China dan Rusia Gunakan Hak Veto, Bantuan Kemanusiaan ke Suriah Terhambat
D'On, Suriah,- Kondisi kehidupan di Suriah sampai titik yang sangat mengenaskan saat ini.
Sebelum ada virus Corona, kehidupan di Suriah sendiri sudah sangat sulit.
Kini, ditambah dengan beban pandemi, penentu hidup-mati jutaan warga sipil Suriah hanya berasal dari bantuan kemanusiaan yang dikirimkan oleh Turki.
Tidak hanya itu, sebagian besar warga sipil Suriah sedang bertahan di wilayah barat laut yang dipenuhi pasukan pemberontak.
Mengetahui hal itu, PBB melakukan pertemuan dewan keamanan mereka dengan seluruh anggota tetap dan tidak tetapnya untuk menuntaskan permasalahan di Suriah.
Dewan keamanan PBB pertama kali berikan izin bantuan lintas batas ke Suriah enam tahun lalu dengan beberapa akses, termasuk dari Yordania dan Irak.
Jerman dan Belgia adalah dua anggota tidak tetap dewan keamanan PBB yang bertanggung jawab dalam isu kemanusiaan di Suriah.
Dua negara ini terus berupaya agar jalur bantuan kembali dipecah untuk memudahkan distribusi.
Pertemuan pada hari Jumat (10/7) kemarin mengusahakan agar bantuan kemanusiaan dikirimkan melalui dua jalur perbatasan ke Suriah dari Turki selama enam bulan.
Namun dalam pertemuan kemarin, justru belum didapat hasil apa-apa.
15 anggota yang hadir memang memiliki suara yang berbeda.
China dan Rusia, yang merupakan sekutu Suriah, harus melawan 13 anggota lainnya.
Ketiga belas anggota tadi memilih untuk menyetujui rancangan resolusi yang disusun oleh Jerman-Belgia yang ingin membagi jalur distribusi menjadi dua dan pengiriman dilakukan selama 6 bulan.
Sementara China dan Rusia menghendaki hanya ada satu jalur khusus tapi pengiriman bantuan bisa dilakukan selama satu tahun penuh.
Ini adalah pemungutan suara ketiga yang gagal membuahkan hasil.
Ini juga kali kedua bagi China dan Rusia menggunakan hak veto dalam satu minggu terakhir.
Setelah pemungutan suara selesai, pihak Rusia menolak tuduhan bahwa mereka berusaha menghambat arus distribusi bantuan kemanusiaan.
"Kami dengan tegas menolak klaim bahwa Rusia ingin menghentikan pengiriman kemanusiaan kepada penduduk Suriah yang membutuhkan," tulis Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy lewat akun Twitter pribadinya.
Namun dampak paling parah dengan belum adanya kesepakatan adalah nasib para penduduk Suriah.
Dengan belum adanya kesepakatan yang dihasilkan dalam pemungutan suara Jumat kemarin, maka tidak akan ada bantuan yang melintasi perbatasan untuk sementara waktu.
(IOC/mond)
Sebelum ada virus Corona, kehidupan di Suriah sendiri sudah sangat sulit.
Kini, ditambah dengan beban pandemi, penentu hidup-mati jutaan warga sipil Suriah hanya berasal dari bantuan kemanusiaan yang dikirimkan oleh Turki.
Tidak hanya itu, sebagian besar warga sipil Suriah sedang bertahan di wilayah barat laut yang dipenuhi pasukan pemberontak.
Mengetahui hal itu, PBB melakukan pertemuan dewan keamanan mereka dengan seluruh anggota tetap dan tidak tetapnya untuk menuntaskan permasalahan di Suriah.
Dewan keamanan PBB pertama kali berikan izin bantuan lintas batas ke Suriah enam tahun lalu dengan beberapa akses, termasuk dari Yordania dan Irak.
Jerman dan Belgia adalah dua anggota tidak tetap dewan keamanan PBB yang bertanggung jawab dalam isu kemanusiaan di Suriah.
Dua negara ini terus berupaya agar jalur bantuan kembali dipecah untuk memudahkan distribusi.
Pertemuan pada hari Jumat (10/7) kemarin mengusahakan agar bantuan kemanusiaan dikirimkan melalui dua jalur perbatasan ke Suriah dari Turki selama enam bulan.
Namun dalam pertemuan kemarin, justru belum didapat hasil apa-apa.
15 anggota yang hadir memang memiliki suara yang berbeda.
China dan Rusia, yang merupakan sekutu Suriah, harus melawan 13 anggota lainnya.
Ketiga belas anggota tadi memilih untuk menyetujui rancangan resolusi yang disusun oleh Jerman-Belgia yang ingin membagi jalur distribusi menjadi dua dan pengiriman dilakukan selama 6 bulan.
Sementara China dan Rusia menghendaki hanya ada satu jalur khusus tapi pengiriman bantuan bisa dilakukan selama satu tahun penuh.
Ini adalah pemungutan suara ketiga yang gagal membuahkan hasil.
Ini juga kali kedua bagi China dan Rusia menggunakan hak veto dalam satu minggu terakhir.
Setelah pemungutan suara selesai, pihak Rusia menolak tuduhan bahwa mereka berusaha menghambat arus distribusi bantuan kemanusiaan.
"Kami dengan tegas menolak klaim bahwa Rusia ingin menghentikan pengiriman kemanusiaan kepada penduduk Suriah yang membutuhkan," tulis Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy lewat akun Twitter pribadinya.
Namun dampak paling parah dengan belum adanya kesepakatan adalah nasib para penduduk Suriah.
Dengan belum adanya kesepakatan yang dihasilkan dalam pemungutan suara Jumat kemarin, maka tidak akan ada bantuan yang melintasi perbatasan untuk sementara waktu.
(IOC/mond)