Ditangkap! Para Goweser "Seksi" di Banda Aceh Akhirnya Minta Maaf
D'On, Banda Aceh (Aceh),- Sembilan goweser wanita dan seorang pria akhirnya membuat video klarifikasi dan meminta maaf kepada masyarakat Aceh, khususnya warga Kota Banda Aceh terkait aksi mereka yang sempat viral di media sosial.
Seperti diketahui sebelumnya, sejumlah pesepeda yang didominasi kaum hawa tampak bersepeda di kawasan Ulee Lheue, Kota Banda Aceh, pada Minggu (5/7) lalu. Aksi para goweser ini mendapat perhatian publik bukan karena kegiatan olahraga mereka, namun lebih kepada pakaian yang mereka kenakan.
Sebagian goweser wanita tampak tidak mengenakan hijab dan bahkan mengenakan pakaian ketat. Pilihan busana ini dianggap tidak sesuai dengan qanun syariat Islam yang berlaku di Aceh.
1. Para goweser wanita dan seorang pria sempat diamankan oleh pihak Satpol PP dan WH Kota Banda Aceh
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah (WH) Kota Banda Aceh, Muhammad Hiadayat mengatakan, usai viralnya para goweser wanita yang berbusana tidak sesuai syariat Islam, pihaknya mendapat instruksi dari wali kota Banda Aceh untuk menindaklanjuti kasus tersebut.
“Seperti yang sudah viral tersebut, sesuai intruksi dari wali kota yang kemudian kita tindaklanjuti dan sudah kita amankan kesepuluhnya,” kata Hidayat, Selasa (7/7).
Usai diamankan di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Kota Banda Aceh, sepuluh goweser tersebut lalu dimintai keterangan oleh petugas terkait alasan mereka tidak mengenakan jilbab dan berbusana sesuai syariat.
“Kita sudah membuat berita acara dan meminta klarifikasi apa yang menjadi latar belakang mereka tidak menggunakan hijab serta berpakaian sesuai tuntunan syariat Islam,” ujarnya.
2. Para goweser yang viral mengaku bersalah dan meminta maaf atas tindakan mereka
Berdasarkan keterangan yang diberikan, para goweser tersebut mengaku bersalah dan meminta maaf kepada masyarakat atas tindakan mereka yang dianggap bertentangan dengan penerapan syariat Islam di Aceh, khususnya Kota Banda Aceh.
“Mereka telah kita panggil dan mereka mengaku bersalah. Mereka juga sudah meminta maaf kepada wali kota maupun masyarakat Kota Banda Aceh dan Aceh secara umumnya,” ungkap Hidayat.
3. Hanya dilakukan pembinaan, jika terulang maka besar kemungkinan akan dicambuk
Hidayat menyampaikan, belum ada tindakan tegas dalam kasus ini. Pihaknya masih hanya memberikan peringatan serta pembinaan kepada goweser wanita yang tidak menggunakan jilbab serta berpakaian ketat saat berolahraga sepeda. Setelah menyatakan permintaan maaf dan berjanji tidak mengulangi, para goweser terset diperbolehkan pulang.
“Mereka kita lakukan pembinaan, karena memang sesuai dengan Qanun Nomor 11 tahun 2002 itu tentang Pelaksanaan Syariat Islam, ibadah, akidah, dan syiar Islam itu terhadap yang tidak menggunakan jilbab bagi kaum muslimin mereka akan dilakukan pembinaan. Serta membuat surat pernyataan bahwa tidak akan mengulanginya lagi kesalahannya,” jelasnya.
“Kalau memang nanti terulang lagi bisa kita lakukan penindakan mungkin dengan (sanksi) yang lebih keras lagi, misalnya dengan cambuk. Dalam kasus ini kita masih melakukan pembinaan sesuai qanun,” imbuh Hidayat.
4. Goweser yang viral bukan komunitas sepeda di Aceh
Dalam unggahan video serta foto yang tersebar di media sosial, para goweser wanita tampak kompak mengenakan celana hitam (black) dan memakai baju berwarna merah muda (pink).
Meskipun demikian, dari pengakuan yang diberikan, mereka bukanlah sebuah komunitas sepeda, melainkan hanya warga yang ingin berolahraga di akhir pekan.
“Mereka kemarin itu (mengaku) baru pertama sekali. Bukan komunitas gowes. Jadi jangan sampai merusak komunitas gowes itu. Mereka gowes untuk pertama kali sekedar happy-happy (senang-senang), namun disayangkan tidak mengindahkan syariat Islam,” kata Hidayat.
5. Tidak semua berasal dari Kota Banda Aceh
Sehubungan dengan itu, terkait identitas para pesepeda yang sempat viral tersebut, kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Kota Banda Aceh menyebutkan bahwa mereka bukanlah warga Kota Banda Aceh seluruhnya.
“Kalau berdasarkan identitaskan, ada empat orang yang warga Banda Aceh, tetapi setelah kita tanya lebih detail mereka juga pendatang. Selebihnya adalah dari luar (Banda Aceh),” ungkap Hidayat.
(mond/IDN)