Rakyat AS Beri Julukan "Si Raja Utang" Kepada Presiden Donald Trump
D'On, Washington (AS),- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendapat julukan baru, "Raja Utang."
Julukan itu ditujukan kepada Trump karena pemerintahan yang dipimpinannya melakukan pinjaman atau utang secara agresif.
Bukannya mengurangi defisit, ketika perekonomian AS kuat, Trump malah menumpuk lebih banyak utang untuk membayar besar-besaran insentif pajak dan lonjakan biaya pengeluaran.
Itu berarti, Amerika Serikat sedang memasuki krisis dalam kondisi keuangan yang sulit.
Tercatat rasio utang terhadap Gross Domestic Product(GDP)/Produk Domestik Bruto (PDB) AS hampir 80 persen.
Bahkan sebelum pandemi virus corona atau Covid-19 melanda.
Rasio ini dua kali lebih tinggi dari rata-rata historis.
Sekarang, utang nasional AS meledak karena Washington sedang dipaksa untuk menyelamatkan perekonomian AS dari kejutan terbesar yang pernah ada.
Departemen Keuangan AS mengatakan minggu ini akan meminjam 3 triiun dolar AS atau setara Rp 45 kuadriliun lebih pada kuartal ini saja.
Jumlah itu hampir enam kali dari rekor utang AS sebelumnya pada 2008 lalu.
Adapun sepanjang tahun 2019, Negeri Paman Sam tersebut menarik utang sebesar 1,28 triliun dollar AS.
Secara total, kini utang pemerintah AS hampir mencapai 25 triliun dollar AS atau setara sekira Rp 377 kuadtriliun
Meskipun sudah tinggi, mereka menilai sekarang bukan waktunya untuk mengurangi pinjaman.
Ekonom sepakat Amerika Serikat harus terus melakukan pinjaman untuk mencegah depresi ekonomi yang lebih buruk lagi.
Jika tidak, maka tidak akan dapat membayar utang setelah krisis pandemi Covid-19 berakhir nanti.
Bahkan pengawas defisit mendesak Negeri Paman Sam itu untuk tetap meminjam.
Tentu saja, akan ada konsekuensi jangka panjang atas menggunungnya utang tersebut.
Karena tingkat bunga akan lebih tinggi, begitu juga inflasi akan tinggi dan kemungkinan pajak akan lebih tinggi.
Tapi untuk saat ini, fokusnya adalah menjaga bisnis di Amerika tetap bertahan.
Pada Maret lalu, Kongres meloloskan paket stimulus sebesar2,3 triliun AS, terbesar dalam sejarah.
Kantor Anggaran Kongres AS bulan lalu memperkirakan defisit anggaran akan mencapai 3,7 triliun dollar AS tahun ini, atau naik dari 1 triliun AS pada 2019 lalu. Sementara utang nasional melonjak di atas 100 persen dari PDB.
Kemungkinan besar masih akan ada paket stimulus laini akan diterapkan pemerintah AS, jumlahnya sekitar 2 triliun dolas AS, pada akhir tahun ini.
Paket stimulus ini bertujuan untuk membantu pemerintah negara bagian dan pemerintah daerah yang babak belur oleh krisis.
Semua ini akan membuat utang AS semakin menggunung.
Tapi pemerintah AS meyakini tidak ada pilihan lain yang layak untuk mencegah krisis terjadi.
Sebelumnya diberitakan paket stimulus teranyar yang dirilis pemerintah AS untuk penanganan dan penyelamatan ekonomi dari virus corona setara sekira 14 persen dari produk domestik bruto (PDB) AS.
(CNN/BBC)