Viral Banner Jalur Gowes Gadis Desa di Malang, Ini Penjelasan Dispar
D'On, Malang (Jatim),- Sebuah banner jalur gowes gadis desa viral di media sosial. Tampak dalam banner tersebut seorang perempuan yang mengenakan kemben jawa dengan bagian punggung atas terlihat seolah sedang mandi di sungai.
Berdasarkan penelusuran, banner jalur gowes dengan logo branding pariwisata Kabupaten Malang ini teridentifikasi di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
Camat Karangploso Indra Gunawan membenarkan bila ada event gowes di wilayahnya pada Minggu 6 September 2020. Namun, ia menegaskan banner rute jalur gowes gadis desa pada foto dan video yang menyebar di media sosial itu tidak ada.
"Itu bukan bagian dari event gowes kemarin, itu ulah orang ngamen. Cari uang untuk kepentingannya sendiri. Jadi, acara gowes bareng disusupi mereka," ucap Indra dinukil dari Okezone, Minggu (13/9/2020).
Ia menjelaskan, bila rute gowes tersebut terbagi menjadi dua jalur, jalur santai dan jalur ekstrem. Jalur santai memiliki panjang 10 kilometer, sedangkan jalur ekstrem dibuat sepanjang 15 kilometer.
"Banner dengan jalur itu di jalur ekstrem di wilayah Donowarih. Maksudnya dan tujuannya mengajak selfie dan harus membayar," tuturnya.
Namun ia memastikan tidak ada jalur gowes gadis desa di wilayahnya. Bahkan, pihaknya telah memperingatkan serta membubarkan mereka.
"Tidak ada di sini jalur gowes gadis desa dan memang seterusnya tidak akan ada. Itu ulah orang mencari uang untuk dirinya sendiri," ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kepariwisataan (Kadispar) Kabupaten Malang Made Arya Wedhantara memastikan bila banner jalur gowes gadis desa tersebut tidak ada di Kabupaten Malang. Bahkan Made menyebut ada sejumlah pihak yang mencoba mengambil untung dari acara gowes Bupati bersama Anak Yatim Piatu pada Minggu 6 September 2020 dengan start di Rest Area Karangploso.
"Itu yang buat dari komunitas, bukan dari kita (Pemkab Malang). Itu event dari komunitas, kita enggak ngecek ada banner itu. Banner-nya setting-an, sudah koordinasi dengan Dispora untuk mengingatkan (event organizer dan komunitas)," tutur Made.
Terkait motif mengapa event organizer tersebut sampai nekat membuat banner rute gowes gadis desa, Made hanya menyebut kemungkinan untuk kemarin minat dan mendongkrak pemasaran.
"Itu strategi EO untuk mencari banyak minat pesepeda, terutama dari segi promosi tetap tentu menuai pro kontra apalagi ini terjadi eksploitasi dan diviralkan," katanya.
Kedepan Made juga akan mengingatkan para event organizer untuk tak mengeksploitasi yang dianggap menuai pro kontra. "Kami pastikan bukan acara Pemkab meksipun pakai logo brandingpariwisata. Ke depan kita ingatkan, jangan sampai ada eksploitasi, membuat gaduh, jangan terjadi lagi itu," tuturnya.
(okz/mond)