Putra DN Aidit geram Gatot berkoar soal PKI: Mudah dibaca siapa di belakangnya
D'On, Jakarta,- Gatot Nurmantyo sedang gencar mewanti-wanti soal kebangkitan Partai Komunis Indonesia atau PKI. Lebih lanjut, Gatot juga mengaku dicopot dari jabatan Panglima TNI gegara menginstruksikan jajarannya untuk menonton kembali film Pengkhianatan G30S PKI.
Pernyataan Gatot Nurmantyo soal PKI mendapat perhatian dari Ilham Aidit, putra keempat mendiang Ketua CC PKI DN Aidit. Ilham mengaku enggak heran kalau isu kebangkitan PKI masih dikedepankan sampai sekarang.
Ilham Aidit menilai, isu kebangkitan PKI selalu dikoar-koarkan oleh pihak tertentu setiap tahunnya, khususnya ketika memasuki bulan September.Bagi mereka, hal ini tidak akan reda.
“Bayangkan sekarang sudah lebih dari 50 tahun itu dibangkit-bangkitkan lagi dan sebagainya. Memang tahun-tahun yang tidak pernah berakhir, buat kami-kami ini tahu bahwa ini enggak akan berakhir. Mungkin reda sedikit karena ada isu lain, tapi kemudian nanti akan muncul lagi, muncul lagi,” kata Ilham Aidit, dikutip dari Suara.com, Jumat, 25 September 2020.
Propaganda PKI melalui film
Ilham Aidit berpandangan propaganda rezim orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto meninggalkan dampak yang luar biasa. Salah satu propaganda yang dijalankan adalah melalui film dokudrama berjudul “Pengkhianatan G30SPKI” karya Arifin C Noer. Film itu wajib ditonton bagi siswa-siswi di bangku sekolah.
Di mana ketika itu, film Pengkhianatan G30SPKI pada era 80-an hingga 90-an, jadi cara bagi Presiden Soeharto memberikan penjelasan tentang tragedi 65 versinya sendiri. Film tersebut disponsori pemerintah orba dengan anggaran Rp800 juta.
Menurutnya, film itu berhasil. “Sehingga ada satu setengah generasi lah kira-kira yang berhasil didoktrinasi atau dipaparkan soal beginian. Itu perlu terapi yang juga lama,” ujar Ilham Aidit.
Cibiran ke Gatot Nurmantyo
Ilham Aidit sebelumnya juga mengaku kesal kepada Gatot Nurmantyo. Khususnya instruksi Gatot yang mewajibkan prajuritnya untuk menonton kembali film Pengkhianatan G30SPKI.
Padahal menurut Ilham, dengan mewajibkan menonton film tersebut hanya akan menanamkan kebodohan kepada generasi bangsa, perihal sejarah yang telah direkayasa orde baru. “Tetapi, sebagian besar masyarakat saya yakin sudah jauh lebih pintar dan kritis,” katanya.
Dia juga menyorot pernyataan Gatot yang merasa dicopot dari jabatan Panglima TNI gegara film G30SPKI adalah tidak benar. Menurut Ilham Aidit, semua orang juga tahu kalau Gatot dicopot karena masa baktinya memang telah habis.
Ilham Aidit berpandangan propaganda rezim orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto meninggalkan dampak yang luar biasa. Salah satu propaganda yang dijalankan adalah melalui film dokudrama berjudul “Pengkhianatan G30SPKI” karya Arifin C Noer. Film itu wajib ditonton bagi siswa-siswi di bangku sekolah.
Maka isu PKI yang digaungkan Gatot Nurmantyo tak lain merupakan muatan politis.”Seratus persen itu agenda politik, dia menjajakan pandangan politik dia, dan mudah juga dibaca di belakang itu siapa,” ucap Ilham Aidit. Menurutnya, semua itu hanya demi menggalang basis masa pendukung Gatot di Pilpres 2024.
PKI sudah tidak dapat ruang
Ilham Aidit menilai, cara Gatot Nurmantyo yang berkoar-koar soal isu PKI merupakan duplikasi rezim orba. Lebih lanjut, Ilham menjelaskan bahwa rezim itu mampu berkuasa sampai puluhan tahun dengan menggunakan narasi propaganda patriotisme dengan alih-alih menyelamatkan NKRI dan Pancasila dari PKI.
Kini, cara tersebut dinilainya sudah tidak relevan lagi. “Ini mereka mencoba menduplikasi kalau menurut saya, menduplikasi kejayaan itu (rezim orde baru). Walaupun itu saya bilang justru tidak strategis, karena semua orang sudah mulai pintar dan tahu bahwa soal PKI adalah pelaku kudeta penuh tanda tanya besar,” katanya.
Dia yakin. Publik sudah cerdas menilai akar kerusuhan yang kini terjadi. “Kedua juga orang sudah melek bahwa kekisruhan yang selama ini muncul juga bukan karena ada neo-PKI, tapi lebih ke intoleran, radikalisme, dan sebagainya,” imbuh Ilham Aidit.
Ia berpendapat bahwa paham komunisme sendiri kekinian menurutnya tidak lagi mempunyai ruang di dunia. Meski, masih ada beberapa negara di Eropa yang menganut paham tersebut.
“Berbeda di tahun 50an, 60an dimana sepertiga dunia itu menganut komunisme, paham itu. Berbeda sekali, enggak ada ruang,” ujarnya.
Apalagi Indonesia termasuk negara yang mewaspadai tumbuhnya partai komunis. “Tetapi di Indonesia, begitu ada niatan, begitu mereka mulai berkumpul untuk membuat partai (komunis) udah pasti lumat itu,” katanya.
Sumber:suara.com