Marah Istrinya Dihina, Kim Jong Un Ledakan Kantor Penghubung ke Korea Selatan
D'On, Korea Utara,- Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un dikabarkan memerintahkan agar kantor penghubung dengan Korea Selatan diledakkan. Ia geram setelah istrinya dicitrakan dengan kotor dan menghina dalam selebaran propaganda anti-Pyongyang yang didalangi Korea Selatan.
Dilansir dari Daily Star, Korea Utara awalnya mengancam akan menutup kantor penghubung antar-Korea dan proyek-proyek lainnya jika Selatan gagal menghentikan pembelot Utara mengirim selebaran dan materi lainnya ke negara itu. Namun, kantor penghubung gabungan itu tetap diledakkannya pekan lalu. Bahkan, Kim mengancam akan menjatuhkan tindakan militer atas pembelot di Selatan yang mengirim selebaran anti-Utara melintasi perbatasan.
Ledakan itu terdengar sebelum asap membumbung dari kompleks industri gabungan di Kota Kaesong. Kawasan yang berada di wilayah Utara ini dibuka pada 2018 untuk membantu kedua Korea berkomunikasi.
Selebaran yang dibawa melalui perbatasan dengan balon merupakan taktik propaganda yang telah digunakan kedua negara itu sejak Perang Korea. Utara telah bertekad akan menerbangkan 12 juta selebaran propaganda melintasi perbatasan ke Selatan sebagai pembalasan.
Peluncuran terbaru selebaran itu dilakukan pada 31 Mei. Di dalamnya, terdapat citra provokatif Ibu Negara Ri Sol-ju yang memicu kemarahan serius di Pyongyang. Hal ini dikatakan oleh Duta Besar Rusia untuk Korea Utara Alexander Matsegora. Rusia merupakan sekutu utama Korea Utara dan Matsegora adalah salah satu duta besar terlama di Pyongyang.
"Selebaran itu berisi propaganda kotor dan menghina yang ditujukan khusus untuk pasangan pemimpin itu," ungkap Matsegora kepada kantor berita Rusia, TASS, pada Senin (29/6).
Menurut Matsegora, foto mereka diedit dengan cara rendahan dan dijuluki 'jerami terakhir' yang bermakna kemalangan terakhir setelah datang bertubi-tubi hingga akhirnya tak tertahankan lagi.
Kantor penghubung di Kaesong diledakkan pada 16 Juni, beberapa hari setelah adik Kim Jong-un, Kim Yo-jong memperingatkan bangunan yang disebutnya tak berguna itu akan benar-benar runtuh. Sehari setelah peledakan itu, Pyongyang mengumumkan akan melanjutkan latihan militer, meningkatkan kesiagaan di kota-kota perbatasan, dan membangun kembali pos penjagaan. Tindakan itu merupakan yang paling provokatif di semenanjung sejak Korea Utara menandatangani perjanjian dengan Selatan untuk menurunkan ketegangan di tahun 2018.
(mond/The Daily Star)
Dilansir dari Daily Star, Korea Utara awalnya mengancam akan menutup kantor penghubung antar-Korea dan proyek-proyek lainnya jika Selatan gagal menghentikan pembelot Utara mengirim selebaran dan materi lainnya ke negara itu. Namun, kantor penghubung gabungan itu tetap diledakkannya pekan lalu. Bahkan, Kim mengancam akan menjatuhkan tindakan militer atas pembelot di Selatan yang mengirim selebaran anti-Utara melintasi perbatasan.
Ledakan itu terdengar sebelum asap membumbung dari kompleks industri gabungan di Kota Kaesong. Kawasan yang berada di wilayah Utara ini dibuka pada 2018 untuk membantu kedua Korea berkomunikasi.
Selebaran yang dibawa melalui perbatasan dengan balon merupakan taktik propaganda yang telah digunakan kedua negara itu sejak Perang Korea. Utara telah bertekad akan menerbangkan 12 juta selebaran propaganda melintasi perbatasan ke Selatan sebagai pembalasan.
Peluncuran terbaru selebaran itu dilakukan pada 31 Mei. Di dalamnya, terdapat citra provokatif Ibu Negara Ri Sol-ju yang memicu kemarahan serius di Pyongyang. Hal ini dikatakan oleh Duta Besar Rusia untuk Korea Utara Alexander Matsegora. Rusia merupakan sekutu utama Korea Utara dan Matsegora adalah salah satu duta besar terlama di Pyongyang.
"Selebaran itu berisi propaganda kotor dan menghina yang ditujukan khusus untuk pasangan pemimpin itu," ungkap Matsegora kepada kantor berita Rusia, TASS, pada Senin (29/6).
Menurut Matsegora, foto mereka diedit dengan cara rendahan dan dijuluki 'jerami terakhir' yang bermakna kemalangan terakhir setelah datang bertubi-tubi hingga akhirnya tak tertahankan lagi.
Kantor penghubung di Kaesong diledakkan pada 16 Juni, beberapa hari setelah adik Kim Jong-un, Kim Yo-jong memperingatkan bangunan yang disebutnya tak berguna itu akan benar-benar runtuh. Sehari setelah peledakan itu, Pyongyang mengumumkan akan melanjutkan latihan militer, meningkatkan kesiagaan di kota-kota perbatasan, dan membangun kembali pos penjagaan. Tindakan itu merupakan yang paling provokatif di semenanjung sejak Korea Utara menandatangani perjanjian dengan Selatan untuk menurunkan ketegangan di tahun 2018.
(mond/The Daily Star)