Seorang WNI Tawanan Abu Sayyaf Tewas Usai Baku Tembak dengan Militer Filipina
D'On, Filipina,- Militer Filipina kemarin mengatakan mereka menemukan jasad warga negara Indonesia yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf di Provinsi Sulu, sebelah selatan Filipina.
Letnan Kolonel Ruben Guinolbay, pimpinan Batalyon Infantri 45 FIlipina mengatakan tentaranya menemukan jasad WNI itu di Kota Patikul di Sulu pada Selasa sore setelah mengejar kelompok militan Abu Sayyaf.
Militer Filipina tidak mengindentifikasi korban tapi mengatakan dia bisa jadi salah satu dari lima sandera yang diculik kelompok Abu Sayyaf di perairan Sabah Januari lalu.
Guinolbay mengatakan pasukannya sedang menelusuri jejak Abu Sayyaf ketika mereka menemukan jasad WNI itu di Maligay, desa dekat Kota Patikul.
Mayor Jenderal Corleto Vinluan dari Komando Mindanao Barat mengatakan, kelompok Abu Sayyaf membunuh korban ketika mencoba melarikan saat terjadi kontak senjata.
Empat WNI masih disandera
Laporan dari kantor berita Bernama, Malaysia, menyebut Komandan Pusat Komando Sabah Timur Ahmad Fuad Othman mengatakan nelayan berusia 32 tahun asal Indonesia yang diculik bersama empat rekannya Januari lalu bernama Laa Baa tewas di Patikul Sulu, Filipina, Selasa.
Dia mengatakan informasi ini berdasarkan kabar dari otoritas Filipina.
"Benar, korban tewas. Insiden ini terjadi pada 28 September dalam misi penyelamatan oleh tentara Filipina untuk membebaskan korban penculikan," kata Ahmad Fuad, seperti dilansir laman Bernama, Rabu (30/9).
"Dalam misi itu, terjadi baku tembak dengan kelompok Abu Sayyaf dan jasad korban ditemukan kemarin," ujar Ahmad Fuad kepada Bernama.
Sementara itu Ahmad Fuad juga menuturkan, keempat sandera lain: Arsyad Dahlan, 41 tahun; Riswanto Haryono, 27 tahun; Edi Lwalapo, 53 tahun; dan Syarizal Kastamiran, 29 tahun--semuanya nelayan Indonesia masih ditawan oleh kelompok Abu Sayyaf.
Informasi dari Menlu
Informasi kematian WNI ini kemudian disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
"Satu sandera WNI dengan inisial LB diinformasikan meninggal dunia setelah terjadi kontak senjata antara aparat keamanan Filipina joint-taskforce Sulu dan 45th batallion infantry dengan kelompok ASG (Abu Sayyaf Group) di kota Patikul, provinsi Sulu," ujar Menlu Retno Marsudi dalam konferensi pers virtual Rabu (30/9).
Pada pukul 08.00 pagi ini, jenazah telah diterbangkan dari Patikul menuju Zamboanga dengan menggunakan pesawat militer. Jenazah lantas diurus oleh rumah pemakaman di Zamboanga.
Otoritas Filipina turut mengurus dokumentasi kematian. Menlu Retno berkata sudah melaporkan nasib LB kepada keluarga yang berada di Sulawesi Tenggara.
"Atas nama pemerintah, saya ingin mengucapkan duka cita yang mendalam kepada keluarga korban atas meninggalnya WNI tersebut. Kementerian Luar Negeri telah menyampaikan secara langsung berita duka ini kepada keluarga almarhum dan pemda di Buton," terang Menlu Retno.
Kementerian Luar Negeri RI terus berkoordinasi dengan Filipina agar menjamin keselamatan empat WNI lainnya yang masih disandera Abu Sayyaf.
"AFP (Armed Forces of Philippine) telah berkomitmen untuk menemukan dan menyelamatkan mereka," jelas Menlu Retno.
Abu Sayyaf adalah kelompok militan di selatan Filipina yang diperkirakan jumlahnya hanya 200 personel. Kelompok yang muncul sejak 1990-an ini kerap menculik untuk meminta uang tebusan serta melancarkan serangan dan pembunuhan di wilayah Mindanao.
(Bernama/mdk/pan)