Buntut Tewasnya Hendri Usai Ditangkap, DPR Ingatkan Tugas Polisi Mengayomi Masyarakat
D'On, Jakarta,- DPR ikut menyoroti kematian Hendri Alfred Bakari (38). Hendri tewas dengan wajah dibungkus plastik usai ditangkap polisi dua hari karena diduga terlibat kasus narkoba.
Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil mendesak Kapolda Kepri segera mengusut tuntas kematian yang menimbulkan pertanyaan di masyarakat.
"Karena itu Kapolda Kepri kita minta segera mengusut tuntas kematian Hendri. Serta pengawasan dan pembinaan dari atasan langsung sangat dibutuhkan," kata Nasir dilasir dari merdeka.com, Selasa (11/8).
Nasir menilai, sudah seharusnya kekerasan verbal dan fisik kepada orang yang ditangkap haruslah ditinggalkan. Sekali pun tanpa pengawasan CCTV dalam mengawasi kinerja polisi.
"Tanpa CCTV pun, kekerasan verbal dan fisik kepada orang yang ditangkap wajib dijauhi. Sebab doktrin asasi prajurit polisi itu adalah melayani, mengayomi, dan melindungi," ujar Nasir.
Sebelumnya, Kompolnas usul ruang pemeriksaan atau interogasi polisi dilengkapi dengan CCTV. Hal ini untuk menghindari adanya kekerasan dalam proses penyelidikan dan penyidikan polisi.
"Saya berharap selain dilengkapi body camera, semua tindakan tersebut seharusnya direkam dengan video camera. Ketika diperiksa juga harus ada CCTV, video camera dan recorder untuk memastikan bahwa proses penyidikan berjalan sesuai hukum dan menghormati hak asasi manusia," kata Anggota Kompolnas, Poengky.
Termasuk di sel tahanan, kata dia, wajib turut disertakan CCTV agar melindungi tahanan dari tindakan bullying sesama tahanan, penyiksaan dari oknum polisi, atau tahanan melarikan diri maupun bunuh diri.
Namun Nasir punya pandangan lain. Politikus PKS ini menilai, peningkatan fasilitas pengawasan memakai CCTV hanyalah sekadar alat bantu. Oleh karena itu, lebih baik institusi Polri memberikan pemahaman dan menanamkan kepada seluruh anggotanya atas peran dan fungsi polisi yang tetap mengayomi.
"CCTV itu kan alat bantu agar ada pengawasan. Tapi CCTV kan bisa juga dipreteli. Karena itu tanamkan CCTV di dalam jiwa dan perilaku saat bertugas dan menangkap penjahat," tuturnya.
Kronologi Tewasnya Hendri
Diberitakan sebelumnya, Mega Selviana Bakari yang merupakan keluarga korban menjelaskan, awal sebelum Hendri meninggal dunia. Ia sempat dijemput oleh aparat kepolisian di Kerambah Ikan-nya pada Kamis (6/8) sekitar pukul 15.00 Wib.
"Setelah dijemput, pihak keluarga tidak mengetahui pasti siapa petugas kepolisian yang menjemput. Karena tidak ada surat penahanan, singkat cerita malam itu kami tidak tahu dimana keberadaan abang saya," kata Mega dalam keterangannya, Senin (10/8).
Sehari kemudian, rumah Hendri pun dilakukan penggeledahan untuk mencari barang bukti terkait kasus yang menjerat dirinya.
"Selanjutnya pada tanggal 7 Agustus sekitar pukul 17.00 Wib-01.00 Wib ada penggeledahan di rumah abang saya untuk mencari barang bukti, namun tidak ditemukan. Kemudian abang saya dibawa kembali oleh petugas kepolisian yang memperkenalkan bahwa mereka dari Polresta Barelang Batam," ujarnya.
Saat itu, ia mengaku jika Hendri yang merupakan kakaknya tersebut masih terlihat baik-baik saja dan masih sempat melambaikan tangan kepada ibu mereka.
"Lalu, seharian itu kami tidak tahu kabar abang saya. Selanjutnya, keesokan hari-nya tepat pada tanggal 8 Agustus sekitar pukul 13.00 Wib dan petugas kepolisian datang kerumah abang saya untuk menjemput istri dari abang saya dengan alasan bahwa abang saya bisa dijumpai," jelasnya.
Lantas, istri dan paman Hendri serta kakak kandung dari Mega pun berangkat menuju Polresta Barelang. Sesampainya disana, mereka pun diberi kabar jika Hendri sudah meninggal dunia.
"Selanjutnya istri abang saya bersama paman dan kakak kandung saya berangkat menuju Polresta Barelang, setelah menunggu lama istri dan paman saya dipersilakan masuk ke ruangan Kanit Reskrim-nya. Di sana beliau mengabarkan bahwa abang saya sudah meninggal dunia," ucapnya.
"Dari surat kematian yang saya terima bahwa beliau meninggal pada pukul 07.13 Wib. Tapi, kejanggalan yang kami terima kenapa kami diberitakan untuk menjenguk abang saya. Meninggal pagi, tapi pihak keluarga mengetahui siang hari," sambungnya.
Mengetahui kabar tersebut, ia pun langsung mendatangi salah satu rumah sakit tempat abangnya tersebut berada.
"Kami datang ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan kepala Abang saya di wrapping, ada apa? Kenapa? Badan Abang saya memar-memar. Saya berharap adanya Keadilan di Negeri. Tidak perduli apa yang abang saya lakukan, jika salah semua ada jalur hukum-nya. Pergi dengan keadaan sehat, lalu di beritakan bahwa abang saya meninggal dunia," ungkapnya.
Jawaban Polisi
Sementara itu, Kabid Humas Polda Kepulaun Riau Kombes Harry Goldenhart Santoso mengatakan, hasil autopsi Hendri langsung diserahkan ke Polresta Barelang.
"Kalau untuk masalah hasil visum autopsi silakan ke dokter yang memberikan autopsi ya. Karena kita serahkan ke Polresta yang menjawab," ujar Harry dinukil dari merdeka.com.
Lalu, terkait wajah Hendri yang ditutup dengan plastik tersebut. Ia mengaku, tak tahu terkait hal itu.
"Enggak tahu saya, itukan prosedurnya, kan yang bersangkutan itu dibawa ke rumah sakit dalam kondisi sesak nafas, karena memiliki asma dan ditangani oleh rumah sakit," ujarnya.
"(Jadi dari rumah sakit diplastik) Iya, silakan konfirmasi ke rumah sakit agar lebih jelas," tutupnya.
(mdk/rnd/mond)