja masyarakat yang menilai ketulusan bantuan yang diberikan." Masyarakat tak bodoh, mana yang tulus memberi mana yang berbau pencitraan. Yang penting niat kita dalam memberikan bantuan," katanya.
(Nov/mond)