Hamas Anggap Ucapan Macron Hidupkan Perang Salib
D'On, Palestina,- Kartun Nabi Muhammad SAW yang diterbitkan, termasuk simbol-simbol Islam itu, dipandangnya merendahkan nilai-nilai Islam. Hal ini diungkap Hamas Sabtu (25/10/2020) lalu, merespons Prancis dengan kecaman.
"Dorongan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk menerbitkan kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW, adalah upaya untuk menghidupkan kembali Perang Salib di mana Prancis adalah sumber debutnya," kata Sami Abu Zuhri, juru bicara senior untuk kelompok Palestina, Hamas, mengutip Anadolu Agency, Ahad (25/10).
Dirinya menambahkan, penerbitan kartun itu juga dilakukan untuk memprovokasi. Khususnya perasaan umat Muslim dan agresi terhadap agama serta keyakinannya.
Sebelumnya, Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengecam pembunuhan yang menewaskan Samuel Paty, seorang guru sejarah di Conflans-Sainte-Honorine, barat laut Paris, yang ditemukan meninggal pada Jumat (16/10), dengan keadaan kepala terpenggal.
Dalam pidatonya pada Rabu (21/10), Macron menuduh kelompok Islam militan domestik terlibat dalam kasus ini, dan memerintahkan kelompok yang disebut sebagai Collective Cheikh Yassine itu untuk dibubarkan. Kelompok itu diketahui didirikan pada awal 2000-an oleh seorang pria yang menjadi salah satu pelaku pembunuhan Paty.
Di kesempatan yang sama, Macron menginstruksikan Masjid Pantin, sebuah masjid di pinggiran timur laut Paris, untuk ditutup. Penutupan itu lakukan setelah diketahui, salah satu jamaahnya, yang merupakan wali murid di tempat Paty mengajar, sempat menyampaikan keluhan di media sosial dan mengatakan bahwa Paty telah meminta putrinya, dan beberapa murid beragama Islam lain untuk meninggalkan kelas.
Saat ini sebuah tanda yang bertuliskan bahwa masjid ditutup selama enam bulan, sekaligus hukuman enam bulan penjara bagi pelanggar, terpasang di pintu masuk masjid.
Presiden Prancis saat ini juga tengah giat mengobarkan perang terhadap gerakan yang dia sebut "separatisme", merujuk pada ekstremisme Islam yang menurut pihak berwenang telah menciptakan dunia paralel di negara itu yang melawan nilai-nilai Prancis.
(Anadolu Agency)